Kisah Kisah Kita

Friday, December 9, 2011

TUHAN LEBIH TAHU TENTANG DIRIMU

Beberapa waktu yang lalu, seorang teman mengeluh kepada saya dia mengatakan bahwa berkali-kali dia mendaftar dan mengikuti ujian CPNS, tapi beberapa kali itu pula ia gagal. Padahal keluh dia, segala macam cara sudah dia lakukan dimulai dari belajar mempersiapkan test sampai berdoa. Ia masih berharap bahwa saat ini tidak ada lagi istilah sogok menyogok untuk masuk PNS, karenanya dia hanya bisa berjuang salah satunya dengan berdoa.

Namun alangkah kecewanya dia, setiap hari dia berdoa impiannya jadi CPNS terkubur sirna. Saya hanya bisa menasihatinya untuk selalu bersabar. Walau saya tahu berkata sabar mudah untuk diucapkan apalagi terhadap orang lain, namun sulit untuk dilakukan.

Cerita tentang teman saya diatas hanyalah sebagian kecil sikap “frustasi” dari sekian juta orang yang merasa doanya tidak dikabulkan Tuhan.

Ketika hati kita sedang bimbang semacam itu, kita akan cenderung marah dan menyalahkan Tuhan bahwa Dia tidak adil..pilih kasih! Namun perlu diingat apakah keinginan kita itu memang benar-benar yang terbaik untuk diri kita. Boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu. Tuhan mengetahui sedang kamu tidak mengetahuinya..iya kan?

Ketika anda membeli motor Honda buatan jepang, maka tentu saja mekanik yang membuat motor tersebut lebih tahu tentang seluk beluk motor tersebut. Apa yang harus dilakukan kalau mogok, olinya pakai apa, businya pakai apa dan sebagainya. Maka jangan perbaiki motor Honda anda tanpa instruksi dari yang membuatnya.

Begitu juga dengan anda, ketika anda merasa dan yakin bahwa Tuhan yang menciptakan anda, pasti DIA maha tahu tentang anda bahkan melebihi anda sendiri. Oleh karena itu bisa saja DIA punya rencana yang bagus tentang diri kita ketika sesuatu yang kita harapkan tidak terealisasi.

Hmm..seorang lelaki bercerita di sebuah majalah, bahwa dulu ia bercita-cita ingin menjadi dokter. Pikir dia..disamping menolong orang, biasanya seorang dokter mempunyai penghasilan yang cukup prestisius dibanding profesi lain. Karena hal itu, ia berusaha untuk masuk fakultas kedokteran di salah satu universitas di bandung. Namun alangkah kecewanya dia, karena beberapa kali mengikuti test Ujian masuk fakultas kedokteran dia harus mengalami kegagalan.

Rasa frustasinyapun menghinggapinya sampai sedikit demi sedikit impiannya menjadi dokter terkikiskan, tanpa diduga dia terinspirasi untuk mengembangkan lahan kosongnya di kampung untuk berkebun buah-buahan. Singkat cerita dia sekarang sudah menjadi jutawan dari usahanya. Disamping dia sudah punya uang seabreg, diapun sering menyumbang orang-orang yang membutuhkan.

Dia tidak jadi dokter sebagaimana yang dia impikan dahulu, tapi malah dia menjadi seorang petani buah-buahan yang tidak hanya punya banyak uang namun juga bisa bantu banyak orang dengan hartanya. Barulah dia tahu, kalau Sang Maha Besar punya skenario lain tentang dirinya, doanya setiap malam bukan tidak didengarkan..tapi justru Tuhan mengabulkan doanya dengan cara yang lain..Kenapa?

KARENA TUHAN LEBIH TAHU TENTANG DIRIMU :)

Source : pa-tangerangkota.go.id

BUKU HOROR BIS MALAM PENASARAN

Ruben sedang menempuh perjalanan dari Surabaya ke Jakarta dengan menggunakan bis malam. Di tengah perjalanan, saat bis tersebut berhenti di sebuah terminal, seorang kakek tua naik dan menawarkan buku-buku bacaan pada semua penumpang. Sesampainya di kursi Ruben:

“Bukunya nak? Ada macam-macam nih. Buku silat, cinta-cintaan, agama, dan lain-lain”, ujar sang kakek.

Ruben yang kebetulan sedang tidak bisa tidur pun tertarik. “Ada buku misteri atau horor gak kek?”

“Oh suka cerita horor yah?”, jawab si kakek. “Kebetulan sisa satu. Pas lagi ceritanya. Tentang bis yang ditinggali banyak arwah penasaran. Judulnya ‘Bis Malam Penasaran’. Serem banget pokoknya.”

“Boleh juga tuh. Berapa harganya?”

 “Seratus lima puluh ribu, nak”

“Walah, mahal bener harganya, kek”.

“Ya namanya juga buku bagus. Best seller. Semua yang baca buku ini kabarnya sampe syok loh waktu baca endingnya”, si kakek berpromosi ala sales panci.

Ruben pun akhirnya mengalah. Uang seratus lima puluh ribu berpindah tangan. Entah kenapa, tepat pada saat ia menyerahkan uang tersebut ke kakek tua, tiba-tiba terdengar suara petir menggelegar. Angin pun terasa mulai bertiup kencang. Si kakek buru-buru melangkah turun ke bis, namun tiba-tiba berhenti dan menolehkan wajahnya pelan-pelan ke arah Ruben.

“Nak”, ujarnya lirih, “apa pun yang terjadi, harap jangan buka halaman terakhir ya. Ingat, apapun yang terjadi. Kalau tidak nanti kamu akan menyesal dan saya tidak mau bertanggung jawab.”

Jantung Ruben berdegup kencang. Saking takutnya, ia sampai tidak mampu menganggukkan kepala hingga akhirnya si kakek turun dari bis dan menghilang ditelan kegelapan. Singkat cerita, dua jam kemudian, sekitar pukul satu malam, Ruben selesai membaca seluruh buku tersebut. Kecuali halaman terakhir tentunya. Dan memang benar seperti yang dikatakan si kakek penjual, buku itu benar-benar menegangkan dan menyeramkan.

Di luar bis yang melaju kencang, hujan turun dengan derasnya. Kilat menyambar bergantian dan terkadang terdengar suara guruh yang menggelegar. Sejenak Ruben melihat berkeliling dan ternyata semua penumpang sudah terlelap. Bulu kuduknya terasa merinding.

“Baca halaman terakhirnya gak yah?”, pikir Ruben bimbang. Antara penasaran dengan rasa takut berbaur menjadi satu. Di luar jendela malam tampak makin gelap.

“Ah sudahlah, sekalian aja. Nanggung!”

Dengan tangan gemetar ia pun membuka halaman terakhir dari buku tersebut secara perlahan… Dan akhirnya tampak sebuah lembaran kosong dengan sepotong label di bagian pojok kanan atas. Sambil menelan ludah, Ruben membaca huruf demi huruf yang tercantum:

Bis Malam Penasaran
Terbitan CV. Buku Horror Garing
Harga Pas: Rp 15.000,-


Source : Gudang Humor

Thursday, December 8, 2011

UNGKAPAN CINTA TERAKHIR

Suami Carol tewas dalam kecelakaan mobil tahun lalu. Jim, yang baru berumur lima puluh dua tahun, sedang mengemudikan mobil ke rumah, dari kantornya. Yang menabraknya adalah seorang remaja yang mabuk berat. Jim tewas seketika. Remaja itu masuk ruang gawat darurat, namun tidak sampai dua jam di sana.

Ironisnya lagi, hari itu hari ulang tahun Carol yang kelima puluh, dan Jim sudah membeli dua tiket pesawat ke Hawaii.

Ia ingin memberi kejutan untuk istrinya. Tapi ia justru tewas gara-gara seorang pengemudi mabuk.

“Bagaimana kamu bisa mengatasi itu?” tanyaku pada Carol, setahun kemudian.

Mata Carol basah oleh air mata.

Kupikir aku sudah salah bicara, tapi dengan lembut ia meraih tanganku dan berkata, “Tidak apa-apa. Aku ingin menceritakan padamu. Ketika aku dan Jim menikah, aku berjanji bahwa setiap pagi, sebelum dia berangkat, aku mesti mengatakan bahwa aku mencintainya. Dia juga membuat janji yang sama. Akhirnya hal itu menjadi semacam gurauan di antara kami.”

“Ketika anak-anak mulai lahir, sulit untuk menepati janji itu. Aku ingat aku suka lari ke mobilnya sambil berkata, ‘Aku mencintaimu’, dengan gigi terkatup rapat kalau aku sedang marah. Kadang aku mengemudi ke kantornya untuk menaruh catatan kecil di mobilnya. Hal itu menjadi tantangan yang lucu. Banyak kenangan kami tentang kebiasaan mengucapkan cinta ini setiap hari, sepanjang kehidupan perkawinan kami,” lanjutnya.

“Pada pagi Jim meninggal, ia menaruh kartu ulang tahun di dapur, lalu pergi diam-diam ke mobilnya. Kudengar mesin mobilnya dinyalakan. Jangan coba-coba kabur, ya, pikirku. Aku lari dan menggedor jendela mobilnya, sampai ia membukanya. ‘Hari ini, pada ulang tahunku yang kelima puluh, Bapak James E. Garrett, aku, Carol Garrett, ingin menyatakan bahwa aku mencintaimu.’ Karena itulah aku bisa tabah menghadapi peristiwa itu. Karena aku tahu bahwa kata-kata terakhir yang kuucapkan pada Jim adalah ‘Aku mencintaimu,’” ungkapnya sambil tersenyum simpul.

Iya..Pakailah lidah bibir kita untuk mengucapkan kata-kata yang manis, yang sedap untuk didengar telinga orang lain, terkhususnya lagi kepada orang-orang yang kita kasihi. Perkatakanlah hal-hal yang positif pada saat kita bertemu dengan mereka karena dengan begitu kita sedang memberkati hidup mereka dan meninggalkan kesan baik yang nantinya akan mereka tularkan kepada orang lain yang mereka temui di dalam keseharian mereka.

“HENDAKLAH KATA-KATAMU SENANTIASA PENUH KASIH” (Kolose 4:6) 

Source : inspirationalstories.com/bm (jawaban.com)

Wednesday, December 7, 2011

LIFE IS BEAUTIFUL

Dalam menghadapi kehidupan ini, kita sering merasa hidup begitu menekan dan sulit. Berbagai pekerjaan membuat kita melewati hari demi hari dalam stres yang tak berkeputusan. Berbagai masalah membuat kita tak mampu lagi melihat hal-hal yang indah dan menarik dalam hidup. Bahkan kadangkala ada juga orang yang begitu putus asa sehingga mencoba mengakhiri hidupya sendiri. Kalaupun tidak seekstrim itu, banyak orang menjadi robot. Melewati hari demi hari dalam rutinitas. Tanpa gairah, tanpa semangat, tanpa harapan.

Dengan memiliki harapan manusia mempunyai alasan untuk tetap melanjutkan hidupnya. Harapan membuat manusia tidak pernah berhenti berjuang. Harapan membuat manusia merancangkan langkah-langkah yang tepat bagi kelangsungan hidupnya. Ini membuktikan bahwa hidup manusia itu berharga karena didalamnya terkandung nilai-nilai yang diperjuangkan untuk membuat manusia tetap hidup.

Hidup sangat berharga. Bahwa kita yang hidup tahu bahwa kita akan mati sementara orang mati tidak dapat berbuat apa-apa. Ini menunjukkan bahwa hidup menjadi berharga karena kita melakukan sesuatu; berbuat sesuatu seperti untuk menikmati segala hal dalam hidup ini dengan sukacita dan kita senatiasa hidup dalam kebenaran dan keadilan, dengan tetap menjaga hidup kerohanian kita.

Semua hal ini memberi penjelasan kepada kita, bahwa keindahan hidup tidak diukur dari panjang pendeknya umur, tidak juga diukur dari kaya miskinnya orang, tetapi dari bagaimana ia mengisi hidupnya.

Hidup menjadi berarti jika kita mengisinya dengan kerja dan usaha tentang hal-hal yang baik. Yang paling penting dari semua itu adalah apapun yang terjadi dalam hidup kita..hidup ini adalah pemberian Tuhan. Iya..Hidup adalah anugerah. Maka selama kita hidup nikmatilah hidup kita dengan kerja, sukacita dan harapan. Hanya dengan demikian kita dapat menemukan keindahan hidup, 

KEINDAHAN HIDUP TIDAK DITENTUKAN OLEH PANJANG PENDEKNYA UMUR..
TIDAK JUGA DIUKUR DARI KAYA MISKINNYA ORANG..TETAPI DARI BAGAIMANA IA MENGISI HIDUPNYA.

Source : Motivasi_Net@yahoogroups.com

Tuesday, December 6, 2011

MEREDAKAN KEMARAHAN

Mungkin tidak banyak dari Anda yang mengenal pasangan suami istri asal Amerika Serikat ini, tetapi jika Anda mengetahui apa yang telah mereka lakukan di dalam kehidupan mereka pasti akan membuat mulut Anda terbuka lebar. Percy Arrowsmith dan Florence sempat masuk ke dalam buku rekor Guinness tahun 2005 sebagai suami istri tertua di dunia karena keduanya telah menikah selama 80 tahun.

Saat sebuah media lokal menanyakan mengenai rahasia keawetan rumah tangganya, pasangan kakek nenek ini menjawab bahwa mereka tidak akan pernah tidur sebelum konflik antarkeduanya selesai. Menurut mereka, membawa kemarahan di waktu tidur tidaklah mengenakkan. Mereka juga mengungkapkan, setiap bertengkar mereka selalu berusaha mengampuni sebelum larut malam agar hari itu bisa ditutup dengan ciuman dan genggaman tangan.

Kemarahan dapat datang tiba-tiba : ketika kita dicurangi, dituduh bersalah, atau saat melihat ketidakadilan. Tetapi kemarahan tidak berguna. Jika disimpan, ia bagai sampah yang membusuki hati. Biarkanlah Tuhan yang bertindak dan memunculkan keadilan di saat kita alami ketidakadilan.

Apakah anda sedang marah atau seringkali marah?  Datangnya marah tak bisa dicegah, tetapi ia bisa diredakan. Ceritakan kekesalan anda kepada Tuhan, nantikan Dia bertindak, lalu padamkan amarah Anda sebelum mentari terbenam. Jangan biarkan kemarahan mengotorkan hati, mematahkan semangat, dan mengganggu waktu tidur Anda!

Iya.. kemarahan itu bagaikan kanker, ia harus segera dibabat sebelum merambat.

“APABILA KAMU MENJADI MARAH..JANGANLAH KAMU BERBUAT DOSA. JANGANLAH MATAHARI TERBENAM..SEBELUM PADAM AMARAHMU." Efesus 4:26

Source : renungan-harian-kita.blogspot.com

Sunday, December 4, 2011

KISAH SEORANG MALAIKAT KECIL

Begitu Yu Yuan lahir dia sudah tidak mengetahui siapa orangtua kandungnya. Dia hanya memiliki seorang papa yang mengadopsinya. Papanya berumur 30 tahun yang bertempat tinggal di provinsi She Cuan kecamatan Suang Liu, kota Sang Xin Zhen Yun Ya Chun Er Cu. Karena miskin, maka selama ini ia tidak menemukan pasangan hidupnya. Kalau masih harus mengadopsi anak kecil ini, mungkin tidak ada lagi orang yang mau dilamar olehnya.

Pada tanggal 30 November 1996, tanggal 20 bulan 10 imlek, adalah saat dimana papanya menemukan anak kecil tersebut diatas hamparan rumput, disanalah papanya menemukan seorang bayi kecil yang sedang kedinginan. Pada saat menemukan anak ini, di dadanya terdapat selembar kartu kecil tertulis, “20 November jam 12″.

Melihat anak kecil ini menangis dengan suara tangisannya sudah mulai melemah. Papanya berpikir kalau tidak ada orang yang memperhatikannya, maka kapan saja bayi ini bisa meninggal. Dengan berat hati papanya memeluk bayi tersebut, dengan menghela nafas dan berkata, “saya makan apa, maka kamu juga ikut apa yang saya makan”. Kemudian papanya memberikan dia nama Yu Yuan.

Ini adalah kisah seorang pemuda yang belum menikah yang membesarkan seorang anak, tidak ada Asi dan juga tidak mampu membeli susu bubuk, hanya mampu memberi makan bayi tersebut dengan air tajin (air beras).

Karena itu, dari kecil anak ini tumbuh menjadi lemah dan sakit-sakitan. Tetapi, anak ini sangat penurut dan sangat patuh. Musim silih berganti, Yu Yuan pun tumbuh dan bertambah besar serta memiliki kepintaran yang luar biasa. Para tetangga sering memuji Yu Yuan sangat pintar dan mereka sangat menyukai Yu Yuan.

Di tengah ketakutan dan kecemasan papanya, Yu Yuan pelan-pelan tumbuh dewasa. Yu Yuan yang hidup dalam kesusahan memang luar biasa. Mulai dari umur lima tahun, dia sudah membantu papa mengerjakan pekerjaan rumah: mencuci baju, memasak nasi, dan memotong rumput.

Setiap hal dia kerjakan dengan baik. Dia sadar dia berbeda dengan anak-anak lain. Anak-anak lain memiliki sepasang orang tua, sedangkan dia hanya memiliki seorang papa. Keluarga ini hanya mengandalkan dia dan papa yang saling menopang. Dia harus menjadi seorang anak yang penurut dan tidak boleh membuat papa menjadi sedih dan marah.

Pada saat dia masuk sekolah dasar, dia sendiri sudah sangat mengerti, harus giat belajar dan menjadi juara di sekolah. Inilah yang bisa membuat papanya yang tidak berpendidikan menjadi bangga di desanya. Dia tidak pernah mengecewakan papanya, dia pun bernyanyi untuk papanya.

Setiap hal yang lucu yang terjadi di sekolahnya diceritakan kepada papanya. Kadang-kadang dia bisa nakal dengan mengeluarkan soal-soal yang susah untuk menguji papanya. Setiap kali melihat senyuman papanya, dia merasa puas dan bahagia. Walaupun tidak seperti anak-anak lain yang memiliki mama, tetapi bisa hidup bahagia dengan papa, ia sudah sangat berbahagia. Mulai dari bulan Mei 2005 Yu Yuan mulai mengalami mimisan.

Pada suatu pagi saat Yu Yuan sedang mencuci muka, ia menyadari bahwa air cuci mukanya sudah penuh dengan darah yang ternyata berasal dari hidungnya. Dengan berbagai cara, ia tidak bisa menghentikan pendarahan tersebut, sehingga papanya membawa Yu Yuan ke puskesmas desa untuk disuntik.

Tetapi sayangnya dari bekas suntikan itu juga mengerluarkan darah dan tidak mau berhenti. Di pahanya mulai bermunculan bintik-bintik merah. Dokter tersebut menyarankan papanya untuk membawa Yu Yuan ke rumah sakit untuk diperiksa.

Begitu tiba di rumah sakit, Yu Yuan tidak mendapatkan nomor karena antrian sudah panjang. Yu Yuan hanya bisa duduk sendiri di kursi yang panjang untuk menutupi hidungnya. Darah yang keluar dari hidungnya bagaikan air yang terus mengalir dan memerahi lantai.

Karena papanya merasa tidak enak, kemudian mengambil sebuah baskom kecil untuk menampung darah yang keluar dari hidung Yu Yuan. Tidak sampai sepuluh menit, baskom yang kecil tersebut sudah penuh berisi darah yang keluar dari hidung Yu Yuan.

Dokter yang melihat keadaaan ini cepat-cepat membawa Yu Yuan untuk diperiksa. Setelah diperiksa, dokter menyatakan bahwa Yu Yuan terkena leukimia ganas. Pengobatan penyakit tersebut sangat mahal yang memerlukan biaya sebesar 300.000$.

Papanya mulai cemas melihat anaknya yang terbaring lemah di ranjang. Papanya hanya memiliki satu niat, yaitu menyelamatkan anaknya. Dengan berbagai cara meminjam uang ke sanak saudara dan teman, tetapi uang yang terkumpul sangatlah sedikit.

Papanya akhirnya mengambil keputusan untuk menjual rumahnya yang merupakan harta satu-satunya. Tapi karena rumahnya terlalu kumuh, dalam waktu yang singkat tidak bisa menemukan seorang pembeli. Melihat mata papanya yang sedih dan pipi yang kian hari kian kurus, dalam hati Yu Yuan merasa sedih.

Pada suatu hari Yu Yuan menarik tangan papanya, air mata pun mengalir di kala kata-kata belum sempat terlontar. “Papa saya ingin mati”.

Papanya dengan pandangan yang kaget melihat Yu Yuan, “Kamu baru berumur 8 tahun, kenapa mau mati?”.

“Saya adalah anak yang dipungut, semua orang berkata nyawa saya tak berharga, tidaklah cocok dengan penyakit ini, biarlah saya keluar dari rumah sakit ini.”

Pada tanggal 18 Juni, Yu Yuan mewakili papanya yang tidak mengenal huruf, menandatangani surat keterangan pelepasan perawatan. Anak yang berumur delapan tahun itu pun mengatur segala sesuatu yang berhubungan dengan pemakamannya sendiri.

Hari itu juga setelah pulang ke rumah, Yu Yuan yang sejak kecil tidak pernah memiliki permintaan, meminta dua permohonan kepada papanya. Dia ingin memakai baju baru dan berfoto. Yu Yuan berkata kepada papanya, “Setelah saya tidak ada, kalau papa merindukan saya lihatlah foto ini”.

Hari kedua, papanya menyuruh bibi menemani Yu Yuan pergi ke kota dan membeli baju baru. Yu Yuan sendirilah yang memilih baju yang dibelinya. Bibinya memilihkan satu rok yang berwarna putih dengan corak bintik-bintik merah. Kemudian mereka bertiga tiba di sebuah studio foto.

Yu Yuan kemudian memakai baju barunya dengan pose secantik mungkin dan berjuang untuk tersenyum. Bagaimanapun ia berusaha tersenyum, pada akhirnya juga tidak bisa menahan air matanya yang mengalir keluar.

Kalau bukan karena seorang wartawan Chuan Yuan yang bekerja di surat kabar Cheng Du Wan Bao, Yu Yuan akan seperti selembar daun yang lepas dari pohon dan hilang ditiup angin. Setelah mengetahui keadaan Yu Yuan dari rumah sakit, Chuan Yuan kemudian menuliskan sebuah laporan, menceritakan kisah Yu Yuan secara detail.

Cerita tentang anak yang berumur 8 tahun yang mengatur pemakamannya sendiri akhirnya menyebar ke seluruh kota Rong Cheng. Banyak orang-orang yang tergugah oleh seorang anak kecil yang sakit ini, dari ibu kota sampai satu negara bahkan sampai ke seluruh dunia.

Mereka mengirim e-mail ke seluruh dunia untuk menggalang dana bagi anak ini. Hanya dalam waktu sepuluh hari, dari perkumpulan orang Tionghoa di dunia saja telah mengumpulkan 560.000 dolar. Biaya operasi pun telah tercukupi. Setelah itu, pengumuman penggalangan dana dihentikan, tetapi dana terus mengalir dari seluruh dunia.

Dana pun telah tersedia dan para dokter sudah siap untuk mengobati Yu Yuan. Satu demi satu gerbang kesulitan pengobatan juga telah dilewati. Semua orang menunggu hari suksesnya Yu Yuan.

Ada seorang teman di-email bahkan menulis, “Yu Yuan anakku yang tercinta saya mengharapkan kesembuhanmu dan keluar dari rumah sakit. Saya mendoakanmu cepat kembali ke sekolah. Saya mendambakanmu bisa tumbuh besar dan sehat. Yu Yuan anakku tercinta.”

Pada tanggal 21 Juni, Yu Yuan yang telah melepaskan pengobatan dan menunggu kematian akhirnya dibawa kembali ke ibu kota. Dana yang sudah terkumpul, membuat jiwa yang lemah ini memiliki harapan dan alasan untuk terus bertahan hidup. Yu Yuan akhirnya menerima pengobatan dan dia sangat menderita di dalam sebuah pintu kaca tempat dia berobat. Yu Yuan kemudian berbaring di ranjang untuk diinfus.

Ketegaran anak kecil ini membuat semua orang kagum padanya. Dokter yang menangani dia, Shii Min berkata bahwa dalam perjalanan proses terapi akan mendatangkan mual yang sangat hebat. Pada permulaan terapi Yu Yuan sering sekali muntah. Tetapi Yu Yuan tidak pernah mengeluh.

Pada saat pertama kali melakukan pemeriksaan sumsum tulang belakang, jarum suntik ditusukkan dari depan dadanya, tetapi Yu Yuan tidak menangis dan juga tidak berteriak, bahkan tidak meneteskan air mata.

Pada saat dokter Shii Min menawarkan Yu Yuan untuk menjadi anak perermpuannya, air mata Yu Yuan pun mengalir tak terbendung. Hari kedua saat dokter Shii Min datang, Yu Yuan dengan malu-malu memanggil dengan sebutan Shii Mama.

Pertama kalinya mendengar suara itu, Shii Min kaget, kemudian dengan tersenyum menjawab, “Anak yang baik”.

Semua orang mendambakan sebuah keajaiban dan menunggu momen dimana Yu Yuan hidup dan sembuh kembali. Banyak masyarakat datang untuk menjenguk Yu Yuan dan banyak orang menanyakan kabar Yu Yuan dari e-mail.

Selama dua bulan Yu Yuan melakukan terapi dan telah berjuang menerobos sembilan pintu maut. Pernah mengalami pendarahan di pencernaan dan selalu selamat dari bencana. Sampai akhirnya darah putih dari tubuh Yu Yuan sudah bisa terkontrol.

Semua orang pun menunggu kabar baik dari kesembuhan Yu Yuan. Tetapi efek samping yang dikeluarkan oleh obat-obat terapi sangatlah menakutkan, apalagi dibandingkan dengan anak-anak leukemia yang lain. Fisik Yu Yuan jauh sangat lemah. Setelah melewati operasi tersebut fisik Yu Yuan semakin lemah.

Pada tanggal 20 Agustus Yu Yuan bertanya kepada wartawan Fu Yuan, “Tante, kenapa mereka mau menyumbang dana untuk saya?

Wartawan tersebut menjawab, “Karena mereka semua adalah orang yang baik hati”.

Yu Yuan kemudian berkata, “Tante saya juga mau menjadi orang yang baik hati”.

Wartawan itu lalu menjawab, “Kamu memang orang yang baik. Orang baik harus saling membantu agar bisa berubah menjadi semakin baik.”

Yu Yuan dari bawah bantal tidurnya mengambil sebuah buku, dan diberikan kepada ke Fu Yuan. “Tante ini adalah surat wasiat saya.”

Fu yuan kaget, sekali membuka dan melihat surat tersebut ternyata Yu Yuan telah mengatur tentang pemakamannya sendiri.

Ini adalah seorang anak yang berumur delapan tahun yang sedang menghadapi sebuah kematian dan di atas ranjang menulis tiga halaman surat wasiat dan dibagi menjadi enam bagian, dengan pembukaan, “Tante Fu Yuan”, dan diakhiri dengan, “Selamat tinggal Tante Fu Yuan.” Yu Yuan jg menyatakan terima kasih serta selamat tinggal kepada orang- orang yang selama ini telah memperhatikan dia lewat surat kabar.

“Sampai jumpa tante, kita berjumpa lagi dalam mimpi. Tolong jaga papa saya. Sedikit dari dana pengobatan ini bisa dibagikan kepada sekolah saya dan katakan ini juga pada pemimpin palang merah. Setelah saya meninggal, biaya pengobatan itu dibagikan kepada orang-orang yang sakit seperti saya, biar mereka lekas sembuh.” 

Surat wasiat ini membuat Fu Yuan tidak bisa menahan tangis yang membasahi pipinya. “Saya pernah datang, saya sangat patuh,” demikianlah kata-kata yang keluar dari bibir Yu Yuan.

Pada tanggal 22 agustus, karena pendarahan di pencernaan hampir satu bulan, Yu Yuan tidak bisa makan dan hanya bisa mengandalkan infus untuk bertahan hidup. Mula-mulanya berusaha mencuri makan, Yu Yuan mengambil mie instan dan memakannya. Hal ini membuat pendarahan di pencernaan Yu Yuan semakin parah.

Dokter dan perawat pun secepatnya memberikan pertolongan darurat dan memberi infus dan transfer darah setelah melihat pendarahan Yu Yuan yang sangat hebat. Dokter dan para perawat pun ikut menangis. Semua orang ingin membantu meringankan pederitaannya. Tetapi tetap tidak bisa membantunya. Yu Yuan yang telah menderita karena penyakit tersebut akhirnya meninggal dunia.

Semua orang tidak bisa menerima kenyataan gadis kecil yang cantik lagi suci yang berhati mulia. Ia telah pergi ke dunia lain. Di kecamatan She Chuan, sebuah email pun dipenuhi tangisan menghantar kepergian Yu Yuan. Banyak yang mengirimkan ucapan turut berduka cita dengan karangan bunga yang ditumpuk setinggi gunung. Ada seorang pemuda berkata dengan pelan :

“ANAK KECIL..KAMU SEBENARNYA ADALAH "MALAIKAT KECIL" DIATAS LANGIT..KEPAKKANLAH KEDUA SAYAPMU..TERBANGLAH..."

Source : lintasberita.com

Friday, December 2, 2011

TUHAN..IJINKAN AKU UNTUK BERTAHAN DAN HIDUP

  FIKSI | 29 November 2011 | 09:52

Lelaki itu, pagi-pagi sekali sudah memacu motornya menuju kantornya di bilangan kota Jakarta. Wajahnya pucat dan tegang. Semalaman ia tidak bisa memejamkan matanya. Menunggu istrinya yang menahan sakit.

Dengan menahan lelah yang amat sangat. Lelaki itu menumbuhkan harapannya untuk segera sampai tujuan. Kemacetan pagi dan bau asap kendaraan tak digubris lagi.

Sepanjang jalan tiada hentinya berdoa. Terbayang wajah istrinya yang merintih menahan sakit. Terpaksa ia tak bisa membawa istrinya berobat. Sebab lelaki itu tidak memiliki biayanya.

Sebagai seorang salesman. Pendapatannya tak menentukan. Untuk melewati hari-hari bila menjelang akhir bulan. Terpaksa harus pinjam kanan-kiri. Ia merasa risih sebenarnya. Tapi mau apa lagi?

Pada awal bulan, menerima gaji hanyalah kegembiraan sesaat. Sebab harus dibagi ke sana-sini untuk membayar utang. Tak heran untuk membayar biaya sampai keteteran.

Lelaki itu adalah gambaran salah satu kemiskinan rakyat di negeri ini. Hidup dalam kesesakan dan keterdesakan ekonomi. Akibat pendapatan yang tidak cukup untuk menutupi kebutuhan hidup sederhana sekalipun.

Tanpa terasa, airmatanya berurai. Pasti itu adalah airmatan kesedihan yang sudah lama tertahan. Ia terus memacu motornya. Berharap bisa cepat bertemu pimpinannya. Karena ia sangat membutuhkan uang untuk biaya berobat hari itu juga.

Ia sedikit bisa menarik nafas lega. Pimpinan sudah berada di tempat. Tanpa menunggu waktu dan berbasa-basi. Lelaki itu langsung mengutarakan maksud kedatangannya.

“Kas lagi kosong! Tagihan kita bulan ini banyak yang macet!” jawaban yang benar-benar tak disangka oleh lelaki itu.

Niatnya mengajukan pinjaman senilai lima ratus ribu untuk berobat tak terpenuhi. Apakah atasannya tidak percaya? Apakah alasan istri sakit tidak cukup kuat untuk memberi pinjaman?

Lelaki itu hanya diam. Tak bisa berbuat apa-apa. Bahkan ia tidak bisa merasa marah. Hatinya hanya bisa menangis dan menjerit. Ia tidak ingin mengemis dan berdebat.

“Ke mana lagi aku harus mencari pinjaman?” batin lelaki itu. “Di tempat kerja saja tidak dapat, apalagi di luar? Ini juga lagi tanggal tua.”

Lalu ia minta ijin pada pimpinannya. Dijinkan atau tidak, ia tetap akan pulang. Dengan langkah berat dan gontai lelaki itu meninggalkan kantornya. Pikirannya kacau. Hatinya galau. Pandangannya kosong. Ada gurat putus asanya.

Saat memacu kendaraannya pulang, terbersit ingin sekali ia menabrak kendaraan yang ada di depannya. Membelokkan kendaraannya masuk ke kali yang ada di samping jalan.

Bukankah mati adalah termasuk pilihan dalam hidup? Buat apa hidup? Dari hari ke hari hanya kesunyian yang dilalui. Bahkan untuk mengobati istri saja tak mampu.

Usaha hasilnya hanya kesia-siaan. Doa pun hanya senyap ditelan kebisingan. Airmatan pun dianggap kecengengan. Mati adalah pilihan yang lebih baik.

Begitulah pikiran negatif memenuhi kepala lelaki itu. “Rasanya aku tak sanggup lagi!”

Namun dalam waktu bersamaan ada suara yang menguatkan. Di antara kebisingan jalanan. Jauh di dalam lubuk hatinya yang sunyi. Ada suara yang menyejukkan. “Bertahanlah sahabatku. Bertahanlah. Semua pasti akan berlalu!”

Dalam keadaan putus asa dan perasaan kecewa yang amat sangat. Lelaki itu berusaha tersenyum. Ada sedikit kelegaan. Berdoalah ia,”Tuhan, ijinkan aku terus bertahan. Aku ingin tetap hidup. Sebab aku percaya masih ada harapan yang indah. Aku percaya dan kuat bila mengingat Engkau. Aku harus bertahan!”

SEGALA KESUSAHAN DAN KESEDIHAN PASTI AKAN BERLALU. PERCAYA DAN BERTAHAN DALAM KEYAKINAN..SAMPAI TUHAN MEMBUKA PINTU KELEGAAN.

Source : K. Rajawen (fiksi.kompasiana.com)

Thursday, December 1, 2011

SUKA DAN DUKA

Pada masa yang sama, Rick Warren, penulis buku Purpose Driven Life, mengalami dua hal yang bertolak belakang. Ia menuai kesuksesan besar karena bukunya tercetak hingga 15 juta eksemplar. Namun bersamaan dengan itu, hatinya merasa berat karena istrinya, Kay, diserang kanker.

Menyikapi hal bertentangan ini, Rick berkata, “ Hidup ini seperti dua jalur kereta api yang menyatu di ujung, dan di sepanjang waktu Anda akan menjumpai hal baik dan juga hal buruk. Sebanyak apa pun hal baik yang Anda terima, Anda tetap akan menghadapi hal buruk yang mesti diatasi. Sebaliknya, seburuk apa pun hidup yang Anda jalani, selalu ada hal baik yang dapat disyukuri.”

Menyadari bahwa manusia tak dapat menghindar dari hidup yang berdinamika seperti dua “jalur kereta”, Paulus mengungkap tiga nasihat sederhana tetapi sangat penting untuk selalu dilakukan dalam segala keadaaan baik dan buruk..yakni : Bersuka cita, Berdoa dan Mengucap syukur.

Agar ketika Suka datang, manusia tak menjadi takabur. Atau, ketika Duka menyapa, manusia tak menjadi habis harapan. Sebab, sesungguhnya melalui jalan ini Tuhan menolong manusia untuk selalu melihat hidupnya secara seimbang. Bahwa hidupnya terselenggara bukan karena kekuatannya sendiri, tetapi selalu ada Tuhan yang berdaulat. Dan, bahwa manusia hidup bukan hanya untuk menikmati dunia, tetapi bahwa ada urusan kekekalan yang harus dipersiapkan sekarang.

TERKADANG SUKA DAN DUKA DATANG BERSAMAAN..TETAPI TETAP BERTAHAN KARENA ANDA DAN SAYA DITETAPKAN SEBAGAI PEMENANG.

Source : ceritakristen.org