Kisah Kisah Kita

Friday, December 9, 2011

TUHAN LEBIH TAHU TENTANG DIRIMU

Beberapa waktu yang lalu, seorang teman mengeluh kepada saya dia mengatakan bahwa berkali-kali dia mendaftar dan mengikuti ujian CPNS, tapi beberapa kali itu pula ia gagal. Padahal keluh dia, segala macam cara sudah dia lakukan dimulai dari belajar mempersiapkan test sampai berdoa. Ia masih berharap bahwa saat ini tidak ada lagi istilah sogok menyogok untuk masuk PNS, karenanya dia hanya bisa berjuang salah satunya dengan berdoa.

Namun alangkah kecewanya dia, setiap hari dia berdoa impiannya jadi CPNS terkubur sirna. Saya hanya bisa menasihatinya untuk selalu bersabar. Walau saya tahu berkata sabar mudah untuk diucapkan apalagi terhadap orang lain, namun sulit untuk dilakukan.

Cerita tentang teman saya diatas hanyalah sebagian kecil sikap “frustasi” dari sekian juta orang yang merasa doanya tidak dikabulkan Tuhan.

Ketika hati kita sedang bimbang semacam itu, kita akan cenderung marah dan menyalahkan Tuhan bahwa Dia tidak adil..pilih kasih! Namun perlu diingat apakah keinginan kita itu memang benar-benar yang terbaik untuk diri kita. Boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu. Tuhan mengetahui sedang kamu tidak mengetahuinya..iya kan?

Ketika anda membeli motor Honda buatan jepang, maka tentu saja mekanik yang membuat motor tersebut lebih tahu tentang seluk beluk motor tersebut. Apa yang harus dilakukan kalau mogok, olinya pakai apa, businya pakai apa dan sebagainya. Maka jangan perbaiki motor Honda anda tanpa instruksi dari yang membuatnya.

Begitu juga dengan anda, ketika anda merasa dan yakin bahwa Tuhan yang menciptakan anda, pasti DIA maha tahu tentang anda bahkan melebihi anda sendiri. Oleh karena itu bisa saja DIA punya rencana yang bagus tentang diri kita ketika sesuatu yang kita harapkan tidak terealisasi.

Hmm..seorang lelaki bercerita di sebuah majalah, bahwa dulu ia bercita-cita ingin menjadi dokter. Pikir dia..disamping menolong orang, biasanya seorang dokter mempunyai penghasilan yang cukup prestisius dibanding profesi lain. Karena hal itu, ia berusaha untuk masuk fakultas kedokteran di salah satu universitas di bandung. Namun alangkah kecewanya dia, karena beberapa kali mengikuti test Ujian masuk fakultas kedokteran dia harus mengalami kegagalan.

Rasa frustasinyapun menghinggapinya sampai sedikit demi sedikit impiannya menjadi dokter terkikiskan, tanpa diduga dia terinspirasi untuk mengembangkan lahan kosongnya di kampung untuk berkebun buah-buahan. Singkat cerita dia sekarang sudah menjadi jutawan dari usahanya. Disamping dia sudah punya uang seabreg, diapun sering menyumbang orang-orang yang membutuhkan.

Dia tidak jadi dokter sebagaimana yang dia impikan dahulu, tapi malah dia menjadi seorang petani buah-buahan yang tidak hanya punya banyak uang namun juga bisa bantu banyak orang dengan hartanya. Barulah dia tahu, kalau Sang Maha Besar punya skenario lain tentang dirinya, doanya setiap malam bukan tidak didengarkan..tapi justru Tuhan mengabulkan doanya dengan cara yang lain..Kenapa?

KARENA TUHAN LEBIH TAHU TENTANG DIRIMU :)

Source : pa-tangerangkota.go.id

BUKU HOROR BIS MALAM PENASARAN

Ruben sedang menempuh perjalanan dari Surabaya ke Jakarta dengan menggunakan bis malam. Di tengah perjalanan, saat bis tersebut berhenti di sebuah terminal, seorang kakek tua naik dan menawarkan buku-buku bacaan pada semua penumpang. Sesampainya di kursi Ruben:

“Bukunya nak? Ada macam-macam nih. Buku silat, cinta-cintaan, agama, dan lain-lain”, ujar sang kakek.

Ruben yang kebetulan sedang tidak bisa tidur pun tertarik. “Ada buku misteri atau horor gak kek?”

“Oh suka cerita horor yah?”, jawab si kakek. “Kebetulan sisa satu. Pas lagi ceritanya. Tentang bis yang ditinggali banyak arwah penasaran. Judulnya ‘Bis Malam Penasaran’. Serem banget pokoknya.”

“Boleh juga tuh. Berapa harganya?”

 “Seratus lima puluh ribu, nak”

“Walah, mahal bener harganya, kek”.

“Ya namanya juga buku bagus. Best seller. Semua yang baca buku ini kabarnya sampe syok loh waktu baca endingnya”, si kakek berpromosi ala sales panci.

Ruben pun akhirnya mengalah. Uang seratus lima puluh ribu berpindah tangan. Entah kenapa, tepat pada saat ia menyerahkan uang tersebut ke kakek tua, tiba-tiba terdengar suara petir menggelegar. Angin pun terasa mulai bertiup kencang. Si kakek buru-buru melangkah turun ke bis, namun tiba-tiba berhenti dan menolehkan wajahnya pelan-pelan ke arah Ruben.

“Nak”, ujarnya lirih, “apa pun yang terjadi, harap jangan buka halaman terakhir ya. Ingat, apapun yang terjadi. Kalau tidak nanti kamu akan menyesal dan saya tidak mau bertanggung jawab.”

Jantung Ruben berdegup kencang. Saking takutnya, ia sampai tidak mampu menganggukkan kepala hingga akhirnya si kakek turun dari bis dan menghilang ditelan kegelapan. Singkat cerita, dua jam kemudian, sekitar pukul satu malam, Ruben selesai membaca seluruh buku tersebut. Kecuali halaman terakhir tentunya. Dan memang benar seperti yang dikatakan si kakek penjual, buku itu benar-benar menegangkan dan menyeramkan.

Di luar bis yang melaju kencang, hujan turun dengan derasnya. Kilat menyambar bergantian dan terkadang terdengar suara guruh yang menggelegar. Sejenak Ruben melihat berkeliling dan ternyata semua penumpang sudah terlelap. Bulu kuduknya terasa merinding.

“Baca halaman terakhirnya gak yah?”, pikir Ruben bimbang. Antara penasaran dengan rasa takut berbaur menjadi satu. Di luar jendela malam tampak makin gelap.

“Ah sudahlah, sekalian aja. Nanggung!”

Dengan tangan gemetar ia pun membuka halaman terakhir dari buku tersebut secara perlahan… Dan akhirnya tampak sebuah lembaran kosong dengan sepotong label di bagian pojok kanan atas. Sambil menelan ludah, Ruben membaca huruf demi huruf yang tercantum:

Bis Malam Penasaran
Terbitan CV. Buku Horror Garing
Harga Pas: Rp 15.000,-


Source : Gudang Humor

Thursday, December 8, 2011

UNGKAPAN CINTA TERAKHIR

Suami Carol tewas dalam kecelakaan mobil tahun lalu. Jim, yang baru berumur lima puluh dua tahun, sedang mengemudikan mobil ke rumah, dari kantornya. Yang menabraknya adalah seorang remaja yang mabuk berat. Jim tewas seketika. Remaja itu masuk ruang gawat darurat, namun tidak sampai dua jam di sana.

Ironisnya lagi, hari itu hari ulang tahun Carol yang kelima puluh, dan Jim sudah membeli dua tiket pesawat ke Hawaii.

Ia ingin memberi kejutan untuk istrinya. Tapi ia justru tewas gara-gara seorang pengemudi mabuk.

“Bagaimana kamu bisa mengatasi itu?” tanyaku pada Carol, setahun kemudian.

Mata Carol basah oleh air mata.

Kupikir aku sudah salah bicara, tapi dengan lembut ia meraih tanganku dan berkata, “Tidak apa-apa. Aku ingin menceritakan padamu. Ketika aku dan Jim menikah, aku berjanji bahwa setiap pagi, sebelum dia berangkat, aku mesti mengatakan bahwa aku mencintainya. Dia juga membuat janji yang sama. Akhirnya hal itu menjadi semacam gurauan di antara kami.”

“Ketika anak-anak mulai lahir, sulit untuk menepati janji itu. Aku ingat aku suka lari ke mobilnya sambil berkata, ‘Aku mencintaimu’, dengan gigi terkatup rapat kalau aku sedang marah. Kadang aku mengemudi ke kantornya untuk menaruh catatan kecil di mobilnya. Hal itu menjadi tantangan yang lucu. Banyak kenangan kami tentang kebiasaan mengucapkan cinta ini setiap hari, sepanjang kehidupan perkawinan kami,” lanjutnya.

“Pada pagi Jim meninggal, ia menaruh kartu ulang tahun di dapur, lalu pergi diam-diam ke mobilnya. Kudengar mesin mobilnya dinyalakan. Jangan coba-coba kabur, ya, pikirku. Aku lari dan menggedor jendela mobilnya, sampai ia membukanya. ‘Hari ini, pada ulang tahunku yang kelima puluh, Bapak James E. Garrett, aku, Carol Garrett, ingin menyatakan bahwa aku mencintaimu.’ Karena itulah aku bisa tabah menghadapi peristiwa itu. Karena aku tahu bahwa kata-kata terakhir yang kuucapkan pada Jim adalah ‘Aku mencintaimu,’” ungkapnya sambil tersenyum simpul.

Iya..Pakailah lidah bibir kita untuk mengucapkan kata-kata yang manis, yang sedap untuk didengar telinga orang lain, terkhususnya lagi kepada orang-orang yang kita kasihi. Perkatakanlah hal-hal yang positif pada saat kita bertemu dengan mereka karena dengan begitu kita sedang memberkati hidup mereka dan meninggalkan kesan baik yang nantinya akan mereka tularkan kepada orang lain yang mereka temui di dalam keseharian mereka.

“HENDAKLAH KATA-KATAMU SENANTIASA PENUH KASIH” (Kolose 4:6) 

Source : inspirationalstories.com/bm (jawaban.com)

Wednesday, December 7, 2011

LIFE IS BEAUTIFUL

Dalam menghadapi kehidupan ini, kita sering merasa hidup begitu menekan dan sulit. Berbagai pekerjaan membuat kita melewati hari demi hari dalam stres yang tak berkeputusan. Berbagai masalah membuat kita tak mampu lagi melihat hal-hal yang indah dan menarik dalam hidup. Bahkan kadangkala ada juga orang yang begitu putus asa sehingga mencoba mengakhiri hidupya sendiri. Kalaupun tidak seekstrim itu, banyak orang menjadi robot. Melewati hari demi hari dalam rutinitas. Tanpa gairah, tanpa semangat, tanpa harapan.

Dengan memiliki harapan manusia mempunyai alasan untuk tetap melanjutkan hidupnya. Harapan membuat manusia tidak pernah berhenti berjuang. Harapan membuat manusia merancangkan langkah-langkah yang tepat bagi kelangsungan hidupnya. Ini membuktikan bahwa hidup manusia itu berharga karena didalamnya terkandung nilai-nilai yang diperjuangkan untuk membuat manusia tetap hidup.

Hidup sangat berharga. Bahwa kita yang hidup tahu bahwa kita akan mati sementara orang mati tidak dapat berbuat apa-apa. Ini menunjukkan bahwa hidup menjadi berharga karena kita melakukan sesuatu; berbuat sesuatu seperti untuk menikmati segala hal dalam hidup ini dengan sukacita dan kita senatiasa hidup dalam kebenaran dan keadilan, dengan tetap menjaga hidup kerohanian kita.

Semua hal ini memberi penjelasan kepada kita, bahwa keindahan hidup tidak diukur dari panjang pendeknya umur, tidak juga diukur dari kaya miskinnya orang, tetapi dari bagaimana ia mengisi hidupnya.

Hidup menjadi berarti jika kita mengisinya dengan kerja dan usaha tentang hal-hal yang baik. Yang paling penting dari semua itu adalah apapun yang terjadi dalam hidup kita..hidup ini adalah pemberian Tuhan. Iya..Hidup adalah anugerah. Maka selama kita hidup nikmatilah hidup kita dengan kerja, sukacita dan harapan. Hanya dengan demikian kita dapat menemukan keindahan hidup, 

KEINDAHAN HIDUP TIDAK DITENTUKAN OLEH PANJANG PENDEKNYA UMUR..
TIDAK JUGA DIUKUR DARI KAYA MISKINNYA ORANG..TETAPI DARI BAGAIMANA IA MENGISI HIDUPNYA.

Source : Motivasi_Net@yahoogroups.com

Tuesday, December 6, 2011

MEREDAKAN KEMARAHAN

Mungkin tidak banyak dari Anda yang mengenal pasangan suami istri asal Amerika Serikat ini, tetapi jika Anda mengetahui apa yang telah mereka lakukan di dalam kehidupan mereka pasti akan membuat mulut Anda terbuka lebar. Percy Arrowsmith dan Florence sempat masuk ke dalam buku rekor Guinness tahun 2005 sebagai suami istri tertua di dunia karena keduanya telah menikah selama 80 tahun.

Saat sebuah media lokal menanyakan mengenai rahasia keawetan rumah tangganya, pasangan kakek nenek ini menjawab bahwa mereka tidak akan pernah tidur sebelum konflik antarkeduanya selesai. Menurut mereka, membawa kemarahan di waktu tidur tidaklah mengenakkan. Mereka juga mengungkapkan, setiap bertengkar mereka selalu berusaha mengampuni sebelum larut malam agar hari itu bisa ditutup dengan ciuman dan genggaman tangan.

Kemarahan dapat datang tiba-tiba : ketika kita dicurangi, dituduh bersalah, atau saat melihat ketidakadilan. Tetapi kemarahan tidak berguna. Jika disimpan, ia bagai sampah yang membusuki hati. Biarkanlah Tuhan yang bertindak dan memunculkan keadilan di saat kita alami ketidakadilan.

Apakah anda sedang marah atau seringkali marah?  Datangnya marah tak bisa dicegah, tetapi ia bisa diredakan. Ceritakan kekesalan anda kepada Tuhan, nantikan Dia bertindak, lalu padamkan amarah Anda sebelum mentari terbenam. Jangan biarkan kemarahan mengotorkan hati, mematahkan semangat, dan mengganggu waktu tidur Anda!

Iya.. kemarahan itu bagaikan kanker, ia harus segera dibabat sebelum merambat.

“APABILA KAMU MENJADI MARAH..JANGANLAH KAMU BERBUAT DOSA. JANGANLAH MATAHARI TERBENAM..SEBELUM PADAM AMARAHMU." Efesus 4:26

Source : renungan-harian-kita.blogspot.com

Sunday, December 4, 2011

KISAH SEORANG MALAIKAT KECIL

Begitu Yu Yuan lahir dia sudah tidak mengetahui siapa orangtua kandungnya. Dia hanya memiliki seorang papa yang mengadopsinya. Papanya berumur 30 tahun yang bertempat tinggal di provinsi She Cuan kecamatan Suang Liu, kota Sang Xin Zhen Yun Ya Chun Er Cu. Karena miskin, maka selama ini ia tidak menemukan pasangan hidupnya. Kalau masih harus mengadopsi anak kecil ini, mungkin tidak ada lagi orang yang mau dilamar olehnya.

Pada tanggal 30 November 1996, tanggal 20 bulan 10 imlek, adalah saat dimana papanya menemukan anak kecil tersebut diatas hamparan rumput, disanalah papanya menemukan seorang bayi kecil yang sedang kedinginan. Pada saat menemukan anak ini, di dadanya terdapat selembar kartu kecil tertulis, “20 November jam 12″.

Melihat anak kecil ini menangis dengan suara tangisannya sudah mulai melemah. Papanya berpikir kalau tidak ada orang yang memperhatikannya, maka kapan saja bayi ini bisa meninggal. Dengan berat hati papanya memeluk bayi tersebut, dengan menghela nafas dan berkata, “saya makan apa, maka kamu juga ikut apa yang saya makan”. Kemudian papanya memberikan dia nama Yu Yuan.

Ini adalah kisah seorang pemuda yang belum menikah yang membesarkan seorang anak, tidak ada Asi dan juga tidak mampu membeli susu bubuk, hanya mampu memberi makan bayi tersebut dengan air tajin (air beras).

Karena itu, dari kecil anak ini tumbuh menjadi lemah dan sakit-sakitan. Tetapi, anak ini sangat penurut dan sangat patuh. Musim silih berganti, Yu Yuan pun tumbuh dan bertambah besar serta memiliki kepintaran yang luar biasa. Para tetangga sering memuji Yu Yuan sangat pintar dan mereka sangat menyukai Yu Yuan.

Di tengah ketakutan dan kecemasan papanya, Yu Yuan pelan-pelan tumbuh dewasa. Yu Yuan yang hidup dalam kesusahan memang luar biasa. Mulai dari umur lima tahun, dia sudah membantu papa mengerjakan pekerjaan rumah: mencuci baju, memasak nasi, dan memotong rumput.

Setiap hal dia kerjakan dengan baik. Dia sadar dia berbeda dengan anak-anak lain. Anak-anak lain memiliki sepasang orang tua, sedangkan dia hanya memiliki seorang papa. Keluarga ini hanya mengandalkan dia dan papa yang saling menopang. Dia harus menjadi seorang anak yang penurut dan tidak boleh membuat papa menjadi sedih dan marah.

Pada saat dia masuk sekolah dasar, dia sendiri sudah sangat mengerti, harus giat belajar dan menjadi juara di sekolah. Inilah yang bisa membuat papanya yang tidak berpendidikan menjadi bangga di desanya. Dia tidak pernah mengecewakan papanya, dia pun bernyanyi untuk papanya.

Setiap hal yang lucu yang terjadi di sekolahnya diceritakan kepada papanya. Kadang-kadang dia bisa nakal dengan mengeluarkan soal-soal yang susah untuk menguji papanya. Setiap kali melihat senyuman papanya, dia merasa puas dan bahagia. Walaupun tidak seperti anak-anak lain yang memiliki mama, tetapi bisa hidup bahagia dengan papa, ia sudah sangat berbahagia. Mulai dari bulan Mei 2005 Yu Yuan mulai mengalami mimisan.

Pada suatu pagi saat Yu Yuan sedang mencuci muka, ia menyadari bahwa air cuci mukanya sudah penuh dengan darah yang ternyata berasal dari hidungnya. Dengan berbagai cara, ia tidak bisa menghentikan pendarahan tersebut, sehingga papanya membawa Yu Yuan ke puskesmas desa untuk disuntik.

Tetapi sayangnya dari bekas suntikan itu juga mengerluarkan darah dan tidak mau berhenti. Di pahanya mulai bermunculan bintik-bintik merah. Dokter tersebut menyarankan papanya untuk membawa Yu Yuan ke rumah sakit untuk diperiksa.

Begitu tiba di rumah sakit, Yu Yuan tidak mendapatkan nomor karena antrian sudah panjang. Yu Yuan hanya bisa duduk sendiri di kursi yang panjang untuk menutupi hidungnya. Darah yang keluar dari hidungnya bagaikan air yang terus mengalir dan memerahi lantai.

Karena papanya merasa tidak enak, kemudian mengambil sebuah baskom kecil untuk menampung darah yang keluar dari hidung Yu Yuan. Tidak sampai sepuluh menit, baskom yang kecil tersebut sudah penuh berisi darah yang keluar dari hidung Yu Yuan.

Dokter yang melihat keadaaan ini cepat-cepat membawa Yu Yuan untuk diperiksa. Setelah diperiksa, dokter menyatakan bahwa Yu Yuan terkena leukimia ganas. Pengobatan penyakit tersebut sangat mahal yang memerlukan biaya sebesar 300.000$.

Papanya mulai cemas melihat anaknya yang terbaring lemah di ranjang. Papanya hanya memiliki satu niat, yaitu menyelamatkan anaknya. Dengan berbagai cara meminjam uang ke sanak saudara dan teman, tetapi uang yang terkumpul sangatlah sedikit.

Papanya akhirnya mengambil keputusan untuk menjual rumahnya yang merupakan harta satu-satunya. Tapi karena rumahnya terlalu kumuh, dalam waktu yang singkat tidak bisa menemukan seorang pembeli. Melihat mata papanya yang sedih dan pipi yang kian hari kian kurus, dalam hati Yu Yuan merasa sedih.

Pada suatu hari Yu Yuan menarik tangan papanya, air mata pun mengalir di kala kata-kata belum sempat terlontar. “Papa saya ingin mati”.

Papanya dengan pandangan yang kaget melihat Yu Yuan, “Kamu baru berumur 8 tahun, kenapa mau mati?”.

“Saya adalah anak yang dipungut, semua orang berkata nyawa saya tak berharga, tidaklah cocok dengan penyakit ini, biarlah saya keluar dari rumah sakit ini.”

Pada tanggal 18 Juni, Yu Yuan mewakili papanya yang tidak mengenal huruf, menandatangani surat keterangan pelepasan perawatan. Anak yang berumur delapan tahun itu pun mengatur segala sesuatu yang berhubungan dengan pemakamannya sendiri.

Hari itu juga setelah pulang ke rumah, Yu Yuan yang sejak kecil tidak pernah memiliki permintaan, meminta dua permohonan kepada papanya. Dia ingin memakai baju baru dan berfoto. Yu Yuan berkata kepada papanya, “Setelah saya tidak ada, kalau papa merindukan saya lihatlah foto ini”.

Hari kedua, papanya menyuruh bibi menemani Yu Yuan pergi ke kota dan membeli baju baru. Yu Yuan sendirilah yang memilih baju yang dibelinya. Bibinya memilihkan satu rok yang berwarna putih dengan corak bintik-bintik merah. Kemudian mereka bertiga tiba di sebuah studio foto.

Yu Yuan kemudian memakai baju barunya dengan pose secantik mungkin dan berjuang untuk tersenyum. Bagaimanapun ia berusaha tersenyum, pada akhirnya juga tidak bisa menahan air matanya yang mengalir keluar.

Kalau bukan karena seorang wartawan Chuan Yuan yang bekerja di surat kabar Cheng Du Wan Bao, Yu Yuan akan seperti selembar daun yang lepas dari pohon dan hilang ditiup angin. Setelah mengetahui keadaan Yu Yuan dari rumah sakit, Chuan Yuan kemudian menuliskan sebuah laporan, menceritakan kisah Yu Yuan secara detail.

Cerita tentang anak yang berumur 8 tahun yang mengatur pemakamannya sendiri akhirnya menyebar ke seluruh kota Rong Cheng. Banyak orang-orang yang tergugah oleh seorang anak kecil yang sakit ini, dari ibu kota sampai satu negara bahkan sampai ke seluruh dunia.

Mereka mengirim e-mail ke seluruh dunia untuk menggalang dana bagi anak ini. Hanya dalam waktu sepuluh hari, dari perkumpulan orang Tionghoa di dunia saja telah mengumpulkan 560.000 dolar. Biaya operasi pun telah tercukupi. Setelah itu, pengumuman penggalangan dana dihentikan, tetapi dana terus mengalir dari seluruh dunia.

Dana pun telah tersedia dan para dokter sudah siap untuk mengobati Yu Yuan. Satu demi satu gerbang kesulitan pengobatan juga telah dilewati. Semua orang menunggu hari suksesnya Yu Yuan.

Ada seorang teman di-email bahkan menulis, “Yu Yuan anakku yang tercinta saya mengharapkan kesembuhanmu dan keluar dari rumah sakit. Saya mendoakanmu cepat kembali ke sekolah. Saya mendambakanmu bisa tumbuh besar dan sehat. Yu Yuan anakku tercinta.”

Pada tanggal 21 Juni, Yu Yuan yang telah melepaskan pengobatan dan menunggu kematian akhirnya dibawa kembali ke ibu kota. Dana yang sudah terkumpul, membuat jiwa yang lemah ini memiliki harapan dan alasan untuk terus bertahan hidup. Yu Yuan akhirnya menerima pengobatan dan dia sangat menderita di dalam sebuah pintu kaca tempat dia berobat. Yu Yuan kemudian berbaring di ranjang untuk diinfus.

Ketegaran anak kecil ini membuat semua orang kagum padanya. Dokter yang menangani dia, Shii Min berkata bahwa dalam perjalanan proses terapi akan mendatangkan mual yang sangat hebat. Pada permulaan terapi Yu Yuan sering sekali muntah. Tetapi Yu Yuan tidak pernah mengeluh.

Pada saat pertama kali melakukan pemeriksaan sumsum tulang belakang, jarum suntik ditusukkan dari depan dadanya, tetapi Yu Yuan tidak menangis dan juga tidak berteriak, bahkan tidak meneteskan air mata.

Pada saat dokter Shii Min menawarkan Yu Yuan untuk menjadi anak perermpuannya, air mata Yu Yuan pun mengalir tak terbendung. Hari kedua saat dokter Shii Min datang, Yu Yuan dengan malu-malu memanggil dengan sebutan Shii Mama.

Pertama kalinya mendengar suara itu, Shii Min kaget, kemudian dengan tersenyum menjawab, “Anak yang baik”.

Semua orang mendambakan sebuah keajaiban dan menunggu momen dimana Yu Yuan hidup dan sembuh kembali. Banyak masyarakat datang untuk menjenguk Yu Yuan dan banyak orang menanyakan kabar Yu Yuan dari e-mail.

Selama dua bulan Yu Yuan melakukan terapi dan telah berjuang menerobos sembilan pintu maut. Pernah mengalami pendarahan di pencernaan dan selalu selamat dari bencana. Sampai akhirnya darah putih dari tubuh Yu Yuan sudah bisa terkontrol.

Semua orang pun menunggu kabar baik dari kesembuhan Yu Yuan. Tetapi efek samping yang dikeluarkan oleh obat-obat terapi sangatlah menakutkan, apalagi dibandingkan dengan anak-anak leukemia yang lain. Fisik Yu Yuan jauh sangat lemah. Setelah melewati operasi tersebut fisik Yu Yuan semakin lemah.

Pada tanggal 20 Agustus Yu Yuan bertanya kepada wartawan Fu Yuan, “Tante, kenapa mereka mau menyumbang dana untuk saya?

Wartawan tersebut menjawab, “Karena mereka semua adalah orang yang baik hati”.

Yu Yuan kemudian berkata, “Tante saya juga mau menjadi orang yang baik hati”.

Wartawan itu lalu menjawab, “Kamu memang orang yang baik. Orang baik harus saling membantu agar bisa berubah menjadi semakin baik.”

Yu Yuan dari bawah bantal tidurnya mengambil sebuah buku, dan diberikan kepada ke Fu Yuan. “Tante ini adalah surat wasiat saya.”

Fu yuan kaget, sekali membuka dan melihat surat tersebut ternyata Yu Yuan telah mengatur tentang pemakamannya sendiri.

Ini adalah seorang anak yang berumur delapan tahun yang sedang menghadapi sebuah kematian dan di atas ranjang menulis tiga halaman surat wasiat dan dibagi menjadi enam bagian, dengan pembukaan, “Tante Fu Yuan”, dan diakhiri dengan, “Selamat tinggal Tante Fu Yuan.” Yu Yuan jg menyatakan terima kasih serta selamat tinggal kepada orang- orang yang selama ini telah memperhatikan dia lewat surat kabar.

“Sampai jumpa tante, kita berjumpa lagi dalam mimpi. Tolong jaga papa saya. Sedikit dari dana pengobatan ini bisa dibagikan kepada sekolah saya dan katakan ini juga pada pemimpin palang merah. Setelah saya meninggal, biaya pengobatan itu dibagikan kepada orang-orang yang sakit seperti saya, biar mereka lekas sembuh.” 

Surat wasiat ini membuat Fu Yuan tidak bisa menahan tangis yang membasahi pipinya. “Saya pernah datang, saya sangat patuh,” demikianlah kata-kata yang keluar dari bibir Yu Yuan.

Pada tanggal 22 agustus, karena pendarahan di pencernaan hampir satu bulan, Yu Yuan tidak bisa makan dan hanya bisa mengandalkan infus untuk bertahan hidup. Mula-mulanya berusaha mencuri makan, Yu Yuan mengambil mie instan dan memakannya. Hal ini membuat pendarahan di pencernaan Yu Yuan semakin parah.

Dokter dan perawat pun secepatnya memberikan pertolongan darurat dan memberi infus dan transfer darah setelah melihat pendarahan Yu Yuan yang sangat hebat. Dokter dan para perawat pun ikut menangis. Semua orang ingin membantu meringankan pederitaannya. Tetapi tetap tidak bisa membantunya. Yu Yuan yang telah menderita karena penyakit tersebut akhirnya meninggal dunia.

Semua orang tidak bisa menerima kenyataan gadis kecil yang cantik lagi suci yang berhati mulia. Ia telah pergi ke dunia lain. Di kecamatan She Chuan, sebuah email pun dipenuhi tangisan menghantar kepergian Yu Yuan. Banyak yang mengirimkan ucapan turut berduka cita dengan karangan bunga yang ditumpuk setinggi gunung. Ada seorang pemuda berkata dengan pelan :

“ANAK KECIL..KAMU SEBENARNYA ADALAH "MALAIKAT KECIL" DIATAS LANGIT..KEPAKKANLAH KEDUA SAYAPMU..TERBANGLAH..."

Source : lintasberita.com

Friday, December 2, 2011

TUHAN..IJINKAN AKU UNTUK BERTAHAN DAN HIDUP

  FIKSI | 29 November 2011 | 09:52

Lelaki itu, pagi-pagi sekali sudah memacu motornya menuju kantornya di bilangan kota Jakarta. Wajahnya pucat dan tegang. Semalaman ia tidak bisa memejamkan matanya. Menunggu istrinya yang menahan sakit.

Dengan menahan lelah yang amat sangat. Lelaki itu menumbuhkan harapannya untuk segera sampai tujuan. Kemacetan pagi dan bau asap kendaraan tak digubris lagi.

Sepanjang jalan tiada hentinya berdoa. Terbayang wajah istrinya yang merintih menahan sakit. Terpaksa ia tak bisa membawa istrinya berobat. Sebab lelaki itu tidak memiliki biayanya.

Sebagai seorang salesman. Pendapatannya tak menentukan. Untuk melewati hari-hari bila menjelang akhir bulan. Terpaksa harus pinjam kanan-kiri. Ia merasa risih sebenarnya. Tapi mau apa lagi?

Pada awal bulan, menerima gaji hanyalah kegembiraan sesaat. Sebab harus dibagi ke sana-sini untuk membayar utang. Tak heran untuk membayar biaya sampai keteteran.

Lelaki itu adalah gambaran salah satu kemiskinan rakyat di negeri ini. Hidup dalam kesesakan dan keterdesakan ekonomi. Akibat pendapatan yang tidak cukup untuk menutupi kebutuhan hidup sederhana sekalipun.

Tanpa terasa, airmatanya berurai. Pasti itu adalah airmatan kesedihan yang sudah lama tertahan. Ia terus memacu motornya. Berharap bisa cepat bertemu pimpinannya. Karena ia sangat membutuhkan uang untuk biaya berobat hari itu juga.

Ia sedikit bisa menarik nafas lega. Pimpinan sudah berada di tempat. Tanpa menunggu waktu dan berbasa-basi. Lelaki itu langsung mengutarakan maksud kedatangannya.

“Kas lagi kosong! Tagihan kita bulan ini banyak yang macet!” jawaban yang benar-benar tak disangka oleh lelaki itu.

Niatnya mengajukan pinjaman senilai lima ratus ribu untuk berobat tak terpenuhi. Apakah atasannya tidak percaya? Apakah alasan istri sakit tidak cukup kuat untuk memberi pinjaman?

Lelaki itu hanya diam. Tak bisa berbuat apa-apa. Bahkan ia tidak bisa merasa marah. Hatinya hanya bisa menangis dan menjerit. Ia tidak ingin mengemis dan berdebat.

“Ke mana lagi aku harus mencari pinjaman?” batin lelaki itu. “Di tempat kerja saja tidak dapat, apalagi di luar? Ini juga lagi tanggal tua.”

Lalu ia minta ijin pada pimpinannya. Dijinkan atau tidak, ia tetap akan pulang. Dengan langkah berat dan gontai lelaki itu meninggalkan kantornya. Pikirannya kacau. Hatinya galau. Pandangannya kosong. Ada gurat putus asanya.

Saat memacu kendaraannya pulang, terbersit ingin sekali ia menabrak kendaraan yang ada di depannya. Membelokkan kendaraannya masuk ke kali yang ada di samping jalan.

Bukankah mati adalah termasuk pilihan dalam hidup? Buat apa hidup? Dari hari ke hari hanya kesunyian yang dilalui. Bahkan untuk mengobati istri saja tak mampu.

Usaha hasilnya hanya kesia-siaan. Doa pun hanya senyap ditelan kebisingan. Airmatan pun dianggap kecengengan. Mati adalah pilihan yang lebih baik.

Begitulah pikiran negatif memenuhi kepala lelaki itu. “Rasanya aku tak sanggup lagi!”

Namun dalam waktu bersamaan ada suara yang menguatkan. Di antara kebisingan jalanan. Jauh di dalam lubuk hatinya yang sunyi. Ada suara yang menyejukkan. “Bertahanlah sahabatku. Bertahanlah. Semua pasti akan berlalu!”

Dalam keadaan putus asa dan perasaan kecewa yang amat sangat. Lelaki itu berusaha tersenyum. Ada sedikit kelegaan. Berdoalah ia,”Tuhan, ijinkan aku terus bertahan. Aku ingin tetap hidup. Sebab aku percaya masih ada harapan yang indah. Aku percaya dan kuat bila mengingat Engkau. Aku harus bertahan!”

SEGALA KESUSAHAN DAN KESEDIHAN PASTI AKAN BERLALU. PERCAYA DAN BERTAHAN DALAM KEYAKINAN..SAMPAI TUHAN MEMBUKA PINTU KELEGAAN.

Source : K. Rajawen (fiksi.kompasiana.com)

Thursday, December 1, 2011

SUKA DAN DUKA

Pada masa yang sama, Rick Warren, penulis buku Purpose Driven Life, mengalami dua hal yang bertolak belakang. Ia menuai kesuksesan besar karena bukunya tercetak hingga 15 juta eksemplar. Namun bersamaan dengan itu, hatinya merasa berat karena istrinya, Kay, diserang kanker.

Menyikapi hal bertentangan ini, Rick berkata, “ Hidup ini seperti dua jalur kereta api yang menyatu di ujung, dan di sepanjang waktu Anda akan menjumpai hal baik dan juga hal buruk. Sebanyak apa pun hal baik yang Anda terima, Anda tetap akan menghadapi hal buruk yang mesti diatasi. Sebaliknya, seburuk apa pun hidup yang Anda jalani, selalu ada hal baik yang dapat disyukuri.”

Menyadari bahwa manusia tak dapat menghindar dari hidup yang berdinamika seperti dua “jalur kereta”, Paulus mengungkap tiga nasihat sederhana tetapi sangat penting untuk selalu dilakukan dalam segala keadaaan baik dan buruk..yakni : Bersuka cita, Berdoa dan Mengucap syukur.

Agar ketika Suka datang, manusia tak menjadi takabur. Atau, ketika Duka menyapa, manusia tak menjadi habis harapan. Sebab, sesungguhnya melalui jalan ini Tuhan menolong manusia untuk selalu melihat hidupnya secara seimbang. Bahwa hidupnya terselenggara bukan karena kekuatannya sendiri, tetapi selalu ada Tuhan yang berdaulat. Dan, bahwa manusia hidup bukan hanya untuk menikmati dunia, tetapi bahwa ada urusan kekekalan yang harus dipersiapkan sekarang.

TERKADANG SUKA DAN DUKA DATANG BERSAMAAN..TETAPI TETAP BERTAHAN KARENA ANDA DAN SAYA DITETAPKAN SEBAGAI PEMENANG.

Source : ceritakristen.org

Wednesday, November 30, 2011

BUKALAH PINTU HATIMU..MASIH ADA HARAPAN!

Moore adalah seorang dokter terkenal dan dihormati, melalui tangannya sudah tak terhitung nyawa yang diselamatkan, dia tinggal disebuah kota tua di Prancis. 20 tahun yang lalu dia adalah seorang narapidana, kekasihnya mengkhianati dia lari kepelukan lelaki lain, karena emosinya dia melukai lelaki tersebut, maka dia dari seorang mahasiswa di universitas terkenal menjadi seorang narapidana, dia dipenjara selama 3 tahun.

Setelah dia keluar dari penjara, kekasihnya telah menikah dengan orang lain, karena statusnya sebagai bekas narapidana menyebabkannya ketika melamar pekerjaan menjadi bahan ejekan dan penghinaan. Dalam keadaan sakit hati, Moore memutuskan akan menjadi perampok. Dia telah mengincar di bagian selatan kota ada sebuah rumah yang akan menjadi sasarannya, para orang dewasa dirumah tersebut semuanya pergi bekerja sampai malam baru pulang kerumah, didalam rumah hanya ada seorang anak kecil buta yang tinggal sendirian.

Dia pergi kerumah tersebut mencongkel pintu utama membawa sebuah pisau belati, masuk kedalam rumah, sebuah suara lembut bertanya, “Siapa itu?” Moore sembarangan menjawab, “Saya adalah teman papamu, dia memberikan kunci rumah kepadaku.”

Anak kecil ini sangat gembira, tanpa curiga berkata, “Selamat datang, namaku Kay, tetapi papaku malam baru sampai ke rumah, paman apakah engkau mau bermain sebentar dengan saya?” Dia memandang dengan mata yang besar dan terang tetapi tidak melihat apapun, dengan wajah penuh harapan, di bawah tatapan memohon yang tulus, Moore lupa kepada tujuannya, langsung menyetujui.

Yang membuat dia sangat terheran-heran adalah anak yang berumur 8 tahun dan buta ini dapat bermain piano dengan lancar, lagu-lagu yang dimainkannya sangat indah dan gembira, walaupun bagi seorang anak normal harus melakukan upaya besar sampai ke tingkat seperti anak buta ini, setelah selesai bermain piano anak ini melukis sebuah lukisan yanag dapat dirasakan didalam dunia anak buta ini, seperti matahari, bunga, ayah-ibu, teman-teman, dunia anak buta ini rupanya tidak kosong, walaupun lukisannya kelihatannya sangat canggung, yang bulat dan persegi tidak dapat dibedakan, tetapi dia melukis dengan sangat serius dan tulus.

“Paman, apakah matahari seperti ini?” Moore tiba-tiba merasa sangat terharu, lalu dia melukis di telapak tangan anak ini beberapa bulatan, “Matahari bentuknya bulat dan terang, dan warnanya keemasan.”

“Paman, apa warna keemasan itu?” dia mendongakkan wajahnya yang mungil bertanya, Moore terdiam sejenak, lalu membawanya ketempat terik matahari, “Emas adalah sebuah warna yang sangat vitalitas, bisa membuat orang merasa hangat, sama seperti kita memakan roti yang bisa memberi kita kekuatan.“

Anak buta ini dengan gembira dengan tangannya meraba ke empat penjuru, “Paman, saya sudah merasakan, sangat hangat, dia pasti akan sama dengan warna senyuman paman.“ Moore dengan penuh sabar menjelaskan kepadanya berbagai warna dan bentuk barang, dia sengaja menggambarkan dengan hidup, sehingga anak yang penuh imajinatif ini mudah mengerti. Anak buta ini mendengar ceritanya dengan sangat serius, walaupun dia buta, tetapi rasa sentuh dan pendengaran anak ini lebih tajam dan kuat daripada anak normal, tanpa terasa waktu berlalu dengan cepat.

Akhirnya, Moore teringat tujuan kedatangannya, tetapi Moore tidak mungkin lagi merampok. Hanya karena kecaman dan ejekan dari masyarakat dia akan melakukan kejahatan lagi, berdiri di hadapan Kay dia merasa sangat malu, lalu dia menulis sebuah catatan untuk orang tua Kay, “Tuan dan nyonya yang terhormat, maafkan saya mencongkel pintu rumah kalian, kalian adalah orang tua yang hebat, dapat mendidik anak yang demikian baik, walaupun matanya buta, tetapi hatinya sangat terang, dia mengajarkan kepada saya banyak hal, dan membuka pintu hati saya.”

Tiga tahun kemudian, Moore menyelesaikan kuliahnya di universitas kedokteran, dan memulai karirnya sebagai seorang dokter.

Enam tahun kemudian, dia dan rekan-rekannya mengoperasi mata Kay, sehingga Kay bisa melihat keindahan dunia ini, kemudian Kay menjadi seorang pianis terkenal, yang mengadakan konser ke seluruh dunia, setiap mengadakan konser, Moore akan berusaha menghadirinya, duduk disebuah sudut yang tidak mencolok, mendengarkan music indah menyirami jiwanya yang dimainkan oleh seorang pianis yang dulunya buta.

Ketika Moore mengalami kekecewaan terhadap dunia dan kehidupannya, semangat dan kehangatan Kay kecil yang buta ini yang memberikan kehangatan dan kepercayaan diri kepadanya, Kay kecil yang tinggal didalam dunia yang gelap, sama sekali tidak pernah putus asa dan menyia-nyiakan hidupnya, dia membuat orang menyadari betapa besar vitalitas dalam hidup ini, vitalitas dan semangat ini menyentuh ke dasar hati Moore.

Cinta dan harapan akan dapat membuat seseorang kehilangan niat melakukan kejahatan, sedikit harapan mungkin bisa menyembuhkan seorang yang putus asa, atau bahkan bisa mengubah nasib kehidupan seseorang atau kehidupan banyak orang, seperti Moore yang telah membantu banyak orang.

KETIKA MENGALAMI PUTUS ASA MAKA BUKALAH PINTU HATIMU..MAKA CAHAYA HARAPAN AKAN MENYINARI HATIMU.

Source : Loverlem Blog

TAK ADA ALASAN UNTUK JATUH

Di sebuah kota kecil, di negara bagian Indiana. Terdapat satu sekolah yang bisa dibilang cukup bagus, walaupun bukan merupakan sekolah unggulan. Sekolah ini adalah sekolah khusus putra di daerah sana. Terdapat berbagai macam golongan suku dan budaya yang ada.

Brian, seorang bocah laki-laki berumur 15 tahun, sedang menjalani terapi kanker otak pada sebuah rumah sakit. Semakin hari, penyakitnya kian parah, hingga mengharuskan dia menjalani terapi kanker dengan bahan radioaktif. Akhirnya, secara berkala, rambutnya yang dahulu pirang dan tebal harus rela rontok satu demi satu, hingga pada helai rambut yang terakhir.

Ketika di sudah benar-benar botak, ia merasa minder untuk datang ke sekolah. Ada bermacam-maca ekspresi yang ada yang diperlihatkan teman-teman sekolahnya. Sebagian besar dari mereka bersimpati.

"Tak adakah yang dapat kita lakukan untuknya? Agar ia bisa ceria seperti dahulu?"

Ujar salah satu dari mereka. Tak tahan melihat keadaan Brian yang terus merasa minder. Semua nya pun hanya dapat diam. Berpikir apa dan apa. Hingga...

"Ada! Brian adalah satu-satunya murid yang berkepala botak, bagaimana kita semua ikut seperti dia? Kalau kita semua botak, maka dia bukan menjadi satu-satunya orang yang botak di sekolah ini! Dan dia tidak akan merasa terasing lagi! Ayo!"

Maka seluruh anak laki-laki di kelasnya, meminta ijin kepada ibu mereka masing-masing untuk menggunduli kepala mereka agar Brian tidak menjadi satu-satunya laki-laki yang berkepala botak.

"Brian! Tabahkan hatimu!"

Mereka berteriak berlarian ke arah Brian, semua datang dengan keadaan kepala gundul. Semuanya tertawa bahagia, datang ke arah Brian. Brian yang kala itu kaget, tak dapat mengatakan apapun.

"Kami semua mendukungmu! Jangan putus asa! Kami semua peduli padamu!"

Brian hanya dapat tersenyum dalam tangisnya.

"Terimakasih, kalian semua begitu berharga. Semoga Tuhan melindungi kalian..."

APA ARTI CINTA YANG ADA DILUBUK HATI KITA YANG TERDALAM?
ARTI CINTA YANG TIDAK SELALU MELULU TERHADAP APA YANG KITA KETAHUI. BAHKAN CINTA BISA MUNCUL JIKA PERSAHABATAN ITU TERJALIN SECARA UTUH.

Source : Hanoch McCarty / sorayasoraya.multiply.com

Monday, November 28, 2011

HADIAH CINTA


“Bisa saya melihat bayi saya?” pinta seorang ibu yang baru melahirkan penuh kebahagiaan. Ketika gendongan itu berpindah ke tangannya dan ia membuka selimut yang membungkus wajah bayi lelaki yang mungil itu, ibu itu menahan nafasnya. Dokter yang menungguinya segera berbalik memandang ke arah luar jendela rumah sakit. Bayi itu dilahirkan tanpa kedua belah telinga! Waktu membuktikan bahwa pendengaran bayi yang kini telah tumbuh menjadi seorang anak itu bekerja dengan sempurna. Hanya penampilannya saja yang tampak aneh dan buruk.

Suatu hari anak lelaki itu bergegas pulang ke rumah dan membenamkan wajahnya di pelukan sang ibu yang menangis. Ia tahu hidup anak lelakinya penuh dengan kekecewaan dan tragedi. Anak lelaki itu terisak-isak berkata, “Seorang anak laki-laki besar mengejekku. Katanya, aku ini makhluk aneh.”

Anak lelaki itu tumbuh dewasa. Ia cukup tampan dengan cacatnya. Ia pun disukai teman-teman sekolahnya. Ia juga mengembangkan bakatnya di bidang musik dan menulis. Ia ingin sekali menjadi ketua kelas. Ibunya mengingatkan, “Bukankah nantinya kau akan bergaul dengan remaja-remaja lain?” Namun dalam hati ibu merasa kasihan dengannya.

Suatu hari ayah anak lelaki itu bertemu dengan seorang dokter yang bisa mencangkokkan telinga untuknya. “Saya percaya saya bisa memindahkan sepasang telinga untuknya. Tetapi harus ada seseorang yang bersedia mendonorkan telinganya,” kata dokter. Kemudian, orangtua anak lelaki itu mulai mencari siapa yang mau mengorbankan telinga dan mendonorkannya pada mereka.

Beberapa bulan sudah berlalu. Dan tibalah saatnya mereka memanggil anak lelakinya, “Nak, seseorang yang tak ingin dikenal telah bersedia mendonorkan telinganya padamu. Kami harus segera mengirimmu ke rumah sakit untuk dilakukan operasi. Namun, semua ini sangatlah rahasia,” kata sang ayah.

Operasi berjalan dengan sukses. Seorang lelaki baru pun lahirlah. Bakat musiknya yang hebat itu berubah menjadi kejeniusan. Ia pun menerima banyak penghargaan dari sekolahnya.

Beberapa waktu kemudian ia pun menikah dan bekerja sebagai seorang diplomat. Ia menemui ayahnya, “Yah, aku harus mengetahui siapa yang telah bersedia mengorbankan ini semua padaku. Ia telah berbuat sesuatu yang besar namun aku sama sekali belum membalas kebaikannya.” Ayahnya menjawab, “Ayah yakin kau takkan bisa membalas kebaikan hati orang yang telah memberikan telinga itu.”

Setelah terdiam sesaat ayahnya melanjutkan, “Sesuai dengan perjanjian, belum saatnya bagimu untuk mengetahui semua rahasia ini.”

Tahun berganti tahun. Kedua orangtua lelaki itu tetap menyimpan rahasia. Hingga suatu hari tibalah saat yang menyedihkan bagi keluarga itu. Di hari itu ayah dan anak lelaki itu berdiri di tepi peti jenazah ibunya yang baru saja meninggal. Dengan perlahan dan lembut, sang ayah membelai rambut jenazah ibu yang terbujur kaku itu, lalu menyibaknya sehingga tampaklah…. bahwa sang ibu tidak memiliki telinga. “Ibumu pernah berkata bahwa ia senang sekali bisa memanjangkan rambutnya,” bisik sang ayah. “Dan tak seorang pun menyadari bahwa ia telah kehilangan sedikit kecantikannya bukan?”

KECANTIKAN YANG SEJATI TIDAK TERLETAK PADA PENAMPILAN TUBUH NAMUN DI DALAM HATI. HARTA KARUN YANG HAKIKI TIDAK TERLETAK PADA APA YANG BISA TERLIHAT, NAMUN PADA APA YANG TIDAK DAPAT TERLIHAT. CINTA YANG SEJATI TIDAK TERLETAK PADA APA YANG TELAH DIKERJAKAN DAN DIKETAHUI, NAMUN PADA APA YANG TELAH DIKERJAKAN NAMUN TIDAK DIKETAHUI.

Source : Spiritual Reflections

Sunday, November 27, 2011

HATI YANG KAU SAKITI



Reyta Yuki Kato, itulah nama lengkapku. Ku terus memandangi undangan pernikahan dengan background foto ku dengan calon suami ku, William. Kami telah melewati berbagai rintangan dan permasalahan. Kami juga telah mengenal satu sama lain hingga memutuskan untuk menikah. Aku terus tersenyum bahagia memandanginya. Hanya beberapa bulan lagi, kita akan bersatu.

Umur pacaran yang hampir 6 tahun, akan kami akhiri dengan kata pernikahan. Aku mendekap undangan itu dan menerawang, membayangkan kembali ketika William meminangku beberapa hari yang lalu.

Kepercayaan, cinta, itu tidak perlu dipertanyakan lagi. Terkadang rasa sakit yang ku terima dari dirinya tiba-tiba hilang tanpa bekas. Aku hari ini akan menjumpainya selepas pekerjaan fotografernya selesai. Aku bangkit, memakai kemeja di bawah pinggang dan jins. Memoles wajahku dan mengenakan kerudung yang dibelikan William untukku. Dengan sigap aku memasukkan undangan itu dan beberapa keperluanku. Mengenakan high heels yang menambah tinggiku menjadi semampai.

Aku sedikit tersentak, dan duduk di sisi kasurku yang bawah. Jantungku seperti terpacu dengan cepat. Mungkin ini ketegangan pernikahan, pikirku. Aku menuruni tangga, dengan terus memegang dadaku. Berharap jantungku kembali terpacu dengan normal.

“Kamu kenapa, Rey?” tanya Ibuku.

Aku memeluk Ibuku erat sekali, “Reyta gugup, Bu.”

Ibu melepas pelukanku dan membelai rambut ku dengan jemarinya yang telah menua, “Jangan gugup. Ini kan yang kamu tunggu-tunggu selama ini. Kamu mau menemui nak William?”

“Iya, Bu. Reyta berangkat dulu ya.” Aku mencium tangan ibuku dan segera berangkat.

Jantung ku sekarang mudah terpacu dengan cepat, mimpi-mimpi buruk juga sering menghantui ku. Tapi aku selalu menepisnya.

Handphone ku berdering, “Halo?” aku mengangkat teleponnya.

Mendengar kata-kata dari penelepon itu, aku terduduk lemas, tubuhku menegang, jantungku semakin terpacu dengan kuat, badanku terasa panas, tetapi kurasakan sesuatu yang basah menetes di pipiku. Aku menangis. Aku berlari ke dalam mobilku. Takut Ibuku akan melihat tangisku. Aku melajukan mobilku dengan cepat, sangat cepat. Hingga tak kuat berkonsentrasi. Aku menelepon William untuk bertemu di taman saja.

Tak terasa, William telah melampui kedatanganku. Dia duduk di kursi panjang putih. Aku menatapnya lekat-lekat dan duduk di sampingnya.

“Kangen ya..,” ucap William jail kepadaku.

Kangen? Memang. Karena aku telah tidak bertemu dengannya beberapa hari yang lalu.

“Siapa Leira?” tanya ku tiba-tiba.

“Leira?” William malah kembali bertanya.

“Iya, Leira Syahara. Siapa dia? Hubungannya apa denganmu?” tanya ku dengan tatapan elangku.

William menggenggam tanganku erat, dan menundukkan kepalanya, “Iya, aku ada hubungan dengannya.”

Aku tersentak, ternyata isu itu benar kenyataan, sesuatu menetes di pipiku. William menyekanya.

“Maaf. Bukan maksudku untuk berpaling darimu, Rey. Tetapi aku telah menetapkan pilihannya denganmu. Aku menikahimu,” ucap William.

“Apa? Semudah itu kah kau? Mempermainkan hatiku? Aku bukan bonekamu, William! Kamu tau?? Hatiku terasa sakit sekarang. Rasanya sesuatu menghantam hatiku. Pecah? Berkeping-keping!” ucapku seraya ingin pergi, tetapi William menahanku.

Dia bersujud di kaki dan meminta maaf. Memohon agar aku tak pergi dari sisinya.

“William, kalau aku yang terbaik buatmu. Seharusnya kamu nggak melakukan ini terhadap hubungan kita,” aku meneteskan air mataku.

“Maaf..maaf Rey. Aku..aku benar-benar khilaf. Aku salah, Rey. Tapi please... Don’t leave me,” ucapnya yang terus bersujud di kaki ku.

Aku mengangkat tubuhnya dari kakiku, dan mendudukkannya di depan ku. Aku mengambil undangan pernikahan kami, dan aku menyobeknya di depan wajahnya.

Dia mengambil serpihan undangan itu dan mendongak kepadaku, “Rey, apa maksudmu?”

“Kamu bertanya apa maksudku? Pernikahan kita BATALLLLLLLLLLLLLLL!!!!!!!!!” ucapku dengan berteriak sekencang-kencangnya.

“APA?”

“Dengar ya, William. Aku akan melepasmu. Silahkan dengan wanita itu!,” aku berbalik dan ingin pergi.

Tapi tangan William menahanku, “Jangan pergi...”

Aku berbalik, “William, kamu tau? Mungkin aku tidak bisa apa-apa jika tanpamu. Tapi sakit yang kamu berikan melampaui batas. Aku tak pernah sekali pun berpaling darimu. Aku menjaga cintamu. Selalu dan selalu. Tapi apa balasan darimu? ha??? apa balasan darimuuuu??? Air susu dibalas dengan air tuba!!!”

“Rey, kasih aku kesempatan. Akan aku perbaiki semuanya..pasti akan kuperbaiki..please Rey.”

“Perbaiki? Telat..William. Kamu tau? Kamu tidak akan pernah melihatku lagi!!”

Jdeerrr!!! Petir tiba-tiba muncul dengan suaranya yang maha dahsyat. Apakah perkataan itu akan benar-benar terjadi.

“Kamu ngomong apa, Rey? Jangan pernah berkata seperti itu,” ucap William.

Aku berlari menghindarinya. Berlari sekuat tenaga. William berlari di belakangku. Aku menaiki mobilku dan melajukannya dengan kilat. Secepat kilat.

Aku sulit berkonsentrasi, hingga mobilku menabrak sebuah truk yang melintas di depanku. Aku terasa terkoyak. Jantungku semakin melemah, dan darah segar mengalir di wajahku. Aku merasakan seseorang membopongku. Aku merasakan kehangatannya. Dia membelai wajahku. Menghapus darah yang mengalir di wajahku.

“William...,” desahku dengan lemah.

“Reyta, kamu harus kuat.. Kamu harus kuat.. Aku mencintaimu..aku mencintaimu Rey” ucap William sambil menangis

Sesuatu yang hangat menyentuh keningku, dan kecupan manis di bibirku.

"William... Kamu mencuri satu kecupan dariku.”

“Rey, jangan bicara. Please... Kamu harus bertahan..kamu harus bertahan..” William menangis lagi

William menggenggam tanganku sangat erat. Hingga kurasakan tangannya meremukkan tulangku. Aku tak bisa merasakan kakiku lagi, tiba-tiba semua terasa gelap. Kehangatan William tak lagi kurasa. Hanya gelap dan dingin. Tiba-tiba Kakekku yang telah tiada, membawakan ku sebuah kerudung putih yang bersinar. Aku mengenakannya. Aku digandeng kakekku. Aku merasa hangat dan bersinar.

Iya, aku yakin. Aku telah tiada.

Reyta Yuki Kato, batu nisan terpampang di kuburannya. William menangis di samping batu nisan Reyta, hingga memeluknya.

“Rey, kenapa kamu tinggallin aku,” William menangis.

“Nak William. Ikhlaskan Reyta pergi. Ayo pulang,” ajak Ibu Reyta.

“Nggak, Tante. William masih mau di sini. Reyta nggak mungkin pergi. Reyta pasti akan bangun.”

Ibu Reyta akhirnya meninggalkan William seorang diri.

HMM..JANGAN PERNAH MENYIAKAN CINTA YANG TELAH KALIAN GENGGAM SELAMA ORANG ITU MASIH HIDUP.

Source : Kumpulan story Stefyuk






MARAH DI PESAWAT


Seorang ibu marah luar biasa kepada seorang pramugari karena ia menumpahkan minuman dan mengenai bajunya. Pramugari yang lain meminta maaf tetapi ia tetap saja marah dan berkata : “You don’t follow mix!!! Your children fruit stuprid doesn’t play!!!” Pramugari itu kaget luar biasa karena ia tidak mengerti bahasa inggris ibu yang kacau balau itu.

Maksud ibu itu sebenarnya adalah : Jangan ikut campur!!! anak buahmu bodohnya bukan main!!!

SAHABAT..IT'S FUNNY DOESN'T PLAY KAN CERITAKU INI? :)

Source : Kata Kata Lucu

LOGAT BETAWI


Agus dari satu desa di Yogyakarta..sudah dua tahun dia merantau dan akhirnya berhasil menjadi seorang aktor. Ketika pulang, sang ayah yang sudah tak sabar menyambut kedatangannya bertanya, “Bagaimana kamu di Jakarta nak?”


Agus menjawab, “Senang Beh!”
...
“Kamu kerja apa di Jakarta?” tanya ayah

“Banyak beh….yaah, jadi guru agama, pembina iman.Yaahh pokoknye banyak deh Beh!” begitu jawab Agus dengan logat betawi.

“Kalo begitu, nanti malam sebelum makan kamu pimpin doa ya!” pinta sang ayah

Pada saat makan malam, Agus pun berdoa, begini doanya:

” Babe gue yang ade di surge, surge lu punye, bumi lu punye.Punye gue semua dari lu.Gue gak punye ape-ape.Tapi nggak apalah, amin ye!”

Source : Cerita Humor / Kata Kata Lucu

Friday, November 25, 2011

KASIH TANPA BATAS SEORANG IBU

12 Mei 2009 Wen Chuan, salah satu daerah yang paling parah terkena gempa. Sukarelawan yang bertugas saat itu menemukan pemandangan yang memilukan

"Lihat itu, ada seorang wanita di sana "

Dari balik reruntuhan tampak jenazah seorang wanita, dan ada sesuatu di bawahnya, seorang bayi.

Ibu itu tampak berlutut dengan sikap sempurnanya kepada Tuhan memohon dengan sisa2 tenaganya yang terakhir untuk diberi kekuatan melindungi bayinya. Tubuhnya tampak seperti berdoa dengan sangat khusuk. Sang anak tidak terluka sama sekali

Di bawah selimut bayi itu, para sukarelawan menemukan ponsel dengan sebuah tulisan di layarnya. "Anakku tersayang, bila kau hidup, ingatlah ini, mama akan selalu mencintaimu"

SANG BAYI KEHILANGAN IBUNYA, TAPI DENGAN SELURUH HIDUPNYA, DIA AKAN INGAT BAGAIMANA CINTA SEORANG IBU ADALAH CINTA TERHEBAT DI DUNIA.
 

Source : kaskus.us/showtread

Thursday, November 24, 2011

BERJUANG SAMPAI AKHIR

15 Mei 2008. Che Jian, seorang pengemudi truk ditemukan tertimbun selama 73 jam tanpa makanan dan minuman. Che Jian berusia 28 tahun. Tubuhnya tertimbun di tengah reruntuhan tanpa menyisakan sedikitpun ruang untuk bergerak

Seorang tim SAR menemukannya dan berusaha menjaganya tetap sadar dengan mengajaknya berbincang :

Tim SAR : "Hei Bung bertahanlah... Kamu bisa, kamu pria yang kuat"

Che Jian : "Tenang saja. Aku kuat koq."

Che Jian masih dalam mood yang baik ketika itu

Che Jian : "Wow, setelah ini pasti aku akan memecahkan rekor bertahan di papan plastik paling lama"

Tim SAR : "Hahaha. benar sekali, kau bisa saja.." (sang penyelamat tak sampai hati untuk memberitahu diatasnya ada segunung reruntuhan)

Beberapa kali Che Jian berpikir untuk menyerah

Che Jian : Aku harus kuat, Istriku hamil.. Aku tidak mau anakku jadi yatim

Pada pukul 6.12 Am, operasi penyelamatan dimulai, gerakan2 yang timbul akibat proses itu makin menyiksa Che Jian

Tim SAR : Ayolah sedikit lagi, jangan tidur, menyanyilah

Che Jian yang merasa tidak memiliki bakat menyanyi memilih menghitung angka

Che Jian : 1,2,3,4,5,6,

Tiap kali dia menyebut angka dia merasakan sakit akibat paru2nya yang tergencet.

2 Jam kemudian, para penyelamat berhasil mengeluarkannya diiringi sorak sorai

Che Jian yang ditandu kemudian mengingat 3 hal :
"Aku terkubur selama 78 jam"
"Aku sudah menikah selama setahun"
"Istriku sedang hamil 3 bulan"

Dan kemudian hanya ada kesunyian dan isak tangis para penyelamat

80 jam dengan rasa sakit yang amat sangat, Che Jian merasa terlalu lelah. Che Jian akhirnya meninggal.

Namun perlu diingat, dia berjuang sampai akhir.

HAI SAHABAT..JANGAN MENYERAH SEKARANG..KALIAN SUDAH SAMPAI SEJAUH INI..HARUS TETAP SEMANGAT..OK? :)

Source : kaskus

Wednesday, November 23, 2011

CERITA CINTA SEORANG ANAK

Di hari terakhir sebelum hari Natal, aku bergegas pergi ke Supermarket untuk membeli beberapa hadiah lagi yang belum sempat terbeli pada waktu sebelumnya.

Ketika saya melihat kekerumunan orang disana, saya mulai mengeluh pada diri sendiri.

"Kayaknya saya akan selamanya berada disini nih dan padahal saya masih harus pergi kebeberapa tempat lagi..."

Bener-bener menyebalkan..padahal aku berharap bisa santai-santai, lalu tidur dan bangun sesudahnya...

Namun demikian, aku langkahkan juga kakiku menuju ke bagian mainan anak, dan disana aku mulai melihat-lihat harga, dan bertanya-tanya betul nggak sih anak-anak bermain dengan mainan-mainan semahal ini.

Sembari memcari-cari mainan dibagian itu, aku melihat seorang anak laki kecil sekitar 5 tahunan, merapatkan sebuah boneka kedadanya sendiri.

Dia terus menyentuh rambut boneka itu dengan.. tatapan yang sedih.

Aku jadi bertanya-tanya untuk siapakah boneka itu.

Kemudian si anak lelaki kecil itu memandang kepada seorang wanita tua yang berdiri disebelahnya: "Nek, nenek yakin kalau aku nggak punya cukup uang?"

Wanita tua itu menjawab: "Kamu kan sudah tahu bahwa kamu nggak punya cukup uang untuk membeli boneka ini, sayang."

Kemudian si nenek memintanya untuk diam disitu selama 5 menit sementara dia pergi berkeliling. Si nenek meninggalkannya dengan bergegas.

Si anak lelaki kecil tetap memegang boneka itu dalam tangannya.

Akhirnya, aku mulai berjalan menuju kearahnya dan aku menanyakannya kepada siapa boneka itu akan diberikan?

"Boneka inilah yang sangat diidamkan oleh adik perempuan saya dan dia sangat menginginkannya pada Natal sekarang ini. Dia sangat yakin bahwa saya akan membawakan boneka ini untuknya."

Aku mencoba meyakinkan bahwa kamu akan membawakan boneka itu untuk adiknya, dan kamu jangan mengkawatirkannya.

Tapi kemudian dia menjawabku dengan sangat sedih.

"Tidak.. Aku tidak mungkin membawakan boneka ini ketempat dia berada sekarang. Saya harus memberikannya kepada Ibu saya sehingga ibu dapat memberikannya ketika Ibu pergi ketempatnya."

Matanya terlihat sangat sedih.. ketika dia mengatakan kalimat itu. "Adik saya telah pergi menghadap Tuhan. Ayah berkata bahwa Ibu juga akan pergi menemui Tuhan segera, jadi saya pikir tentunya Ibu bisa membawakan boneka ini untuk diberikan kepada adik saya."

Jantungku hampir putus rasanya, mendengar penjelasan anak itu...

Betapa mata hati saya terbuka mendengar perkataan anak itu, bahwa masih ada yang namanya cinta di dunia ini yang sangat mulia dari hati seorang anak berusia 5 tahun. Karena selama ini saya merasa semua yang ada di dunia ini adalah semu termasuk rasa cinta yang saya miliki.

Anak kecil itu memandang saya dan mengatakan: "Saya sudah pesankan ke Ayah untuk mengatakan ke Ibu jangan pergi dulu. Saya bilang tolong tunggu saya sampai saya pulang dari supermarket."

Selanjutnya anak itu memperlihat selembar foto dirinya yang lucu dimana dia sedang tertawa. Dia kemudian berkata kepadaku: "Saya juga pengin Ibu membawa serta foto ini bersamanya, supaya Ibu tidak lupa denganku."

"Aku sangat mencintai Ibuku.. padahal saya berharap Ibu tidak seharusnya meninggalkanku tapi.. Ayah berkata bahwa Ibu harus pergi untuk menemani adik perempuan saya."

Kemudian.. ia memandangi boneka itu lagi dengan sedih dan mengusap rambutnya perlahan.

Aku cepat mengambil dompetku dan mengeluarkan beberapa lembar uang dan berkata kepada anak itu: "Bolehkah aku hitung uangmu, mungkin kamu punya cukup uang?"

"Baik..." katanya lirih. "Saya berharap ada cukup uangnya."

Aku sisipkan uangku kedalam uangnya tanpa sepengetahuannya dan kami mulai menghitungnya. Ternyata uangnya cukup untuk boneka itu bahkan lebih.

Anak laki itu berkata: "Terima kasih Tuhan atas pemberian uang ini."

Kemudian dia memandangku dan menambahkan: "Kemarin, sebelum tidur saya memohon kepada Tuhan agar saya memiliki cukup uang untuk membelikan boneka ini, agar supaya Ibu dapat membawakannya untuk adikku. Ternyata Tuhan mendengarkanku."

"Saya juga berharap memiliki cukup uang agar dapat membeli sekuntum mawar putih untuk Ibuku, tapi saya nggak berani meminta terlalu banyak kepada Tuhan. Tapi ternyata Tuhan memberiku uang cukup untuk membeli boneka ini dan juga mawar putih."

Aku selesaikan belanjaan saya dengan sebuah perasaan yang amat sangat berbeda dengan ketika saya memulainya. Beberapa menit kemudian, wanita tua itu telah kembali dan aku pergi dengan trolley-ku.

Aku nggak bisa menghilangkan bayangan anak laki-laki itu dari ingatanku.

Kemudian, aku ingat kepada sebuah artikel dari sebuah koran lokal 2 hari yang lalu, yang mengatakan bahwa seorang mabuk yang mengemudikan sebuah truk menabrak sebuah mobil yang sedang dikendari oleh seorang wanita muda dengan anak perempuannya yang masih kecil.

Si anak perempuan meninggal seketika, dan ibunya masih hidup tetapi dalam keadaan kritis. Keluarganya harus mengambil keputusan apakah harus mencabut kabel dari mesin yang membantunya bertahan hidup, sebab wanita muda itu sudah tidak mungkin lagi lepas dari keadaan koma.

Apakah mereka keluarga dari anak laki-laki kecil itu?

Dua hari setelah pertemuanku dengan dengan anak laki-laki itu, aku baca disurat kabar bahwa wanita muda itu telah meninggal dunia.

Aku segera bergegas dan pergi membeli seikat mawar putih dan pergi kesebuah pemakaman dimana jenazah di perlihatkan kepada para pelayat dan didoakan sebelum pemakaman.

Ternyata wanita muda itu ada disana, terbaring didalam petinya, memegang setangkai mawar putih yang indah dengan selembar foto anak lelaki itu dan boneka diletakkan diatas dadanya.

Saya meninggalkan tempat itu.. sambil menangis, dan merasakan hidup saya telah berubah untuk selama-lamanya.

Cinta.. yang dimiliki oleh bocah lelaki itu kepada Ibu dan adiknya tercinta, tetap melekat hingga hari itu, sungguh tidak terbayangkan.

Hanya dalam bilangan detik, seorang yang sedang mabuk telah mengambil semuanya itu darinya.

SEDIAKAN WAKTU UNTUK MENGHARGAI APA YANG KAMU MILIKI SAAT INI. CINTA YANG KITA MILIKI DARI DASAR HATI YANG PALING DALAM ADALAH SESUATU YANG SANGAT MAHAL HARGANYA..TIDAK DAPAT DINILAI DENGAN MATERI SEKALIPUN.

Source : menjelajahduniabaru.blogspot.com

SUKA MENGHINA

Seorang wanita sedang berjalan melewati toko yang menjual hewan peliharaan, ketika seekor kakaktua berkata, “Hei nyonya! anda jelek sekali!” wanita ini mempercepat langkahnya dan melanjutkan perjalanannya.

Saat pulang, ia kembali melewati toko hewan tadi dan kakatua sekali lagi menghinannya, “Hei nyonya! anda jelek sekali!”
Sang Nyonya merasa sangat marah sambil memasuki toko tersebut dan berniat untuk menggugat toko tersebut dan membunuh burung itu.Manajer toko meminta maaf dan meyakinkan bahwa kakatua tidak akan mengatakan penghinaan itu lagi.

Hari berikutnya, nyonya ini sengaja melewati toko hewan untuk memastikan bahwa burung itu tidak mengulangi perbuatanya.

“Hai Nyonya!”, sapa kakatua

“Ya??”

“Kau tahu, kan??”"

Source : Cerita Humor / Kata Kata Lucu

AMIN SAJA

Sebuah keluarga akan memiliki sebuah anggota baru. Biasanya ketika ada bayi yang baru lahir, kebiasaan mereka akan dilakukan untuk mengusir roh-roh jahat agar tidak menggangu si bayi. Ketika acara akan dimulai, hadirlah 7 orang yang dikenal baik oleh tuan rumah dan diminta untuk mendoakan.

Orang pertama yang ditunjuk tidak bisa berdoa, bergitupun orang kedua sampai orang keenam.ketika sampai di orang yang ketujuh….amin sajalah!?! dan acara makan pun dimulai 

Source : Kata Kata Lucu

Monday, November 21, 2011

CIUMAN TERAKHIR DARI AYAH

Rapat Direksi baru saja berakhir. Bob mulai bangkit berdiri dan menyenggol meja sehingga kopi tertumpah keatas catatan-catatannya.

Waduhhh..memalukan sekali aku ini, di usia tua kok tambah ngaco.....

Semua orang ramai tergelak tertawa, lalu sebentar kemudian, kami semua mulai menceritakan Saat-saat yang paling menyakitkan dimasa lalu dulu.

Gilirannya kini sampai pada Frank yang duduk terdiam mendengarkan kisah lain-lainnya.

Ayolah Frank, sekarang giliranmu. Cerita dong, apa saat yang paling tak enak bagimu dulu. Frank tertawa, mulailah ia berkisah masa kecilnya.

Aku besar di San Pedro. Ayahku seorang nelayan, dan ia cinta amat pada lautan. Ia punya kapalnya sendiri, meski berat sekali mencari mata pencaharian di laut. Ia kerja keras sekali dan akan tetap tinggal di laut sampai ia menangkap cukup ikan untuk memberi makan keluarga. Bukan cuma cukup buat keluarga kami sendiri, tapi juga untuk ayah dan ibunya dan saudara-saudara lainnya yang masih di rumah.

Ia menatap kami dan berkata, Ahhh, seandainya kalian sempat bertemu ayahku. Ia sosoknya besar, orangnya kuat dari menarik jala dan memerangi lautan demi mencari ikan. Asal kau dekat saja padanya, wuih, bau dia sudah mirip kayak lautan. Ia gemar memakai mantel cuaca-buruk tuanya yang terbuat dari kanvas dan pakaian kerja dengan kain penutup dadanya. Topi penahan hujannya sering ia tarik turun menutupi alisnya. Tak perduli berapapun ibuku mencucinya, tetap akan tercium bau lautan dan amisnya ikan.

Suara Frank mulai merendah sedikit.

Kalau cuaca buruk, ia akan antar aku ke sekolah. Ia punya mobil truk tua yang dipakainya dalam usaha perikanan ini. Truk itu bahkan lebih tua umurnya daripada ayahku. Bunyinya meraung dan berdentangan sepanjang perjalanan. Sejak beberapa blok jauhnya kau sudah bisa mendengarnya.

Saat ayah bawa truk menuju sekolah, aku merasa menciut ke dalam tempat duduk, berharap semoga bisa menghilang. Hampir separuh perjalanan, ayah sering mengerem mendadak dan lalu truk tua ini akan menyemburkan suatu kepulan awan asap. Ia akan selalu berhenti di depan sekali, dan kelihatannya setiap orang akan berdiri mengelilingi dan menonton. Lalu ayah akan menyandarkan diri ke depan, dan memberiku sebuah ciuman besar pada pipiku dan memujiku sebagai anak yang baik.

Aku merasa agak malu, begitu risih. Maklumlah, aku sebagai anak umur dua-belas, dan ayahku menyandarkan diri kedepan dan menciumi aku selamat tinggal!

Ia berhenti sejenak lalu meneruskan, Aku ingat hari ketika kuputuskan aku sebenarnya terlalu tua untuk suatu kecupan selamat tinggal/ Ciuman terakhir. Waktu kami sampai kesekolah dan berhenti, seperti biasanya ayah sudah tersenyum lebar. Ia mulai memiringkan badannya kearahku, tetapi aku mengangkat tangan dan berkata, Jangan, ayah. Itu pertama kali aku berkata begitu padanya, dan wajah ayah tampaknya begitu terheran.

Aku bilang, "Ayah, aku sudah terlalu tua untuk ciuman selamat tinggal."

Ayahku memandangiku untuk saat yang lama sekali, dan matanya mulai basah.

Belum pernah kulihat dia menangis sebelumnya. Ia memutar kepalanya, pandangannya menerawang menembus kaca depan. Kau benar, katanya.

Kau sudah jadi pemuda besar seorang pria. Aku tak akan menciumimu lagi.

Wajah Frank berubah jadi aneh, dan air mata mulai memenuhi kedua matanya, ketika ia melanjutkan kisahnya. Tidak lama setelah itu, ayah pergi melaut dan tidak pernah kembali lagi. Itu terjadi pada suatu hari, ketika sebagian besar armada kapal nelayan merapat dipelabuhan, tapi kapal ayah tidak.Ia punya keluarga besar yang harus diberi makan.

Kapalnya ditemukan terapung dengan jala yang separuh terangkat dan separuhnya lagi masih ada dilaut.Pastilah ayah tertimpa badai dan ia mencoba menyelamatkan jala dan semua pengapung-pengapungnya.

Aku mengawasi Frank dan melihat air mata mengalir menuruni pipinya.

Frank menyambung lagi, Kawan-kawan, kalian tak bisa bayangkan apa yang akan kukorbankan sekedar untuk mendapatkan lagi sebuah ciuman pada pipiku.untuk merasakan wajah tuanya yang kasar untuk mencium bau air laut dan samudra padanya..untuk merasakan tangan dan lengannya merangkul leherku.

Ahh, sekiranya saja aku jadi pria dewasa saat itu. Kalau aku seorang pria dewasa, aku pastilah tidak akan pernah memberi tahu ayahku bahwa aku terlalu tua tuk sebuah ciuman selamat tinggal.

SEMOGA KITA TIDAK MENJADI TERLALU TUA UNTUK MENUNJUKKAN CINTA KASIH KITA.

Source : forum.vivanews.com

Saturday, November 19, 2011

HIDUP ADALAH SUATU ANUGERAH UNTUK DINIKMATI

Seorang pria mendatangi Sang Master, “Guru, saya sudah bosan hidup. Sudah jenuh betul. Rumah tangga saya berantakan. Usaha saya kacau. Apapun yang saya lakukan selalu berantakan. Saya ingin mati.”

Sang Master tersenyum, “Oh, kamu sakit.”...
“Tidak Master, saya tidak sakit. Saya sehat. Hanya jenuh dengan kehidupan. Itu sebabnya saya ingin mati.”

Seolah-olah tidak mendengar pembelaannya, sang Master meneruskan, “Kamu sakit. Dan penyakitmu itu sebutannya, ‘Alergi Hidup’. Ya, kamu alergi terhadap kehidupan.”

Banyak sekali di antara kita yang alergi terhadap kehidupan. Kemudian, tanpa disadari kita melakukan hal-hal yang bertentangan dengan norma kehidupan. Hidup ini berjalan terus. Sungai kehidupan mengalir terus, tetapi kita menginginkan status-quo. Kita berhenti di tempat, kita tidak ikut mengalir. Itu sebabnya kita jatuh sakit. Kita mengundang penyakit. Resistensi kita, penolakan kita untuk ikut mengalir bersama kehidupan membuat kita sakit.

Yang namanya usaha, pasti ada pasang-surutnya. Dalam hal berumah-tangga, bentrokan-bentrokan kecil itu memang wajar, lumrah. Persahabatan pun tidak selalu langgeng, tidak abadi. Apa sih yang langgeng, yang abadi dalam hidup ini? Kita tidak menyadari sifat kehidupan. Kita ingin mempertahankan suatu keadaan. Kemudian kita gagal, kecewa dan menderita.

“Penyakitmu itu bisa disembuhkan, asal kamu ingin sembuh dan bersedia mengikuti petunjukku.” demikian sang Master.

“Tidak Guru, tidak. Saya sudah betul-betul jenuh. Tidak, saya tidak ingin hidup.” pria itu menolak tawaran sang guru.

“Jadi kamu tidak ingin sembuh. Kamu betul-betul ingin mati?” “Ya, memang saya sudah bosan hidup.”

“Baik, besok sore kamu akan mati. Ambillah botol obat ini. Setengah botol diminum malam ini, setengah botol lagi besok sore jam enam, dan jam delapan malam kau akan mati dengan tenang.”

Giliran dia menjadi bingung. Setiap Master yang ia datangi selama ini selalu berupaya untuk memberikannya semangat untuk hidup. Yang satu ini aneh. Ia bahkan menawarkan racun. Tetapi, karena ia memang sudah betul-betul jenuh, ia menerimanya dengan senang hati. Pulang kerumah, ia langsung menghabiskan setengah botol racun yang disebut “obat” oleh Master edan itu. Dan, ia merasakan ketenangan sebagaimana tidak pernah ia rasakan sebelumnya.

Begitu rileks, begitu santai!
Tinggal 1 malam, 1 hari, dan ia akan mati. Ia akan terbebaskan dari segala macam masalah. Malam itu, ia memutuskan untuk makan malam bersama keluarga di restoran Jepang. Sesuatu yang sudah tidak pernah ia lakukan selama beberapa tahun terakhir. Pikir-pikir malam terakhir, ia ingin meninggalkan kenangan manis. Sambil makan, ia bersenda gurau. Suasananya santai banget!

Sebelum tidur, ia mencium bibir istrinya dan membisiki di kupingnya, “Sayang, aku mencintaimu. “Karena malam itu adalah malam terakhir, ia ingin meninggalkan kenangan manis! Esoknya bangun tidur, ia membuka jendela kamar dan melihat ke luar. Tiupan angin pagi menyegarkan tubuhnya. Dan ia tergoda untuk melakukan jalan pagi. Pulang kerumah setengah jam kemudian, ia menemukan istrinya masih tertidur. Tanpa membangunkannya, ia masuk dapur dan membuat 2 cangkir kopi. Satu untuk dirinya, satu lagi untuk istrinya. Karena pagi itu adalah pagi terakhir,ia ingin meninggalkan kenangan manis!

Sang istripun merasa aneh sekali Selama ini, mungkin aku salah. “Maafkan aku, sayang.”

Di kantor, ia menyapa setiap orang, bersalaman dengan setiap orang. Stafnya pun bingung, “Hari ini, Boss kita kok aneh ya?” Dan sikap mereka pun langsung berubah. Mereka pun menjadi lembut. Karena siang itu adalah siang terakhir, ia ingin meninggalkan kenangan manis!

Tiba-tiba, segala sesuatu di sekitarnya berubah. Ia menjadi ramah dan lebih toleran, bahkan apresiatif terhadap pendapat-pendapat yang berbeda.
Tiba-tiba hidup menjadi indah. Ia mulai menikmatinya. Pulang kerumah jam 5 sore, ia menemukan istri tercinta menungguinya di beranda depan.

Kali ini justru sang istri yang memberikan ciuman kepadanya, “Sayang, sekali lagi aku minta maaf, kalau selama ini aku selalu merepotkan kamu.” Anak-anak pun tidak ingin ketinggalan, “Pi, maafkan kami semua. Selama ini, Papi selalu stres karena perilaku kami.”

Tiba-tiba, sungai kehidupannya mengalir kembali. Tiba-tiba, hidup menjadi sangat indah. Ia mengurungkan niatnya untuk bunuh diri. Tetapi bagaimana dengan setengah botol yang sudah ia minum, sore sebelumnya?

Ia mendatangi sang Guru lagi.

Melihat wajah pria itu, rupanya sang Guru langsung mengetahui apa yang telah terjadi, “Buang saja botol itu. Isinya air biasa. Kau sudah sembuh, Apa bila kau hidup dalam kekinian, apabila kau hidup dengan kesadaran bahwa maut dapat menjemputmu kapan saja, maka kau akan menikmati setiap detik kehidupan. Leburkan egomu, keangkuhanmu, kesombonganmu. Jadilah lembut, selembut air. Dan mengalirlah bersama sungai kehidupan. Kau tidak akan jenuh, tidak akan bosan. Kau akan merasa hidup. Itulah rahasia kehidupan. Itulah kunci kebahagiaan. Itulah jalan menuju ketenangan.”

Pria itu mengucapkan terima kasih dan menyalami Sang Guru, lalu pulang ke rumah, untuk mengulangi pengalaman malam sebelumnya. Konon, ia masih mengalir terus. Ia tidak pernah lupa hidup dalam kekinian. Itulah sebabnya, ia selalu bahagia, selalu tenang, selalu HIDUP!

HIDUP? BUKANLAH MERUPAKAN SUATU BEBAN YANG HARUS DIPIKUL..TAPI MERUPAKAN SUATU ANUGERAH UNTUK DINIKMATI.

Source : Spiritual Reflections

Friday, November 18, 2011

TAWA DI TENGAH HUJAN

Seorang anak perempuan baru saja diajak belanja ibunya di Mall. Umurnya sekitar 6 tahun, dengan rambut merah yang indah dan wajah yang manis. Hujan sangat deras tercurah dari langit memaksa kami berteduh di bawah atap awning di dekat pintu keluar.Kami menunggu hujan reda.

Ada yang sabar ada juga yang gusar karena mereka harus buru-buru meneruskan perjalanannya. Saya selalu ...terpukau saat melihat hujan turun.

Saya selalu melihat langit yang mencurahkan air menghapus debu dan kotoran di bumi.

Hmm..ingatan saya juga kembali waktu masih anak-anak bermain hujan di luar rumah. Ingatan yang sejenak menghapus segala kekhawatiran hidup. Ditengah bermacam perasaan dari kelompok orang yang menunggu hujan reda, suara gadis kecil itu memecah keheningan yang segera menyedot perhatian dari semua orang,

“Ma, ayo kita menerobos hujan,” katanya. “Apa?” kata ibunya.

“Ayo kita menerobos hujan!” kata gadis kecil itu mengulangi permintaannya.

“Tidak sayang. Kita akan menunggu sampai hujan sedikit reda,” jawab ibunya.

Gadis kecil itu menunggu beberapa saat dan berkata lagi, “Ma, ayo kita menerobos hujan.”

“Kita bisa basah kuyup,” kata ibunya.

“Tidak, kita tidak akan basah kuyup Ma. Itu tidak seperti yang Mama katakan tadi pagi,” kata gadis kecil itu sambil menarik tangan ibunya.

“Pagi ini? Kapan Mama bilang kalau kita menerobos hujan nanti tidak akan basah?”

“Apa Mama lupa? Waktu bicara sama Ayah, Mama bilang, “Jika Tuhan menolong kita melewati masalah ini, maka Tuhan akan menolong kita melewati masalah apa pun!”

Semua orang yang yang sedang berteduh mendadak terdiam. Saat itu kami tidak mendengar suara apa pun kecuali bunyi hujan yang turun. Sunyi senyap.

Tidak ada yang beranjak dalam beberapa menit.

Si Ibu terhenyak beberapa saat mendengar perkataan anak perempuannya. Orang akan menertawakannya jika dia mendebat perkataan itu. Mungkin yang lain akan mengabaikannya. Tetapi ini adalah saat yang sangat menentukan dalam kehidupan seorang anak, dimana kepercayaan yang sudah diajarkan kepadanya diuji. Apabila kepercayaan ini terbukti, akan berbuah menjadi sebuah keyakinan hidup nantinya.

“Sayang, kamu benar sekali. Ayo kita lari menerobos hujan. Jika TUHAN menginjinkan kita basah kuyup, yang kita perlukan hanyalah mandi dan mencuci baju,” kata ibunya.

Mereka berdua lalu berlari menembus hujan. Kami semua mengamati, tersenyum dan akhirnya tertawa saat melihat mereka berlari menuju ke mobil melewati hujan dan genangan air. Mereka menutupi kepala dengan tas plastik belanjaan, tetapi tetap saja tubuh mereka basah kuyup. Tetapi di tengah suara hujan, sepanjang pelarian menuju mobilnya, kami mendengar suara teriakan dan tawa mereka seperti saat anak-anak bermain hujan.

Dan akhirnya saya pun mengikuti jejak mereka. Saya berlari menembus hujan. Yang saya butuhkan hanyalah mandi dan mencuci baju …

KEADAAN DAN LINGKUNGAN DAPAT MERAMPAS APA YANG ANDA MILIKI..MEREKA MENGAMBIL UANG ANDA DAN MEREKA MENGAMBIL KESEHATAN ANDA. TETAPI TIDAK ADA SEORANG PUN YANG DAPAT MERAMPAS KENANGAN BERHARGA ANDA. JADI JANGAN LUPA UNTUK MENCIPTAKAN WAKTU DAN MENGAMBIL KESEMPATAN MEMBUAT KENANGAN SETIAP HARI.

Source : Spiritual Reflections

Thursday, November 17, 2011

JANGAN SELALU MENUNGGU HARI SENIN



Kamu tentu masih ingat kisah gadis kembar asa...l Iran, Laden dan Laleh Binjani, yang meninggal setelah dilakukan operasi pemisahan kepala di rumah sakit Raffles, Singapura pada 8 juli 2003 silam. Operasi pemisahan ini merupakan salah satu operasi berisiko tinggi dan belum pernah dilakukan sebelumnya mengingat operasi ini baru dilakukan setelah kedua gad...is itu berumur 29 tahun. Bayangkan! Selama 29 tahun mereka harus hidup dengan ubun-ubun yang berdempetan satu sama lain atau dalam bahasa kedokterannya disebut craniopagus vertical.

Hidup berdempetan kepala tak hari menghalangi hidup. Hal yang menakjubkannya adalah mereka berdua lulus sebagai sarjana hukum. Namun, mereka mempunyai keinginan dan cita-cita yang berbeda. Laden yang bersuara lantang, menginginkan hidup terpisah dari saudari kembarnya sebagai seorang pengacara di kota kelahiran mereka, Shiraz. Sedangkan Laleh, sebelum dilakukan operasi dia mengatakan ingin menjadi seorang wartawan di Teheran. Cita-cita yang timbul dari semangat untuk menjadi lebih baik. Meski cita-cita itu harus kandas setelah operasi itu tak berhasil memisahkan keduanya secara sempurna.

Mengapa baru pada usia 29 tahun keduanya baru dioperasi? Mengapa pula mereka tetap bersikeras untuk dioperasi meski keduanya tahu bahwa operasi dempet kepala memiliki banyak dimensi mikroteknik saraf yang sangat rumit? Keduanyapun tahu resiko yang akan terjadi bila aliran darah ke otak terputus meski hanya sejenak. Namun, semangat yang besar dari keduanya untuk menjadi dirinya masing-masing secara terpisah menjadi inspirasi yang luar biasa.

Memiliki cita-cita adalah hak setiap manusia, seperti halnya hak untuk hidup. Akan tetapi hidup dengan cita-cita itu adalah pilihan. Karena hidup tanpa cita-cita tak ubahnya berlayar tanpa arah. Maka tinggal tunggu saja saat karam perahunya. Bahkan si kembar Laleh dan Laden pun memiliki hak untuk bercita-cita. Meski tak sempat menjadi nyata. Maka lihatlah kemauan keras dari kedua manusia yang ditakdirkan Yang Maha Berkehendak untuk bersahabat dengan “cacat”, namun memiliki keinginan untuk tetap survive. Bahkan mereka dapat membuktikan bahwa ketidaksempurnaan bukanlah suatu penghalang bagi seseorang untuk terus belajar dan berprestasi.

Lalu bagaimanakah dengan kita yang normal? Sudahkan kita memiliki cita-cita? Cita-cita yang tak sekedar cita-cita, tapi cita-cita yang menjadi arah hidup kita. Tak ada salahnya untuk mulai menyusunnya dari sekarang, tanpa harus menunggu momen tertentu. Momen yang kadang tidak selalu sempat kita dapati ketika kita menunggu-nunggu.

JANGAN MENUNDA UNTUK MULAI MENGUBAH HIDUP MENJADI LEBIH BAIK..ESOK..LUSA..ATAU TAHUN DEPAN. MULAILAH MENGUBAH HIDUP SEKARANG..JANGAN TUNGGU HARI SENIN.

Source : amdefi.wordpress.com



Wednesday, November 16, 2011

ANAK YANG HILANG

Seorang gadis muda tumbuh di perkebunan ceri tidak jauh dari Traverse City, Michigan. Orang tuanya sedikit kolot, cenderung bereaksi berlebihan pada cincin di hidungnya, musik yang ia dengarkan dan panjang roknya. Mereka menghukumnya beberapa kali, dan ia memendam kejengkelan dalam hati.

“Saya benci Ayah!”, teriaknya ketika ayahnya mengetuk pintu kamarnya setelah sebuah pertengkaran, dan malam itu ia menjalankan rencana yang sudah ia pikirkan puluhan kali. Ia melarikan diri.

Ia baru sekali ke Detroit sebelumnya, dalam perjalanan dengan bis bersama kelompok remaja gerejanya untuk menyaksikan permainan tim Tigers. Karena surat kabar di Traverse City sering memberitakan tentang geng, obat terlarang, dan kekerasan di pusat kota Detroit dengan sangat rinci, ia menyimpulkan pasti orang tuanya tidak akan mencarinya ke sana. California mungkin, atau Florida, tapi tidak Detroit.

Pada hari kedua ia di sana, ia bertemu seorang pria yang mengemudikan mobil paling besar yang pernah dilihatnya. Pria itu menawarkan untuk mengantarnya, membelikan makan siang, dan mengatur agar ia punya tempat tinggal. Ia memberi gadis ini beberapa pil yang membuatnya belum pernah merasa seenak ini. Ternyata selama ini ia memang benar, pikir gadis itu: orangtuanya melarangnya menikmati segala kesenangan.

Kehidupan menyenangkan berlanjut satu bulan, dua bulan, setahun. Orang bermobil besar itu, ia memanggilnya BOS, mengajarinya beberapa hal yang disukai pria. Karena ia masih di bawah umur, pria membayar mahal untuknya. Ia tinggal di apartemen mewah, dan bisa memesan layanan kamar kapan saja.

Sesekali ia teringat pada orang-orang di kampung halamannya, tapi hidup mereka sekarang tampak sangat membosankan dan kampungan sampai ia hampir tidak percaya ia tumbuh besar di sana. Ia sedikit takut ketika melihat fotonya di belakang kemasan susu dengan judul besar, “Apakah Anda pernah melihat anak ini?”.

Tapi sekarang rambutnya sudah pirang, dan dengan semua riasan wajah dan perhiasan yang ia kenakan, tidak akan ada yang menyangka ia masih anak-anak. Lagipula, kebanyakan temannya adalah remaja yang melarikan diri, dan tidak ada yang berkhianat di Detroit. Setelah setahun, tanda-tanda samar penyakit mulai muncul, dan ia terkejut melihat betapa cepat bosnya menjadi kejam.

“Jaman sekarang kita tidak bisa main-main,” geramnya, dan tiba-tiba saja, ia sudah berada di jalanan tanpa uang di kantungnya. Ia masih melakukan "pekerjaannya" beberapa kali semalam, tapi bayaran mereka kecil, dan semua uang itu habis untuk membiayai kecanduannya. Ketika musim dingin tiba, ia menemukan dirinya tidur di pagar logam di depan pusat pertokoan. "Tidur" adalah kata yang salah, gadis remaja ditengah kota Detroit malam hari tidak pernah bisa mengendorkan kewaspadaannya. Lingkar hitam mengelilingi matanya. Batuknya bertambah parah.

Suatu malam ia berbaring tanpa bisa tidur, sambil mendengarkan langkah kaki, tiba-tiaba seluruh kehidupannya tampak berbeda. Ia tidak lagi merasa menjadi wanita hebat. Ia merasa seperti anak kecil, tersesat di kota yang dingin dan menakutkan. Ia mulai menggigil. Kantungnya kosong dan ia lapar. Ia juga perlu obat terlarang. Ia melipat kakinya, dan gemetar di bawah lembaran surat kabar yang ditumpuk di atas mantelnya.

Sesuatu muncul begitu saja di pikirannya, dan satu gambaran terbayang di matanya: bulan Mei di Traverse City, ketika jutaan pohon ceri berbuah bersamaan, ia berlarian bersama anjing golden retriever miliknya. Mengejar bola tenis di antara barisan pohon berbunga. Tuhan, mengapa aku pergi, katanya dalam hati, dan rasa perih menghunjam jantungnya. Anjingku saja di rumah makan lebih enak daripada aku sekarang.

Ia menangis, dan dalam sekejap ia tahu tidak ada yang lebih ia inginkan di dunia kecuali pulang. Tiga sambungan telepon, tiga kali dijawab mesin panjawab. Ia menutup telepon tanpa meninggalkan pesan dua kali pertama, tapi ketiga kalinya ia berkata,

“Ayah, Ibu, ini aku. Aku berpikir mungkin aku akan pulang. Aku akan naik bis ke sana, dan aku akan sampai sekitar tengah malam besok. Kalau Ayah dan Ibu tidak datang, yah, mungkin aku akan terus naik bis sampai ke Kanada”.

Dibutuhkan waktu sekitar tujuh jam dengan bis dari Detroit ke Traverse City, dan sepanjang jalan ia menyadari cacat-cacat dalam rencananya. Bagaimana kalau orangtuanya sedang keluar kota dan melewatkan pesan itu? Bukankah seharusnya ia menunggu satu dua hari sampai bisa berbicara langsung dengan mereka? Dan kalaupun mereka ada di rumah, mungkin mereka sudah lama menganggapnya mati. Seharusnya ia memberi waktu agar mereka bisa mengatasi rasa kagetnya. Pikirannya bolak-balik antara rasa khawatir dan kata-kata yang disusun untuk menyapa ayahnya.

“Ayah, aku minta maaf. Aku tahu aku salah. Bukan salah Ayah, semuanya salahku. Ayah, bisakah Ayah memaafkan aku?”

Ia mengucapkan pikiran itu berulang-ulang dalam hati, kerongkongannya tercekat bahkan ketika melatihnya. Sudah bertahun-tahun ia tidak minta maaf pada siapapun. Bis melaju dengan lampu menyala sejak Bay City. Butiran kecil salju yang berjatuhan di trotoar terlindas ribuan ban, dan aspal beruap. Ia lupa segelap apa malam hari disini. Seekor rusa berlari menyeberang jalan dan bis menghindarinya. Sesekali, ada billboard. Tanda yang menunjukkan jaraknya ke Traverse City. Ya, Tuhan. Ketika bis akhirnya berbelok ke stasiun, rem udaranya mendesis memprotes, pengemudi mengumumkan dengan suara serak lewat mikrofon.

“Lima belas menit, saudara-saudara. Kita hanya berhenti selama itu di sini.”

Lima belas menit untuk memutuskan hidupnya. Ia memeriksa dirinya di cermin lipat, merapikan rambutnya, dan menjilat lipstik dari giginya. Ia melihat noda tembakau di ujung-ujung jarinya dan berpikir apakah orangtuanya akan melihatnya. Kalau mereka datang. Ia berjalan ke dalam terminal. Tidak tahu harus mengharapkan apa. Tidak satu pun dari adegan yang ia siapakan di pikirannya bisa mempersiapkannya untuk apa yang dilihatnya. Di sana, di atas kursi-kursi plastik terminal bis Traverse City, Michigan, berdiri sekitar empat puluh saudara, paman, bibi, sepupu, nenek, nenek buyut. Mereka semua memakai topi kertas pesta dan gulungan kertas yang bisa ditiup, dan di dinding terminal ditempel spanduk yang dibuat dengan komputer bertuliskan, “Selamat pulang kembali!”

Di tengah kerumunan penyambut, muncul ayahnya. Ia memandang dengan mata perih dengan air mata sepanas air raksa, dan memulai sapaan yang sudah dihafalkan, “Ayaaah, aku minta maaf. Aku tahu....”

Ayahnya memotong. “Sst, Nak. Kita tidak punya waktu untuk itu. Tidak punya waktu untuk permintaan maaf. Kau akan terlambat ke pesta. Sebuah jamuan menunggumu di rumah.”

DIMANA TEMPAT TERBAIK KITA? DIMANAPUN KITA BERADA..MAKA DISITULAH TEMPAT TERBAIK KITA.
 

DIMANA LETAK BAHAGIA ANDA? "TEMPAT UNTUK BERBAHAGIA ITU ADA DISINI. WAKTU UNTUK BERBAHAGIA ITU KINI. CARA UNTUK BERBAHAGIA IALAH DENGAN MEMBUAT ORANG LAIN BAHAGIA" — ROBERT G. INGERSOLL

Source : Rumah Renungan / Anne Ahira

Sunday, November 13, 2011

TETAPLAH TENANG SEPERTI DAUN POHON POPLAR

Tetangga yang tinggal di sebelah rumah saya adalah seorang tua. Kakek ini telah mengalami pengalaman hidup yang susah, berbagai pengalaman pahit telah dilalui, pada masa mudanya karena perang hampir kehilangan seluruh anggota keluarganya, dia juga kehilangan sebelah kakinya pada masa perang.

Pada masa ‘revolusi kebudayaan’ istrinya karena tidak tahan siksaan yang tak berujung, akhirnya pergi meninggalkanya. Tidak berapa lama kemudian putra tunggalnya meninggal dalam kecelakaan lalu lintas.

Tetapi di dalam ingatan saya, kakek ini selalu tenang dan hidup dengan semangat. Pada suatu hari saya tidak dapat menahan rasa heran saya bertanya kepadanya,“

Kakek engkau menderita begitu banyak kesengsaraan dan kemalangan, tapi mengapa anda terlihat tetap tenang?"

Kakek ini tanpa menjawab memandang saya dalam waktu yang lama, kemudian mengambil selembar daun menunjukkan kepada saya sambil berkata, “coba anda lihat, ini seperti apa?”

Ini adalah selembar daun yang sudah kuning dan warnanya transparan, sekarang sedang musim gugur, saya pikir ini adalah selembar daun pohon poplar, lalu bentuknya seperti apa?.

“Apakah engkau dapat katakan dia tidak mirip dengan sebuah hati? Atau memang sebuah hati.”

Benar, memang sama seperti sebuah hati, hati saya seketika tergetar .

“Coba perhatikan dengan seksama apa yang ada diatasnya?”

Kakek ini membawa daun ini lebih dekat kearah saya. Saya melihat dengan jelas, diatas daun ini terdapat banyak sekali lubang yang besar dan kecil, seperti bintang-bintang yang bertaburan dilangit.

Kakek mengambil kembali daun ini dan diletakkan di atas telapak tangan saya, dengan suara berat dan tenang berkata, “Dia lahir di musim semi, tumbuh di bawah sinar matahari, melalui musim dingin dan terpaan salju, melewati seluruh hidupnya. Dalam kurun waktu tersebut, digigit oleh ulat sampai berlubang-lubang, tetapi dia tidak gugur, alasan dia dapat hidup adalah karena kecintaannya pada sinar matahari, tanah, air hujan, dan mencintai kehidupannya sendiri, sedangkan penderitaan adalah bagian dari hidupnya yang harus dia jalani."


Sampai sekarang saya masih menyimpan daun tersebut, setiap kali di dalam hidup saya menghadapi rintangan dan pengalaman yang pahit, saya selalu belajar dari sana meresapi nya dan menghadapi dengan ketenangan dan kekuatan, sehingga bagaimanapun kesulitan tersebut, saya selalu dapat melaluinya dengan perasaan tenang dan dengan semangat optimisme.

Terakhir kakek meletakkan daun tersebut dimeja tulis saya, dan berkata, “Jawabannya terserah kepada anda,  ini benar-benar sebuah sejarah dan juga filsafat dalam hidup ini.”

Di dalam kehidupan manusia pasti ada masalah yang akan dihadapi, namun yang menjadi permasalahannya adalah bagaimana sikap kita menghadapi masalah itu. Ada berbagai macam sikap orang ketika dia memiliki masalah : ada yang marah-marah, ada yang merajuk dan mengurung diri di kamar, ada yang menceritakan masalahnya pada orang lain, ada yang menutup dirinya pada semua orang dan ada orang langsung berdoa masuk kamar dan menceritakan masalahnya kepada Tuhan.

SAAT INI APA MASALAH KITA? PEKERJAANKAH? KESEHATANKAH? ATAU APAPUN MASALAH KITA..TETAPLAH TENANG..MASUK KAMAR BERDOA DAN CERITAKANLAH MASALAH KITA KEPADA TUHAN..MAKA KITA AKAN DIBERIKAN KEKUATAN.

Source : erabaru / rumah renungan