Kisah Kisah Kita

Thursday, May 31, 2012

SHARE AND BE HAPPY

Alkisah, ada seorang anak kelas 5 SD bernama Adi. Setiap hari, Adi tiba di sekolah pagi-pagi sekali. Biasanya saat ia datang, belum ada satu pun teman sekelasnya yang datang.

Suatu hari, saat istirahat, Adi terkejut melihat bekal yang dibawanya dari rumah berkurang separuh . “Siapakah gerangan yang mengambil bekalku?” batinnya dalam hati sambil mengitarkan pandangan curiga ke seputar kelas.

Sepulang dari sekolah, diceritakan kasus bekal yang hilang kepada ibunya. “Ibu tidak lupa menyiapkan bekal untukku sebanyak dua potong kan?” tanya Adi penasaran.

“Iya, Ibu ingat sekali menyiapkan bekalmu dua potong, bukan sepotong,” jawab ibu Adi meyakinkan.

Seminggu kemudian, saat kembali ke kelas, tanpa sengaja, Adi terkejut melihat penjaga sekolah mengendap-endap memasuki kelas yang masih kosong. Dia membuka tas Adi dan mengambil sepotong bekalnya. Kemudian bergegas pergi dengan muka tampak tertekan dan murung.

Sepulang dari sekolah, Adi menceritakan kejadian itu kepada ibunya.

“Ibu, ternyata pencurinya si penjaga sekolah. Apa yang harus Adi lakukan, Bu? Kalau Adi laporkan ke wali kelas atau kepala sekolah, dia pasti diberi sanksi, bahkan mungkin dikeluarkan dari sekolah. Kasihan kan, Bu. Walaupun orangnya baik, tapi yang diperbuat kan salah”.

Dengan tersenyum sayang, ibunya menjawab,

“Saran ibu, jangan dilaporkan dulu ke sekolah. Ibu kenal baik keluarga penjaga sekolahmu itu. Dia bukan penjahat. Pasti karena terpaksa dia mengambil setengah bekalmu. Dan masih berbaik hati meninggalkan setengahnya untuk Adi agar Adi tidak kelaparan. Begini saja, besok akan Ibu siapkan bekal lebih banyak, dua kali dari biasanya. Adi berikan sebungkus kepada penjaga sekolah. Cukup berikan saja, tidak perlu menegur atau berkata apapun kepadanya. Kita lihat apa reaksinya, setuju?”

Keesokan harinya, Adi menemui penjaga sekolah dan menyerahkan sebungkus bekal. Penjaga sekolah terkejut sesaat, wajahnya pucat dan takjub. Dengan tangan gemetar, diterimanya bingkisan itu. Tampak matanya berkaca-kaca.

Sambil terbata-bata dia berkata,

“Terima kasih, terima kasih Nak. Bapak minta maaf telah mengambil setengah jatah bekal Nak Adi. Bapak sungguh menyesal dan dihantui perasaan bersalah. Bapak lakukan karena terpaksa. Anak bapak sakit, sedangkan uang kami tidak cukup untuk membeli makanan karena istri bapak memerlukan biaya untuk melahirkan. Mohon maafkan Bapak, Nak. Bapak berjanji tidak akan mengulanginya. Dan terima kasih karena tidak melaporkan kepada pihak sekolah sehingga Bapak masih bisa bekerja. Sampaikan permintaan maaf dan terima kasih kami pada ibumu. Sungguh beliau seorang ibu yang baik dan bijak”.

Sambil mengangguk senang, Adi meninggalkan penjaga sekolahnya.

Teman-teman yang luar biasa, kesalahan, walau dengan alasan apapun, tidak akan menjadi benar. Mau menyadari, mengakui kesalahan, dan meminta maaf adalah sebuah kebesaran jiwa. Dan berjanji untuk tidak mengulangi adalah kebijaksanaan tertinggi.

Sebaliknya, bisa memaafkan orang yang bersalah kepada kita bahkan rela memberi bantuan dan menyadarkannya, bukan hanya damai di hati tetapi sekaligus menunjukkan kita, manusia, sebagai makhluk yang ber-Tuhan.

MAKA JELAS SEKALI, JIKA BISA BERBAGI, KITA AKAN BAHAGIA.  SHARE AND BE HAPPY :)

Source :  alwaysclickme.blogspot.com (Andrie Wongso)

Wednesday, May 30, 2012

PERTEMUAN KAKAK-ADIK SETELAH 40 TAHUN

Betapa bahagianya Ken Whitty. Pria 65 tahun itu bersua lagi dengan adiknya, Yvonne, setelah terpisah sangat lama, 40 tahun lebih.

Yang tak disangka-sangka, ternyata selama ini mereka bertetangga, bahkan sering bertatap muka. Tak ada yang menyadari, ternyata mereka bertalian darah.

Seperti dilansir Daily Mail, menurut Whitty, kedua orang tuanya meninggal ketika dia dan adiknya masih remaja.

Mereka lalu tinggal terpisah karena ditampung dua keluarga berbeda. Tapi, saat itu mereka masih bisa berhubungan karena saling mengetahui tempat tinggal satu sama lain.

Namun, pada 1970, ketika Whitty berkunjung ke rumah tempat adiknya ditampung, yang dia temukan hanya reruntuhan.

Keluarga adiknya telah pindah entah ke mana. Sejak itu mereka benar-benar terpisah dan baru reuni kembali 40 tahun kemudian. Ketika masing-masing telah berkeluarga dan mempunyai anak.

Ketika masih terpisah, berkali-kali Whitty mencari keberadaan adiknya, namun tak pernah berhasil. ''Saya kira segera bertemu, tapi waktu terus merambat, keinginan itu tak pernah terjadi,'' katanya.

Nah, ketika Natal lalu, dia merasa harus berbuat sesuatu. ''Ini hari Natal. Saya sekarang berusia 65, saya harus menemukannya tahun ini," katanya dalam hati.

Lalu, dia memasang iklan di harian lokal. Berharap adiknya membaca atau setidaknya ada orang yang tahu di mana keberadaannya. Selang beberapa waktu, teleponnya berbunyi.

''Hallo, Ini Yvonne,'' bunyi suara dari seberang.

Whitty kaget. Dia serasa tak percaya, lalu dia menanyakan di mana si pemilik suara itu tinggal.

''Reddish'' jawabnya.

Ditanya lagi, ''Tepatnya di mana.''

Suara di seberang itu menjawab, ''North Reddish''.

Dia tambah kaget, sebab itu juga tempat tinggalnya.

''Ternyata kami tinggal hanya berjarak 300 yard (275 meter). Saya pun langsung pergi menemuinya. Sangat menakjubkan," katanya senang.

SUNGGUH AJAIB..SALING BERTETANGGA DAN TIDAK SALING MENGENAL, TERNYATA KAKAK-ADIK!  IYA..TUHAN MEMANG BAIK..DAN SEGALA SESUATU AKAN INDAH PADA WAKTUNYA :)

Source      : forum.kompas.com
Picture by : noveloke.com

KISAH KATIE KIRKPATRICK

Katie kirkpatrick, 21 tahun, mengidap kanker ketika akan merayakan hari terbaik dalam hidupnya. Katie diserang penyakit kanker paru-paru, pernapasannya terganggu, bahkan ia harus menggunakan tabung oksigen untuk membantunya bernapas.

Sakitnya tidak tertahankan, bahkan morphin pun tidak bisa menahan rasa sakitnya. Organ-organ tubuhnya mulai melemah tapi itu tidak menghentikannya untuk menikahi Nick 23 tahun, yang telah ia cintai semenjak kecil.

Sehari sebelum pernikahannya. Katie dalam keadaan yang sangat menyakitkan, ia menggunakan morphin dan obat-obatan untuk membantu menghilangkan sakitnya.

Katie menderita kanker stadium akhir dan menghabiskan beberapa jam setiap harinya untuk terapi. Nick selalu menunggu sampai kemoterapi Katie selesai.

Dalam kesulitannya dalam menahan rasa sakit, kegagalan organ, dan morphin , Katie tetap mau melaksanakan acara pernikahannya dan memperhatikan setiap detail. Gaun pengantin perlu diperkecil beberapa kali karena Katie terus menerus kehilangan berat badannya.

Katie dan nick (seorang sheriff) yang ia kenal sejak kecil, menikah di Gereja Hazel Park, Sabtu, Januari 15, 2005.

Pernikahan dengan aksesoris yang tidak biasa dengan selang oksigen, Katie memakainya baik dalam upacara dan resepsi pernikahannya. Pasangan yang lain di gambar atas adalah Orang Tua Nick. Ikut Bersuka Cita melihat anak laki-lakinya menikahi sang pujaan hati, teman SMU nya.

Katie meninggal 5 hari kemudian setelah pernikahannya.

Melihat seorang wanita yang sakit kritis dan lemah melakukan pernikahan dan dengan sebuah senyuman di wajahnya membuat kita berpikir : Kebahagiaan bisa dicapai, tidak perduli bisa bertahan berapa lama. Kita seharusnya tidak membuat hidup kita menjadi rumit.

HIDUP ADALAH SINGKAT..MAKA ITU PERGUNAKANLAH SETIAP MOMEN DENGAN BAIK-BAIK!

Source      : forum.kompas.com

Tuesday, May 29, 2012

SURAT CINTA DARI PENGUSAHA

















Suatu hari ada seorang pengusaha yang tidak pernah bergaul dengan cewek disuruh ibunya agar mengirim surat buat seorang gadis untuk dijadikan isterinya.

"Akh itu gampang bu !" ujar si pengusaha itu. Lalu dibuatlah sebuah surat yang bunyinya begini:

Kepada Yth :
Sdri. Irene
Di Jakarta

Hal : Penawaran Kesepakatan

Dengan Hormat,

Saya sangat gembira memberitahukan Anda bahwa saya telah jatuh cinta kepada Anda terhitung tanggal 10 Agustus lalu. Berdasarkan rapat keluarga kami tanggal 11 Agustus lalu pukul 19.00 WIB, saya berketetapan hati untuk menawarkan diri sebagai kekasih Anda yang prospektif.

Hubungan cinta kita akan menjalani masa percobaan minimal 3 bulan sebelum memasuki tahap permanen. Tentu saja, setelah masa percobaan usai, akan diadakan terlebih dahulu on the job training secara intensif dan berkelanjutan. Dan kemudian, setiap tiga bulan selanjutnya akan diadakan juga evaluasi performa kerja yang bisa menuju pada pemberian kenaikan status dari kekasih menjadi pasangan hidup.

Biaya yang dikeluarkan untuk ke rumah makan dan shopping akan dibagi 2 sama rata antara kedua belah pihak. Selanjutnya didasarkan pada performa dan kinerja Anda, tidak tertutup kemungkinan bahwa saya akan menanggung bagian yang lebih besar pengeluaran total. Akan tetapi, saya cukup bijaksana dan mampu menilai, jumlah dan bentuk pengeluaran yang Anda keluarkan nantinya.

Saya dengan segala kerendahan hati meminta anda untuk menjawab penawaran ini dalam waktu 30 hari terhitung tanggal penerimaan surat. Lewat dari tanggal tersebut, penawaran ini akan dibatalkan tanpa pemberitahuan lebih lanjut, dan tentu saja saya akan beralih dan mempertimbangkan kandidat lain.

Saya akan sangat berterima kasih apabila Anda berkenan untuk meneruskan surat ini kepada adik perempuan, sepupu bahkan teman dekat anda, apabila Anda menolak penawaran ini.

Demikian penawaran yang dapat saya ajukan dan sebelumnya terima kasih atas perhatiannya.

Hormat saya,

Andy
Pengusaha yang prospektif

Source       : indowebster.web.id (vachzar)
Picture by  : safehavencredit.wordpress.com

Monday, May 28, 2012

I LOVE YOU ANYWAY

Hari itu Jum'at pagi, seorang manajer muda akhirnya memutuskan untuk minta kenaikan gaji pada pimpinannya.

Sebelum berangkat kerja, diapun juga memberi tahu istrinya apa yang akan ia kerjakan. Sepanjang hari ia merasa gelisah serta kuatir. Akhirnya, sore harinya ia kumpulkan segala keberaniannya untuk menjumpai majikannya, dan betapa gembiranya dia, ternyata bosnya itu menyetujui permohonannya.

Suami yang berbesar hati itu tiba dirumah dan disambut dengan meja makan yang tersiap begitu indah dengan porselen terbaik dan lilin-lilin menyala.

Mencium ada bau makanan untuk pesta, ia curiga, menduga-duga, seseorang dari kantornya pasti telah menelpon istrinya dan membocorkan kabar gembira itu.

Ia mencari istrinya didapur, ia begitu bersemangat membagikan detail kabar baik itu. Mereka saling merangkul dan berdansa disekeliling ruangan itu sebelum duduk menikmati masakan enak yang disediakan sang istri itu. Disebelah piringnya ia temukan secarik catatan artistik sekali, bunyinya:
   
"Selamat ya, sayangku, aku sudah tahu kau bakal mendapatkan kenaikan gaji ini! Makan malam ini untuk menyatakan padamu betapa aku mencintaimu. "

Belakangan, selagi berjalan ke dapur hendak menolong istrinya menyajikan makanan kecil, ia melihat ada sehelai kartu kedua yang jatuh dari saku istrinya. Sambil mengambilnya dari lantai, ia membaca,

"Jgn kuatir jika kau tak mendapat kenaikan gaji! Walau seharusnya kau layak menerimanya. Makan malam ini untuk menyatakan padamu betapa aku mencintaimu. Apapun yg terjadi..."

Menerima seluruhnya, mendukung sepenuhnya, mencintai seluruhnya secara total. Istrinya berdiri dibelakangnya walau apapun yg terjadi, melembutkan hantaman-hantaman, menyembuhkan luka-luka dan meyakini serta percaya padanya. Kita boleh saja ditolak oleh banyak orang asal kita dicintai oleh seseorang.

DALAM HIDUP INI ADA BANYAK YANG MENGISI KEHIDUPAN KITA. ADA IMAN DAN PENGHARAPAN DAN ADA KASIH. NAH YANG TERBESAR DIANTARANYA ADALAH KASIH.

Source       : indowebster.web.id (karin)
Picture by  : selfgrowth.com

Sunday, May 27, 2012

DERMAWAN RAHASIA

Sebagai seorang supir selama beberapa tahun di sekitar awal tahun 1910-an, ayahku menyaksikan majikannya yang kaya raya secara diam-diam memberikan uang kepada banyak orang, dan sadar bahwa mereka tidak akan pernah mampu mengembalikan uang itu.

Ada satu cerita yang menonjol dalam kenanganku di antara banyak cerita yang disampaikan ayahku kepadaku. Pada suatu hari, ayahku mengantar majikannya ke sebuah kota lain untuk menghadiri sebuah pertemuan bisnis. Sebelum masuk ke kota itu, mereka berhenti untuk makan sandwich sebagai ganti santap siang.

Ketika mereka sedang makan, beberapa orang anak lewat, masing-masing menggelindingkan sebuah roda yang terbuat dari kaleng. Salah seorang di antara anak-anak itu pincang. Setelah memperhatikan lebih dekat, majikan ayahku tahu bahwa anak itu menderita club foot. Ia keluar dari mobil dan menghentikan anak itu.

"Apakah kakimu membuatmu susah?" tanya orang itu kepada si anak.

"Ya, lariku memang terhambat karenanya," sahut anak itu.

"Dan aku harus memotong sepatuku supaya agak enak dipakai. Tapi aku sudah ketinggalan. Buat apa tanya-tanya? "

"Mm, aku mungkin ingin membantu membetulkan kakimu. Apakah kamu mau?"

"Tentu saja," jawab anak itu. Anak itu senang tetapi agak bingung menjawab pertanyaan itu.

Pengusaha sukses itu mencatat nama si anak lalu kembali ke mobil. Sementara itu, anak itu kembali menggelindingkan rodanya menyusul teman-temannya.

Setelah majikan ayahku kembali ke mobil, ia berkata,

"Woody, anak yang pincang itu... namanya Jimmy. Umurnya delapan tahun. Cari tahu di mana ia tinggal lalu catat nama dan alamat orang tuanya. "

Ia menyerahkan kepada ayahku secarik kertas bertuliskan nama anak tadi.

"Datangi orang tua anak itu siang ini juga dan lakukan yang terbaik untuk mendapatkan izin dari orang tuanya agar aku dapat mengusahakan operasinya. Urusan administrasinya biar besok saja. Katakan, aku yang menanggung seluruh biayanya."

Mereka meneruskan makan sandwich, kemudian ayahku mengantar majikannya ke pertemuan bisnis.

Tidak sulit menemukan alamat rumah Jimmy dari sebuah toko obat di dekat situ. Kebanyakan orang kenal dengan anak pincang itu.

Rumah kecil tempat Jimmy dan keluarganya tinggal sudah harus di cat ulang dan diperbaiki di sana sini. Ketika memandang ke sekeliling, ayahku melihat baju compang-camping dan bertambal-tambal dijemur di seutas tali di samping rumah. Sebuah ban bekas digantungkan pada seutas tambang pula pada sebuah pohon oak, tampaknya untuk ayunan.

Seorang wanita usia tiga puluh limaan menjawab ketukan pintu dan membuka pintu yang engselnya sudah berkarat. Ia tampak kelelahan, dan tampangnya menunjukkan bahwa hidupnya terlalu keras.

"Selamat siang," ucap ayahku memberi salam.

"Apakah Anda ibu Jimmy?"

Wanita itu agak mengerutkan dahinya sebelum menyahut.

"Ya. Apakah ia bermasalah?" Matanya menyapu ke arah seragam ayahku yang bagus dan disetrika rapi.

"Tidak, Bu. Saya mewakili seorang yang sangat kaya raya yang ingin mengusahakan kaki anak Anda dioperasi agar dapat bermain seperti teman-temannya. "
   
"Apa-apaan ini, Bung? Tak ada yang gratis dalam hidup ini."

"Ini bukan main-main. Apabila saya diperbolehkan menerangkannya kepada Anda dan suami Anda, jika ia ada saya kira semuanya akan jelas. Saya tahu ini mengejutkan. Saya tidak menyalahkan bila Anda merasa curiga."

Ia menatap ayahku sekali lagi, dan masih dengan ragu-ragu, ia mempersilahkannya masuk.

"Henry," serunya ke arah dapur, "Ke mari dan bicaralah dengan orang ini. Katanya ia ingin menolong membetulkan kaki Jimmy."

Selama hampir satu jam, ayahku menguraikan rencananya dan menjawab pertanyaan-pertanyaan mereka.

"Apabila Anda mengizinkan Jimmy menjalani operasi," katanya,

"Saya akan mengirimkan surat-suratnya untuk Anda tandatangani. Sekali lagi, kami yang akan menanggung seluruh biayanya."

Masih belum bebas dari rasa terkejut, orang tua Jimmy saling memandang di antara mereka. Tampaknya mereka masih belum yakin.

"Ini kartu nama saya. Saya akan menyertakan sebuah surat kalau nanti saya mengirimkan dokumen-dokumen perizinan. Semua yang telah kita bicarakan akan saya tuliskan dalam surat itu. Andai kata masih ada pertanyaan, telepon atau tulis surat ke alamat ini."

Tampaknya sedikit banyak ini memberi mereka kepastian. Ayahku pergi. Tugasnya telah ia laksanakan.

Belakangan, majikan ayahku menghubungi walikota, meminta agar seseorang dikirim ke rumah Jimmy untuk meyakinkan keluarga itu bahwa tawaran tersebut tidak melanggar hukum. Tentu saja, nama sang dermawan tidak disebutkan.

Tidak lama kemudian, dengan surat-surat perizinan yang telah ditandatangani, ayahku membawa Jimmy ke sebuah rumah sakit mewah di negara bagian lain untuk yang pertama dari lima operasi pada kakinya.

Operasi-operasi itu sukses. Jimmy menjadi anak paling disukai oleh para perawat di bangsal ortopedi rumah sakit itu. Air mata dan peluk cium seperti tak ada habisnya ketika ia akhirnya harus meninggalkan rumah sakit itu.

Mereka memberikannya sebuah kenang-kenangan, sebagai tanda syukur dan peduli mereka... sepasang sepatu baru, yang dibuat khusus untuk kaki "baru"nya.

Jimmy dan ayahku menjadi sangat akrab karena sekian kali mengantarnya pulang dan pergi ke rumah sakit. Pada kebersamaan mereka yang terakhir, mereka bernyanyi-nyanyi, dan berbincang tentang apa yang akan diperbuat oleh Jimmy dengan kaki yang sudah normal dan sama-sama terdiam ketika mereka sudah sampai ke rumah Jimmy.

Sebuah senyum membanjiri wajah Jimmy ketika mereka tiba di rumah dan ia melangkah turun dari mobil. Orangtua dan dua saudara laki-lakinya berdiri berjajar di beranda rumah yang sudah tua itu.
   
"Diam di sana, " seru Jimmy kepada mereka. Mereka memandang dengan takjub ketika Jimmy berjalan ke arah mereka. Kakinya sudah tidak pincang lagi.

Peluk, cium dan senyum seakan tak ada habisnya untuk menyambut anak yang kakinya telah "dibetulkan" itu. Orang tuanya menggeleng-gelengkan kepalanya sambil tersenyum ketika memandangnya. Mereka masih tidak bisa percaya ada orang yang belum pernah mereka kenal mengeluarkan uang begitu banyak untuk membetulkan kaki seorang anak laki-laki yang juga tidak dikenalnya.

Dermawan yang kaya raya itu melepas kacamata dan mengusap air matanya ketika ia mendengar cerita tentang anak yang pulang ke rumah itu.
   
"Kerjakan satu hal lagi, " katanya, "Menjelang Natal, hubungi sebuah toko sepatu yang baik. Buat mereka mengirimkan undangan kepada setiap anggota keluarga Jimmy untuk datang ke toko mereka dan memilih sepatu yang mereka inginkan. Aku akan membayar semuanya. Dan beritahu mereka bahwa aku melakukan ini hanya sekali. Aku tidak ingin mereka menjadi tergantung kepadaku."

Jimmy menjadi seorang pengusaha sukses sampai ia meninggal beberapa tahun yang lalu.

Sepengetahuanku, Jimmy tidak pernah tahu siapa yang membiayai operasi kakinya.

Dermawannya Mr. HENRY FORD, selalu mengatakan lebih menyenangkan berbuat sesuatu untuk orang yang tidak tahu siapa yang telah melakukannya.

By : Woody McKay Jr

"ADA KEBAHAGIAAN YANG KITA RASAKAN DARI MENOLONG ORANG LAIN"  ~Paul Newman

Source       : funzonecollector.blogspot.com
Picture by  :  robertfagan.com

Saturday, May 26, 2012

LOVE STORY

Pada tahun 1971 surat kabar New York Post menulis kisah nyata tentang seorang pria yang hidup di sebuah kota kecil di White Oak, Georgia, Amerika.

Pria ini menikahi seorang wanita yang cantik dan baik, sayangnya dia tidak pernah menghargai istrinya. Dia tidak menjadi seorang suami dan ayah yang baik. Dia sering pulang malam- malam dalam keadaan mabuk, lalu memukuli anak dan isterinya.

Satu malam dia memutuskan untuk mengadu nasib ke kota besar, New York. Dia mencuri uang tabungan isterinya, lalu dia naik bis menuju ke utara, ke kota besar, ke kehidupan yang baru. Bersama-sama beberapa temannya dia memulai bisnis baru. Untuk beberapa saat dia menikmati hidupnya. Sex, gambling, drug. Dia menikmati semuanya.

Bulan berlalu. Tahun berlalu. Bisnisnya gagal, dan ia mulai kekurangan uang. Lalu dia mulai terlibat dalam perbuatan kriminal. Ia menulis cek palsu dan menggunakannya untuk menipu uang orang. Akhirnya pada suatu saat naas, dia tertangkap. Polisi menjebloskannya ke dalam penjara, dan pengadilan menghukum dia tiga tahun penjara.

Menjelang akhir masa penjaranya, dia mulai merindukan rumahnya. Dia merindukan istrinya. Dia rindu keluarganya. Akhirnya dia memutuskan untuk menulis surat kepada istrinya, untuk menceritakan betapa menyesalnya dia. Bahwa dia masih mencintai isteri dan anak-anaknya.

Dia berharap dia masih boleh kembali. Namun dia juga mengerti bahwa mungkin sekarang sudah terlambat, oleh karena itu ia mengakhiri suratnya dengan menulis:

Sayang, engkau tidak perlu menunggu aku...

Namun jika engkau masih ada perasaan padaku, maukah kau nyatakan? Jika kau masih mau aku kembali padamu, ikatkanlah sehelai pita kuning bagiku, pada satu-satunya pohon beringin yang berada di pusat kota. Apabila aku lewat dan tidak menemukan sehelai pita kuning, tidak apa-apa. Aku akan tahu dan mengerti. Aku tidak akan turun dari bis, dan akan terus menuju Miami. Dan aku berjanji aku tidak akan pernah lagi menganggu engkau dan anak-anak seumur hidupku.

Akhirnya hari pelepasannya tiba. Dia sangat gelisah. Dia tidak menerima surat balasan dari isterinya. Dia tidak tahu apakah isterinya menerima suratnya atau sekalipun dia membaca suratnya, apakah dia mau mengampuninya?

Dia naik bis menuju Miami, Florida, yang melewati kampung halamannya, White Oak. Dia sangat sangat gugup. Seisi bis mendengar ceritanya, dan mereka meminta kepada sopir bus itu, "Tolong, pas lewat White Oak, jalan pelan-pelan. Kita mesti lihat apa yang akan terjadi."

Hatinya berdebar-debar saat bis mendekati pusat kota White Oak. Dia tidak berani mengangkat kepalanya. Keringat dingin mengucur deras. Akhirnya dia melihat pohon itu.

Air mata menetes di matanya. Dia tidak melihat sehelai pita kuning.

Tidak ada sehelai pita kuning. Tidak ada sehelai. Melainkan ada seratus helai pita-pita kuning bergantungan di pohon beringin itu.

Seluruh pohon itu dipenuhi pita kuning.

Kisah nyata ini menjadi lagu hits nomor satu pada tahun 1973 di Amerika. Sang sopir langsung menelpon surat kabar dan menceritakan kisah ini. Seorang penulis lagu menuliskan kisah ini menjadi lagu,"Tie a Yellow Ribbon Around the Old Oak Tree",  dan ketika album ini di-rilis pada bulan Februari 1973, langsung menjadi hits pada bulan April 1973. Sebuah lagu yang manis, namun mungkin masih jauh lebih manis jika kita bisa melakukan apa yang ditorehkan lagu tersebut.

IF GOD ALWAYS FORGIVES YOU, WILL YOU FORGIVE THE OTHERS? THINK WISELY..

Source       :  brigittachin.blogspot.com
Picture by  :  wn.com

Friday, May 25, 2012

ANUGERAH CINTA

Setelah dua tahun mengalami kegagalan kehamilan dan hasil diagnosis yang meragukan bahwa bisa hamil dengan normal, saya dan suami memutuskan untuk mengadopsi seorang bayi.

Karena dikelilingi oleh keluarga yang punya banyak anak, kami menyadari bahwa tidak ada masalah bagaimana kami bisa mendapatkan anak di dunia ini - apakah melahirkan sendiri atau adopsi. Kami hanya tahu bahwa hidup kami tidak akan lengkap tanpa kelahiran seorang anak, dimana kami bisa berbagi kasih.

Setelah keputusan dibuat, kami menghubungi beberapa agen adopsi untuk mendapat bantuan. Akan tetapi setelah sekian lama tidak ada hasil yang memuaskan. Kami yakin dalam hati bahwa satu-satunya cara adopsi yang bisa kami lakukan adalah melalui adopsi secara independen.

Kami kemudian membayar pengacara khusus untuk adopsi, dan mengikuti sarannya untuk memasang iklan di semua koran negara bagian. Kami memasang jalur telpon tersendiri dengan mesin penjawab. Awalnya kami tidak mendapat hasil memuaskan, tetapi setelah beberapa minggu secara tetap memasang iklan di koran, kami mulai menerima banyak telpon.

Pengacara kami memberikan daftar pertanyaan yang bisa kami ajukan dengan sopan. Daftar pertanyaan itu sangat bermanfaat saat saya menjawab telpon yang mulai masuk - yang membuat saya acapkali gugup sampai lupa mengingat nama sendiri. Setelah beberapa bulan menjawab beragam panggilan telpon, akhirnya saya berbicara dengan Julia.

Julia hamil empat bulan, tidak menikah, muda dan miskin. Dia mengundang kami ke rumahnya di kota sebelah, dan kami senang menerima undangan itu. Ketika saya berjalan di beranda rumahnya yang reyot, saya menarik nafas panjang dan berpikir bahwa seluruh masa depan saya akan bergantung pada pertemuan ini.

Ketika Julia membuka pintu saya dibuat tercengang olehnya. Rambutnya yang panjang dan pirang sebagian menutupi wajah, mata biru berkilau penuh rasa ingin tahu, dan saya bisa melihat perutnya yang sedikit besar.

Kami bertemu ibu dan neneknya. Wanita dari tiga generasi itu terus menerus menanyai tentang keyakinan dan prinsip hidup kami. Saya berdoa dalam hati supaya kami bisa memperoleh kepercayaan mereka.

Setelah tiga jam yang melelahkan berlalu, kami berpelukan di depan pintu sebelum kami berpisah. Sepanjang perjalanan pulang saya sangat senang dan tak hentinya berbicara.

"Apakah kamu melihat hidungnya yang kecil?" saya bertanya ke suami.

Suami saya tertawa mendengar pertanyaan itu, karena memang hidung kami agak lebih besar, bahkan tulang hidung kami terlihat sangat menonjol.

Setelah beberapa bulan, dengan dibantu oleh pengacara kami, kami membantu membiayai biaya pemeriksaan dan perawatan kehamilan Julia. Kami membayar semua biaya pemeriksaan dokter dan membelikan baju-baju hamil untuk Julia.

Setiap malam saya secara rutin berbicara panjang lebar dengan Julia untuk menanyakan keadaannya dan bayinya serta menanyakan semua hal yang dibutuhkan supaya segera bisa kami persiapkan.

Semakin hari saya merasakan bahwa Julia lebih dari saudara sendiri, dan ada ikatan yang sangat kuat diantara kami berdua. Hal itulah yang membuat saya sangat syok dan tidak bisa percaya, ketika pada usia kehamilan yang ke delapan bulan Julia memutuskan untuk merawat bayinya sendiri dan menolak diadopsi.

Memang dari awal pengacara kami sudah menyampaikan kemungkinan itu bisa terjadi, dan secara hukum kami tidak berhak menuntut - tetapi bagaimanapun juga penolakan untuk adopsi itu membuat saya sangat terguncang, setelah selama tiga empat mengikuti perkembangan kehamilan Julia dengan doa dan pengharapan yang besar.

Saya bahkan merasakan mulas di dalam kandungan saya, seolah-olah saya kehilangan bayi yang sudah saya kandung sendiri selama delapan bulan.

Saya terbaring lemah selama tiga hari, tidak bisa bangun dan terus-menerus dalam air mata kesedihan. Saya tidak mampu berbicara pada siapa pun kecuali keluhan yang dalam pada suami. Saya sangat berduka, melebihi semua pengharapan yang sudah saya bangun selama ini.

Suami saya dengan sabar berusaha memulihkan semangat saya, dan atas dorongan pengacara saya, kami mulai kembali memasang iklan di koran. Beberapa bulan berlalu dan nampaknya harapan untuk berhasil sangat kecil.

Dua minggu setelah Natal saat pengacara kami menelpon, apakah kami bisa menemuinya di kantor karena ada seorang wanita datang. Dua minggu sebelumnya dia baru saja melahirkan. Nama wanita itu Aurea, dari Philipina, tidak menikah, datang dengan ditemani keluarga temannya.

Dia ingin pulang kembali ke Philipina, tetapi dia tidak bisa membawa bayinya ikut. Bayinya akan ditolak negaranya karena dia tidak menikah, dan lebih dari itu dia merasa tidak sanggup merawat bayinya di sana.

Sebelumnya dia sudah pernah memenuhi panggilan iklan adopsi di koran. Tetapi pasangan yang dihadapi adalah keluarga Yahudi ortodoks yang tidak bisa menerima bayi orang Philipina.

Selanjutnya dia berkonsultasi dengan pengacara saya, dan disampaikan bahwa menurut hukum saya bisa menerima bayi Aurea.

Selama dua jam, saya dan suami berbincang-bincang secara mendalam dengan Aurea yang manis dan bayi laki-lakinya yang lucu.

Saat bayi itu saya gendong dan melihat mata saya, dia tersenyum polos dan itu sangat menyentuh hati saya. Ada suatu ikatan hati yang langsung terpaut dan saya jatuh hati padanya. Saya menciumnya dan kedua tangan kecilnya memeluk wajah saya.

Kami tinggal di kantor pengacara satu jam lagi, karena saya tidak bisa buru-buru meninggalkan buah hati saya itu. Aurea akhirnya menyetujui untuk menyerahkan bayinya saya adopsi. Dia hanya membutuhkan waktu beberapa hari untuk mengucapkan selamat tinggal padanya.

Hari-hari penantian berikutnya saya berada dalam mimpi buruk, karena dibayang-bayangi oleh kegagalan yang menyakitkan dengan Julia.

Hal yang lain adalah kami bergumul dengan hati dan perasaan bahwa saya akan membesarkan seorang anak dari bangsa lain - dan itu sama sekali di luar pemikiran kami sebelumnya.

Kami tidak ada masalah dengan kemampuan untuk merawat dan mencintainya, tapi kami tidak terlalu bodoh untuk berpendapat bahwa membesarkan seorang anak dari bangsa lain itu hal yang mudah. Tetapi saya dan suami memiliki sebuah keyakinan yang sama yaitu, "Cinta akan mengalahkan segalanya."

Dalam minggu yang sama, kami mendapat kabar dari pengacara kami bahwa Aurea berubah pikiran. Ini bukan karena kami berbeda bangsa, tetapi dia merasa berat untuk bisa berpisah dengan bayi laki-lakinya.

Kami tidak bisa menyalahkan Aurea, dan berdasarkan pengalaman kami sebelumnya, kami tidak lagi merasa marah atau sakit hati. Kami sekarang sudah bisa memahami semua kondisi itu.

Tetapi di akhir minggu kami menerima berita yang lain lagi. Aurea menghubungi pengacara kami, supaya kami segera menemuinya di apartemennya. Hari itu salju turun lebat dengan udara yang membekukan tulang, bahkan ramalan cuaca mengatakan badai salju akan datang. Tetapi hari itu tidak ada sesuatu pun yang bisa menghalangi kami.

Saat kami bertiga tiba, Aurea sudah mendadani bayi laki-lakinya dengan baju yang terbaik. Dia memberikan sebuah tas plastik pada suami saya, berisi perlengkapan bayi yang digunakan selama tiga minggu itu.

Aurea menyerahkan bayi itu ke dalam tangan saya, memeluk dan berbisik dengan suara tersendat ke telinga saya,

"Tolong rawat dia baik-baik."

"Jangan kuatir," saya balas berbisik.

Aurea berlari ke dapur dan menumpahkan segala kesedihan hatinya dengan menangis tersedu-sedu di sana. Pengacara kami memberi tanda supaya kami meninggalkan apartemen itu, dan dia berkata akan mengurus segalanya.

Saya bergegas ke mobil karena tidak tahan dengan suasana kepedihan di apartemen itu. Sepanjang perjalanan saya melihat air mata suami saya mengalir membasahi pipinya, dan kami tidak berkata sepatah kata pun.

Ada perasaan campur aduk yang tidak bisa dilukiskan, perasaan sukacita karena akhirnya pengharapan kami terkabulkan dan duka yang dalam melihat seorang ibu muda yang harus berpisah dengan anak yang telah dikandungnya selama sembilan bulan.

Saat sampai di rumah hati kami diliputi oleh kasih melihat bayi laki-laki mungil tersenyum manis di pelukan. Mengobati rasa sedih dari penderitaan Aurea, kami tidak pernah mengganti nama awal anak kami yang sudah diberikan oleh ibunya. Kami merasa bahwa itu adalah hadiah terbaik yang bisa kami berikan padanya maupun untuk Aurea.

Dia sekarang berusia dua belas tahun. Pengorbanan dan kasih Aurea selalu ada dalam hati dan jiwa kami setiap hari.

Phyllis DeMarco

DALAM PENGORBANAN ADA RENCANA TUHAN YANG AMAT BESAR!

Source     : indowebster.web.id (nawainruk)
Picture by : lover0fnightmares.deviantart.com

PENUMPANG YANG KEHUJANAN

Malam itu, pukul setengah dua belas malam. Seorang wanita negro rapi yang sudah berumur, sedang berdiri di tepi jalan tol Alabama. Ia nampak mencoba bertahan dalam hujan yang sangat deras, yang hampir seperti badai. Mobilnya kelihatannya lagi rusak, dan perempuan ini sangat ingin menumpang mobil.

Dalam keadaan basah kuyup, ia mencoba menghentikan setiap mobil yang lewat. Namun tidak satupun dari mereka yang mau berhenti.

Mobil berikutnya dikendarai oleh seorang pemuda bule, dia berhenti untuk menolong ibu ini. Kelihatannya si bule ini tidak paham akan konflik etnis tahun 1960-an, yang terjadi pada saat itu.

Pemuda ini akhirnya membawa si ibu negro selamat hingga suatu tempat, untuk mendapatkan pertolongan, lalu mencarikan si ibu ini taksi. Walaupun terlihat sangat tergesa-gesa, si ibu tadi bertanya tentang alamat si pemuda itu, menulisnya, lalu mengucapkan terima kasih pada si pemuda.

7 hari berlalu, dan tiba-tiba pintu rumah pemuda bule ini diketuk seseorang. Kejutan baginya, karena yang datang ternyata kiriman sebuah televisi set besar berwarna (1960-an!) khusus dikirim kerumahnya.Terselip surat kecil tertempel di televisi, yang isinya adalah:

"Terima kasih nak, karena membantuku di jalan tol malam itu. Hujan tidak hanya membasahi bajuku, tetapi juga jiwaku. Untung saja anda datang dan menolong saya. Karena pertolongan anda, saya masih sempat untuk hadir disisi suamiku yang sedang sekarat... hingga wafatnya". Tuhan memberkati anda,karena membantu saya dan tidak mementingkan dirimu pada saat itu"

Tertanda Ny.Nat King Cole.

(Catatan : Nat King Cole, adalah penyanyi negro tenar tahun 60-an di USA)

APAPUN BANTUAN YANG ANDA BERIKAN DAN ANDA IKHLAS MEMBERINYA, MAKA AKAN MENJADI BERKAH.

Source      : smartbaby.blogdetik.com
Picture by  : frompingkan.blogspot.com

Wednesday, May 23, 2012

KUMPULKAN KAPAS KAPAS YANG TERSEBAR

Ada seorang pedagang yang sangat kaya raya dan berpengaruh di kalangan masyarakat dikotanya, dalam setiap kegiatannya berdagang mengharuskan dia sering banyak pergi keluar kota.

Suatu saat, karena pergaulan yang salah, dia mulai terjerumus dengan berjudi.

Pada awalnya ia mulai dengan taruhan kecil-kecilan, tetapi karena tidak dapat menahan nafsu untuk menang dan mengembalikan kekalahannya, si pedagang semakin gelap mata, dan akhirnya uang hasil jerih payahnya selama ini banyak terkuras di meja judi.

Istri dan anak-anaknya terlantar hingga akhirnya mereka jatuh miskin.

Orang luar tidak ada yang tahu tentang kebiasaannya berjudi, maka untuk menutupi hal tersebut, dia mulai menyebar fitnah, bahwa kebangkrutannya karena orang kepercayaan, sahabatnya, mengkhianati dia dan menggelapkan banyak uangnya.

Kabar itu semakin hari semakin menyebar, sehingga sahabat yang setia itu, jatuh sakit. Mereka sekeluarga sangat menderita, disorot dengan pandangan curiga oleh masyarakat disekitarnya dan dikucilkan dari pergaulan.

Si pedagang tidak pernah mengira, dampak perbuatannya demikian buruk. Dia bergegas datang menengok sekaligus memohon maaf kepada si sahabat

“Sobat. Aku mengaku salah! Tidak seharusnya aku menimpakan perbuatan burukku dengan menyebar fitnah kepadamu. Sungguh, aku menyesal dan minta maaf. Apakah ada yang bisa aku kerjakan untuk menebus kesalahan yang telah kuperbuat?”

Dengan kondisi yang semakin lemah, si sahabat berkata, “Ada dua permintaanku. Pertama, tolong ambillah bantal dan bawalah ke atap rumah. Sesampainya di sana, ambillah kapas dari dalam bantal dan sebarkan keluar sedikit demi sedikit “.

Walaupun tidak mengerti apa arti permintaan yang aneh itu, demi menebus dosa, segera dilaksanakan permintaan tersebut. Setelah kapas habis di sebar, dia kembali menemui laki-laki yang sekarat itu.

“Permintaanmu telah aku lakukan, apa permintaanmu yang kedua?”

“Sekarang, kumpulkan kapas-kapas yang telah kau sebarkan tadi”, kata si sahabat dengan suara yang semakin lemah.

Si pedagang terdiam sejenak dan menjawab dengan sedih, “Maaf sobat, aku tidak sanggup mengabulkan permintaanmu ini. Kapas-kapas telah menyebar kemana-mana, tidak mungkin bisa dikumpulkan lagi”.

“Begitu juga dengan berita bohong yang telah kau sebarkan, berita itu takkan berakhir hanya dengan permintaan maaf dan penyesalanmu saja” kata si sakit

“Aku tahu. Engkau sungguh sahabat sejatiku. Walaupun aku telah berbuat salah yang begitu besar tetapi engkau tetap mau memberi pelajaran yang sangat berharga bagi diriku. Aku bersumpah, akan berusaha semampuku untuk memperbaiki kerusakan yang telah kuperbuat, sekali lagi maafkan aku dan terima kasih sobat”. Dengan suara terbata-bata dan berlinang air mata, dipeluklah sahabatnya.

Seperti kata pepatah mengatakan, fitnah lebih kejam daripada pembunuhan. Kebohongan tidak berakhir dengan penyesalan dan permintaan maaf. Seringkali sulit bagi kita untuk menerima kesalahan yang telah kita perbuat. Bila mungkin, orang lainlah yang menanggung akibat kesalahan kita. Kalau memang itu yang akan terjadi , lalu untuk apa melakukan fitnah yang hanya membuat orang lain menderita. 

BIJAKSANALAH DALAM BERTUTUR KATA DAN TENTUNYA AKAN JAUH LEBIH BIJAK BISA MELAKUKAN SESUATU YANG MEMBUAT ORANG LAIN BAHAGIA.

Source       : indowebster.web.id (lauzart)
Picture by  : abisabila.com

Tuesday, May 22, 2012

EMPAT EKOR ANJING

Dahulu kala ada seorang tua bernama Chu Ping. Dia adalah orang yang baik hati, terutama terhadap hewan. Suatu hari dia pergi mengunjungi keluarganya.

Ketika dia sampai di sana, keluarganya sedang menyeret keluar empat ekor anak anjing.

“Apa yang akan kau lakukan terhadap mereka?” Chu Ping bertanya.

“Saya akan membuang mereka. Anjing kami melahirkan empat ekor anak anjing, dan kamu tahu orang-orang berkata empat ekor anak anjing dalam sekali persalinan adalah sial, jadi saya akan menyingkirkan mereka sekarang.”

“Apakah kamu mau memberikan mereka kepada saya?”

“Kalau itu maumu. Silakan.”

Chu Ping menjadi pemilik yang bangga dari empat ekor anak anjing yang lincah. Dia merawat mereka dengan baik dan dia suka bermain dengan mereka, tidak lama kemudian, mereka telah tumbuh menjadi empat ekor anjing yang kuat dan sehat.

Suatu sore ketika Chu sedang duduk di rumah, dia mendengar suara bisikan di rumput di luar. Suara tersebut makin mendekat, dan semakin keras suaranya.

Pertama-tama terdengar seperti bisikan, lalu semilir angin, kemudian terdengar seperti angin kencang yang bertiup melewati lembah.

Chu keluar untuk menyelidiki, dan di sana, beberapa langkah dari pintunya, dia melihat seekor ular python besar Tubuhnya seukuran roda. Dia melihat sekeliling dengan ganas dengan matanya yang besar dan mempesona, dan lidahnya yang merah menyala menjulur keluar, mengeliat.

Lalu dia melihat Chu seperti panah meluncur dari busur, dia menyergap lurus ke arahnya. Chu tidak dapat bergerak. Dia terlalu takut bahkan untuk mengiba.

Kemudian, sewaktu dia seperti akan binasa, keempat anjingnya datang terbang ke arah ular tersebut. Mereka meloncat menuju ular tersebut, seperti tidak takut pada monster yang mengerikan ini, menggonggong dan menyalak sambil menyerang dari empat sisi.

Keributan itu mengundang para tetangga. Tidak ada yang berani mendekati python tersebut, tetapi mereka semua bersorak untuk keempat anjing yang berani tersebut dari kejauhan.

Dengan amat cepat, dua ekor anjing telah menggigit leher ular itu. Mereka terlalu dekat dengan kepala ular sehingga dia tidak bisa menggigit mereka. Darahnya memancar ke udara, dan sesaat kemudian, python besar itu mati.

Anjing anjing itu memeriksa mayatnya sebentar, mengendusnya dengan hati hati. Lalu mereka dengan sikap merendahkan mengorek tanah ke atas mayat tersebut, dan datang ke arah Chu dengan lidah terjulur ke luar, sambil menggoyang goyangkan ekor.

Semua tetangga bertepuk tangan ketika Chu Ping berjongkok untuk menepuk anjing anjingnya. Mereka menjilat lengan dan
wajahnya.

“Siapa yang berkata empat ekor sekali lahir tidak beruntung?” Chu Ping bertanya kepada anjing anjingnya.

“Tidak terpikir olehku ketika menyelamatkan kalian, suatu hari kalian akan menyelamatkan nyawaku ”

IYA..PERBUATAN BAIK TIDAK AKAN PERNAH SIA-SIA :)

Source      : sarikata.com
Picture by  : wallcoo.net

KISAH KAKAK DAN ADIK

Pada jaman dinasti Tang, ada sebuah keluarga yg terkenal karena kerukunannya. Keluarga tersebut bermarga Zhang. Tuan Zhang selalu mengajarkan kpd kedua anaknya utk saling mengasihi dan saling mendahulukan.

Tuan Zhang tentunya telah banyak menemukan kendala yang dapat mengurangi keakraban di antara kakak-beradik, khususnya jika yg satu lebih terkenal dari yg lain. Namun demikian Tuan Zhang tidak pernah putus asa dlm mendidik kakak beradik untuk saling mengalah dan saling menganggap yang lain lebih penting dari dirinya. Itulah yg ingin ditanamkan kepada anak-anaknya.

Tuan Zhang merasa jika kasih di antara kakak-adik cukup kuat, maka kelak tidak akan ada masalah saling memperebutkan kasih sayang orangtua dan akhirnya saling membenci karena warisan.

Sang kakak bernama Zhang Yueshi dan si adik bernama Zhang Chujin. Sedari kecil keduanya sudah menampakkan perilaku saling mengalah dan saling mendahulukan.

Ketika bermain, ke sekolah, atau melakukan apa saja, mereka hampir selalu saling mengalah dan mengasihi. Para tetangga mereka pun sudah melihat hasil didikan Tuan Zhang di dalam diri kedua kakak-beradik tersebut.

Kenyataan ini membuat berita tentang kasih di antara kakak-beradik itu pun tersebar ke beberapa desa. Tak sedikit orangtua yang mengambil contoh kasih persaudaraan Zhang Yueshi dan Zhang Chujin untuk diajarkan kepada anak-anak mereka.

Pada suatu waktu, ketika mereka telah beranjak dewasa, pihak kerajaan mengadakan ujian ilmu pengetahuan. Yg lulus ujian akan menjadi pegawai kerajaan.

Menjadi pegawai kerajaan adalah dambaan hampir seluruh rakyat saat itu. Kakak-beradik tersebut berhasil menyelesaikan ujian dengan sangat baik dan keduanya memiliki nilai tertinggi di antara peserta yang lain.

Sayangnya, peraturan kerajaan saat itu adalah bahwa kakak dan adik tidak boleh diterima sekaligus. Jadi pihak kerajaan, dalam hal ini kepala bagian penerimaan, harus memilih salah satu di antara kedua kakak-beradik tersebut untuk menjadi pegawai istana.

Kepala penerimaan pegawai istana pun bingung memilih karena keduanya sama-sama mempunyai nilai yang tinggi dan cakap dalam ujian keterampilan. Namun karena harus memilih, akhirnya kepala bagian penerimaan pegawai istana memilih sang adik, Zhang Chujin.

Keesokan harinya, sang adik menemui kepala bagian penerimaan pegawai istana dan berkata,

"Tuan yang terhormat, umur kakak saya lebih tua dari saya. Sesungguhnya pengetahuan dan keterampilannya pun lebih banyak daripada saya. Dalam banyak hal, kakak saya jauh melampaui saya. Karena itu mohon Tuan membatalkan keputusan, dan tahun ini memilih kakak saya terlebih dahulu utk menjadi pegawai istana. Saya masih muda dan masih punya banyak kesempatan untuk menjadi pegawai istana. Sekali lagi, mohon Tuan sudi mempertimbangkan hal ini."

Kepala bagian penerimaan pegawai istana hanya bisa terdiam, tanpa mengucapkan janji apapun kepada Zhang Chujin.

Tidak lama setelah Zhang Chujin pulang, sang kakak jg tiba di istana dan menemui kepala bagian penerimaan pegawai istana.

"Tuan, saya mau mengucapkan selamat atas keputusan memilih adik saya. Sesungguhnya saya tahu bahwa dalam banyak hal, adik saya lebih cakap dari saya. Karena itu saya mohon, apa pun yg terjadi, dan siapa pun yg menggugat, jangan pernah mengubah keputusan Tuan yg sudah tepat tersebut."

Setelah menyampaikan isi hatinya, Zhang Yueshi pun pamit pulang.

Sementara itu kepala bagian penerimaan pegawai istana terkagum-
kagum dengan kasih yg ditunjukkan oleh Zhang Yueshi dan Zhang Chujin. Ia berpikir, seandainya setiap keluarga mengajarkan sikap saling mengasihi di antara kakak-beradik, pastilah keluarga menjadi kuat dan bahagia. Jika setiap keluarga kuat, maka negara pun akan kuat.

Kepala bagian penerimaan pegawai istana pun pergi menghadap Raja untuk mendiskusikan hal ini. Ia pun punya usul kpd Raja,

"Jika kita memilih keduanya sekaligus, maka kita berharap teladan yang mereka tunjukkan akan berpengaruh baik bagi setiap keluarga di negeri kita."

Setelah mempertimbangkan dengan matang, Raja pun setuju dan memutuskan utk menerima Zhang Yueshi dan Zhang Chujin, kedua kakak-beradik itu, sekaligus.

HENDAKLAH DENGAN RENDAH HATI MENGANGGAP ORANG LAIN LEBIH UTAMA DARI DIRI SENDIRI. JIKA SIKAP INI DITERAPKAN DALAM HIDUP BERMASYARAKAT, MAKA HIDUP AKAN TERASA LEBIH INDAH. MULAILAH DARI DIRI SENDIRI DAN MULAILAH UNTUK MENGAJARKAN KEPADA ANAK-ANAK KITA!

Source       : indowebster.web.id (kiefs)
Picture by  : dodiedisastro.blogdetik.com

Thursday, May 17, 2012

HIDUP ITU CUMA HARI INI

Pada suatu pagi buta, seorang pemuda mendatangi rumah gurunya yang dikenal bijak di desa itu. Dia mengetuk pintu rumah dengan keras, sambil suaranya terdengar memanggil-manggil gurunya.

Si guru sambil mengusap matanya dan menahan kuap membuka pintu sambil berkata,

"Ada apa anakku? Pagi-pagi begini mengganggu nyenyak tidurku. Ada sesuatu yang penting?"

Pemuda menjawab, "Ampun guru, maafkan saya terpaksa mengganggu tidur guru. Ada sesuatu yang ingin saya tanyakan."

Si guru kemudian mempersilahkannya masuk ke dalam rumah dan pemuda itu pun segera menceritakan kegundahannya, yakni semalam dia bermimpi dijemput malaikat dan diajak pergi meninggalkan dunia ini. Dia ingin menolak tetapi sesuatu seperti memaksanya harus pergi. Saat tarik menarik itulah dia terbangun sambil berkeringat dan tidak dapat tidur lagi. Timbul perasaan takut dan tidak berdaya membayangkan bila malaikat benar-benar datang kepadanya.

Si pemuda kemudian bertanya kepada gurunya,

"Guru, kapan kematian akan datang kepada manusia?"

Gurunya menjawab, "Saya tidak tahu anakku. Kematian adalah rahasia Tuhan".

"Aaaakh, guru pasti tahu. Guru kan selalu menjadi tempat bertanya bagi semua orang di daerah sini,” desak si murid.

"Baiklah. Sebenarnya rata-rata manusia meninggal pada usia 70 sampai 75 tahun. Tetapi sebagian ada yang tidak mencapai atau lebih dari perkiraan tersebut."

Merasa tidak puas dia kembali bertanya, "Jadi, umur berapakah manusia pantas untuk mati?"

Sambil pandangannya menerawang keluar jendela, sang guru menjawab, "Sesungguhnya, begitu manusia dilahirkan, proses penuaan langsung terjadi. Sejak saat itu, manusia semakin tua dan kapan pun bisa mengalami kematian".

Si murid bertanya terus, "Lalu, bagaimana sebaiknya saya menjalani hidup ini?"

”Hidup sesungguhnya adalah saat ini, bukan besok atau kemarin. Hargai hidup yang singkat ini, jangan sia siakan waktu. Bekerjalah secara jujur dan bertanggung jawab, usahakan berbuat baik pada setiap kesempatan. Jangan takut mati, nikmati kehidupanmu! Mengerti??”

Dengan wajah gembira si murid berkata, "Terima kasih guru, saya mengerti. Saya akan belajar dan bekerja dengan sungguh-sungguh, berani menghadapi hidup ini, sekaligus menikmatinya. Saya pamit guru."

Iya..hiduplah saat ini, tidak usah menyesali hari kemarin, karena hari kemarin sudah berlalu, tidak usah cemas akan hari esok, karena hari esok belum datang.

Hanya hari ini yang menjanjikan kesuksesan , kebahagiaan bagi setiap orang yang mau dan mampu mengaktualisasikan dirinya dengan penuh totalitas! Sekali lagi, Hiduplah Saat Ini!

YESTERDAY IS HISTORY..TOMORROW IS A MISTERY..TODAY IS A GIFT. ~Eleanor Roosevelt

Source       : indowebster.web.id (happybratboy)
Picture by  : randomthoughtsonlifeblog.com

Wednesday, May 16, 2012

PELAJARAN DARI NENEK RUBY

Sebagai ibu dari dua anak yang sangat aktif, berusia tujuh dan satu tahun, kadang-kadang aku khawatir kalau mereka mengacaukan rumah yang sudah saya dekor dengan cermat. Disaat anak-anak yang masih murni itu bermain, terkadang mereka menjatuhkan lampu kesayanganku atau mengacaukan tata ruang yang sudah dirancang dengan seksama. Pada saat-saat itu ketika tak ada lagi rasa aman, aku terkenang akan pelajaran yang kudapatkan dari ibu mertuaku yang bijaksana, Ruby.

Ruby adalah ibu dari 6 anak dan nenek 13 cucu. Bagiku dia merupakan cermin dari kelemahlembutan, kesabaran, dan kasih sayang.

Pada suatu hari Natal, seperti biasanya semua anak dan cucunya berkumpul di rumah Ruby. Tepat sebulan sebelumnya, Ruby telah membeli sebuah karpet putih yang baru dan indah setelah hidup dengan karpet tua yang sama lebih 25 tahun lamanya. Dia merasa amat bahagia dengan suasana baru yang diberikan karpet itu pada rumahnya.

Adik ipar saya, Arnie, baru saja membagi-bagikan hadiahnya kepada para keponakan madu buatan sendiri yang bermutu tinggi dari peternakan lebahnya. Mereka sangat bergairah. Tetapi malang benar, Sheena yang berusia delapan tahun menumpahkan tabung madunya ke karpet baru nenek dan madu itu mengalir terus sampai ke bawah tangga rumah.

Sambil menangis, Sheena berlari ke dapur menyusup ke lengan nenek Ruby. "Nek, saya telah menumpahkan madu ke karpet baru nenek."

Nenek Ruby berlutut, melihat dengan lembut ke mata Sheena yang berlinang dan berkata, "Jangan khawatir sayang, kami akan memberikan madu lagi untukmu."

Lynn Robertson 

DALAM KASIH ADA TENGGANG RASA DAN KEMAMPUAN UNTUK TAHAN UJI TERHADAP SITUASI YANG KURANG MENGUNTUNGKAN DAN TERHADAP SIKAP ORANG-ORANG YANG KURANG MENGENAKKAN. KASIH ITU PANJANG SABAR.
  
Source     : Chicken Soup for the Woman's Soul
Picture by : andrewcomiskey.com

Tuesday, May 15, 2012

KECANTIKAN SEJATI

Untuk Hari Ibu, Jeannie telah bersusah payah merencanakan membeli sesuatu yang amat khusus bagi ibunya, Bess. Dengan cermat ia hendak memberikan sebuah sertifikat hadiah dengan memakai gaji pertamanya yang tidak seberapa. Pada hari yang telah ditentukan, putri muda ini membawa ibunya yang sederhana dan pemalu ke studioku.

Saat memasang layar-layar warna dan mengatur posisi, Bess mengaku ia telah mencurahkan seluruh perhatiannya bagi keluarganya selama bertahun-tahun dan telah mengabaikan dirinya sendiri. Akibatnya ia tak pernah mempertimbangkan pakaian apa yang pantas dikenakannya atau bagaimana memakai make up.

Ketika aku menaruh warna-warna cantik dekat ke wajahnya, ia mulai 'berbunga', walaupun tampaknya ia tidak menyadari hal itu. Setelah memberikan sentuhan akhir pemerah dan lipstik untuk meningkatkan penampilannya, aku mengundangnya untuk melihat dirinya sendiri dalam kaca panjang yang besar. Dia memperhatikan dirinya agak lama, seakan menyimak seorang asing, lalu terus beringsut mendekat ke bayangannya. Akhirnya dengan membelalak dan mulutnya terbuka, ia menyentuh cermin itu sedikit.

"Jeannie," ia memberi isyarat, "kesini donk." Sambil menarik putrinya ke sampingnya, ia menunjuk ke bayangan itu. "Jeannie, lihatlah saya. Saya cantik!"

Si wanita muda itu melempar senyum pada wanita tua di depan kaca dengan air mata di pelupuknya.

"Ya, Ibu, kamu memang selalu cantik."

Charlotte Ward

KETIKA DITANYA MENGAPA IA TAMPAK MUDA MESKI HIDUPNYA SUKAR, IBU TERESA MENJAWAB,"TERKADANG PERASAAN BAIK DARI DALAM LEBIH BERHARGA DARIPADA SEORANG AHLI KECANTIKAN."

Source      : Chicken Soup for the Woman's Soul
Picture by :  loyno.edu

Monday, May 14, 2012

NENEK MOSES DAN AKU

"Aku terlalu tua dan sudah uzur!" Kata-kata itu terus melayang- layang di kepalaku. Aku patah semangat dan letih setelah mengakhiri pernikahan dan karierku di bidang hukum pada saat bersamaan. Meski memiliki hasrat besar untuk menjadi penulis, aku meragukan kemampuanku untuk berhasil. Apakah aku telah menyia-nyiakan waktu dengan mengejar tujuan yang salah?

Aku berada pada titik terendah ketika suara radio mulai menceritakan kisah Nenek Moses. Anna Mary Robertson Moses meninggalkan rumah pada usia 13 tahun, melahirkan 10 anak, dan bekerja keras untuk menghidupi 5 anaknya yang mampu bertahan hidup. Berjuang untuk hidup di pertanian miskin, dia berhasil menciptakan sedikit keindahan untuk dirinya sendiri dengan merenda di atas kanvas.

Pada usia 78 tahun, jari-jarinya menjadi terlalu kaku untuk bisa memegang jarum. Namun bukannya menyerah terhadap kelemahannya, ia malah pergi ke gudang dan mulai melukis. Pada panel-panel kanvas dia menciptakan pemandangan kehidupan alam pedesaan dengan cermat dan memakai warna-warna yang cemerlang.

Untuk dua tahun pertama, karyanya cuma diberikan begitu saja atau dijual dengan harga amat murah. Tetapi pada usia 79 tahun, dia "ditemukan" oleh dunia seni..dan berikutnya ia mencatat sejarah. Dia telah menghasilkan lebih dari 2000 lukisan dan buku kumpulan karyanya "Twas the Night before Christmas" selesai pada ulang tahunnya yang ke 100.

Ketika aku mendengar radio itu, perasaan hatiku berubah. Jika nenek Moses bisa memulai suatu karier baru dan berhasil pada usia 80 tahun, hidupku masih punya harapan setelah 30 tahun. Sebelum acara itu berakhir, aku mulai bekerja di komputerku, menulis novel yang nyaris kulupakan.

Delapan bulan kemudian novel itu diterbitkan.

Liah Kraft-Kristaine

MASA DEPAN ADALAH MILIK MEREKA YANG PERCAYA PADA KEINDAHAN MIMPI-MIMPI MEREKA.  ~Eleanor Roosevelt

Source      : Chicken Soup for the Woman's Soul
Picture by  : artknowledgenews.com

Sunday, May 13, 2012

SIAPA YANG MENGAMBIL PELAJARAN DARI KEJADIAN INI?

Suatu ketika ada seorang penjual topi yang berjalan melintasi hutan. Cuaca saat itu sangat panas. Ia lalu memutuskan untuk beristirahat sejenak di bawah sebuah pohon besar. Sebelum merebahkan diri, ia meletakkan keranjang berisi topi-topi dagangan di sampingnya.

Beberapa jam ia terlelap dan terbangun oleh suara-suara ribut. Hal pertama yang disadarinya adalah bahwa semua topi dagangannya telah hilang. Kemudian ia mendengar suara monyet-monyet di atas pohon. Ia mendongak ke atas. Betapa terkejutnya ia melihat pohon itu penuh dengan monyet.

Dan, semua monyet itu mengenakan topi-topinya. Penjual topi itu terduduk dan berpikir keras bagaimana caranya ia bisa mendapatkan kembali topi-topi dagangannya yang sekarang sedang dibuat main-main oleh monyet-monyet itu. Ia berpikir dan berpikir, dan mulai menggaruk-garukkan kepalanya. Lalu ia melihat monyet-monyet itu ternyata menirukan tingkah lakunya.

Kemudian, ia melepas topinya dan mengipas-ngipaskan ke wajahnya. Dan monyet-monyet itu pun melakukan hal yang sama. Aha..! Ia pun mendapat ide..! Lalu ia membuang topinya ke tanah, dan monyet-monyet itu juga membuang topi-topi di tangan mereka ke tanah. Segera saja si penjual itu mengumpulkan dan mendapatkan kembali semua topi-topinya. Ia pun melanjutkan perjalanannya.

Lima puluh tahun kemudian, cucu dari si penjual topi itu juga menjadi seorang penjual topi juga dan telah mendengar cerita tentang monyet-monyet itu dari kakeknya. Suatu hari, persis seperti kakeknya, ia melintasi hutan yang sama. Udara sangat panas. Ia beristirahat di bawah pohon yang sama dan meletakkan keranjang berisi topi-topi dagangan di sampingnya. Sekali lagi, ketika terbangun ia menyadari kalau monyet-monyet telah mengambil semua topi-topinya.

Ia pun teringat akan cerita kakeknya. Ia mulai menggaruk-garuk kepala, dan monyet-monyet itu menirukannya. Ia melepas topinya dan mengipas-ngipaskan ke wajahnya, monyet-monyet itu masih menirukannya. Nah, sekarang ia merasa yakin akan ide kakeknya. Kemudian ia melempar topinya ke tanah. Tapi kali ini ia yang terkejut, karena monyet-monyet itu tidak menirukannya dan tetap memegangi topi itu erat-erat.

Kemudian, seekor monyet turun dari pohon, mengambil topi yang di lemparkan oleh cucu pedagang topi itu, lalu menepuk bahunya sambil berkata:

"Memangnya cuma lu doang yang punya kakek?"

JANGAN HANYA KARENA ANDA MAMPU MENGAMBIL PELAJARAN DARI SUATU PENGALAMAN BURUK..LALU ANDA TELEDOR..MEREMEHKAN ORANG LAIN..DAN MENGANGGAP ORANG LAIN TIDAK MENGAMBIL PELAJARAN YANG SAMA JUGA! BELUM TENTU CARA YANG DULU EFEKTIF KINI MASIH EFEKTIF :)

Source      : indowebster.web.id (labyrinth)
Picture by : solidrock-batupejal.blogspot.com

WAH ADA NENEK 77 TAHUN DAPAT JODOH DI FACEBOOK

Facebook berhasil mengantarkan kebahagiaan pada seorang nenek. Wanita berusia 77 tahun ini berhasil mendapat jodoh lewat jejaring sosial itu. Bagaimana kisahnya?

Barbara Moore, 77 tahun, dan Laurence Brocklesby, 82 tahun, bukanlah usia rata-rata pengguna yang sering memanfaatkan layanan jejaring sosial.

Moore memanfaatkan komputer setelah suaminya meninggal empat tahun yang lalu. Anak dan cucunya menggunakan Facebook, namun mantan suster ini tidak terlalu tertarik untuk bergabung dengan anak muda. Ia memanfaatkan media itu untuk mencari teman kerjanya dahulu. Saat itulah, ia bertemu dengan Brocklesby yang sudah bercerai sejak 16 tahun lalu.

Awalnya, Moore hanya bertanya soal tips berkebun kepada Brocklesby. Namun, pasangan ini merasa cocok dan berbincang via media online setiap hari.

"Kami berbicara soal apapun seperti hobi, kebiasaan minum teh dan segala sesuatu yang kami lakukan setiap hari. Ini menakjubkan untuk tahu betapa banyak kesamaan di antara kami dan kami begitu terbuka di internet. Saya merasa bisa menceritakan apapun kepadanya tanpa perlu khawatir," kata Moore.

Setelah berkenalan tiga bulan di Facebook, keduanya memutuskan untuk saling bertemu di dunia nyata. Sebelumnya, mereka telah saling bertukar foto sehingga tahu raut muka satu sama lain.

"Kami telah berbicara apapun di internet dan saling menelepon di malam hari," kata Brocklesby, yang mantan tentara.
 

Source : gusti777.blogdetik.com

SURAT TUKANG BUAH KEPADA TUKANG SAYUR

"Wajahmu memang manggis, watakmu juga melonkolis, tapi hatiku nanas karena cemburu. Oh Sirsak napasku, hatiku anggur lebur..hiks. Ini delima dalam hidupku, aku tau memang ini juga salakku jarang apel malam minggu. Ya Tuhan..mohon belimbingmu. Kalo memang perpisangan ini yang terbaik untukku..semangka kau bahagia dengan pria laen.

Sawonara!

Dari : Durianto


Surat balasan dari pacarnya yang ternyata tukang sayur :

Membalas kentang suratmu itu, brokoli-koli sudah kubilang, jgn tiap dateng rambutmu selalu kucai. Jagungmu ga pernah dicukur. Wong disuruh dateng malam minggu..ehh nongolnya hari labu! Ditambah kondisi keuanganmu makin hari makin pare. Kalo mo nelpon aku aja mesti ke wortel. Terus terong aja ya, cintaku padamu sudah TOMAT!!!!!!

Jangan kangkung aku lage...Cabe dehhhhhhhh!!!!

Dari : mba yam

Source : indowebster.web.id

Thursday, May 10, 2012

SURAT TERAKHIR UNTUK SIAO FENG

Siao Feng adalah seorang gadis kecil berumur lima tahun. Ia tinggal bersama mamanya yang sudah cukup tua. Mereka hanya tinggal berdua. Papanya sudah bercerai dengan mamanya, karena masalah yang tidak ia mengerti.

Pada suatu hari, saat Siao Feng sedang bermain-main, ia melihat mamanya membawa tas dan bersiap untuk pergi. Siao Feng menyusul mamanya dan berkata ingin ikut. Tapi mamanya hanya menangis sambil berkata,

“Siao Feng, mama akan pergi ke Amerika untuk suatu pekerjaan, mama tidak bisa menunda lagi. Kamu tidak boleh ikut. Kamu akan tinggal bersama kakek dan nenek. Baik-baik ya. Jaga dirimu. Jangan nakal. Mama akan sering menyuratimu.” Siao Feng menangis dan berteriak agar mamanya jangan pergi.

Tapi percuma, mamanya tidak mau mendengarkannya.

Beberapa bulan kemudian, mama Siao Feng mengirimi Siao Feng surat. Hari ini hari Siao Feng masuk sekolah pertamanya di SD. “Siao Feng, bagaimana kabarmu? Baik-baik sajakah? Saat ini kamu pasti sudah duduk di bangku SD, kamu pasti sudah mendapat teman yang banyak, sepatu baru, tas baru. Siao Feng, maafkan mama, mama tidak datang melihatmu masuk sekolah, mama sangat sibuk di Amerika. Tidak ada waktu untuk pulang melihatmu.”

Sampai beberapa tahun kemudian, Siao Feng masih dikirimi surat oleh mamanya. Bukannya merasa bahagia, Siao Feng malah merasa benci dan sangat marah kepada mamanya. Mamanya sempat menulis surat tapi tidak sempat datang untuk menemuinya.

Pada saat ia SMP, mamanya juga mengirimkan surat padanya. “Siao Feng, sekarang kamu sudah smp kan? Mama kangen kamu. Kamu pasti tambah cantik, Siao Feng jaga kesehatanmu. Sekarang musim dingin, pakai baju hangat kalau mau keluar ya. Supaya kamu tidak sakit nanti.”

Setiap kali menerima surat dari mamanya, Siao Feng selalu merasa sedih. Ia teringat bagaimana kasih sayang mamanya dulu, dan sekarang tidak bisa ia dapatkan, meskipun mamanya sudah mengirimkan surat padanya. Ia merasa marah dan kesal. Ia heran kenapa ada seorang ibu yang tega pada anaknya seperti ini, kalau seperti ini, seharusnya mama mati saja. Ia tidak butuh mama seperti ini.

“Siao Feng, sekarang kamu pasti sudah SMA, apa kamu sudah punya pacar? Mama kangen sama kamu.”

Belasan tahun, Siao Feng menunggu dan menunggu mamanya pulang, tapi yang datang hanya surat, dan surat.

Siang hari ini, Siao Feng menunggu surat dari mamanya di depan pagar rumahnya. Siao Feng menunggu pak pos untuk mengantarkan surat dari mamanya yang dikirimkan dari Amerika untuknya yang mengucapkan selamat ulang tahun Siao Feng yang ke-17.

Sudah tiga jam Siao Feng menunggu surat dari mamanya, Siao Feng merasa kesal karena surat itu belum datang-datang juga. Sambil menangis Siao Feng memaki mamanya, “Dasar mama! Mendingan mama mati aja deh... uhh.. nyebelin....”

Siao Feng merasa mamanya sudah tidak sayang lagi kepadanya. Kalau mamanya masih sayang kepadanya, setidaknya mama pulang dari Amerika dan datang untuk melihat Siao Feng, tapi dari Siao Feng berumur 5 tahun sampai ia berumur 17 tahun mama tidak pernah kembali dari Amerika.

Setelah 5 jam Siao Feng menunggu, kakek dan nenek Siao Feng datang membawa surat untuk Siao Feng. Siao Feng melihat kalau mereka berdua terlihat sedih. Siao Feng yang sangat menantikan surat dari mamanya langsung mengambil surat yang dibawa kakek dan neneknya.

Siao Feng meilhat kalau warna kertas surat itu sudah kuning dan usang seperti sudah disimpan lama. Siao Feng yang awalnya sangat senang menerima surat dari mamanya tiba-tiba langsung menangis terisak-isak tak percaya. Siao Feng sangat kaget ketika membaca surat dari mamanya yang mengatakan.

“Siao Feng, maafkan mama, mama sudah berbohong kepadamu dari dulu. Mama rasa sudah saatnya kamu mengetahui kenyataan yang sebenarnya. Siao Feng, mama betul-betul minta maaf karena mama tidak dapat menemani kamu pada saat ulang tahunmu yang ke-17. Mama ucapkan selamat ulang tahun Siao Feng.

Siao Feng, mama minta maaf karena mama mengatakan bahwa mama bekerja di Amerika, sebenarnya mama sudah tidak ada. Mama terkena kanker paru-paru yang ganas. Siao Feng, sebenarnya dari dulu mama ingin memberitahukannya padamu tentang masalah ini, tapi mama tidak ingin membuatmu sedih. Mama membuat surat ini saat kamu masih berumur 5 tahun, karena pada saat itu, dokter mengatakan umur mama tinggal beberapa hari lagi. Waktu itu, kamu masih kecil dan nakal, kamu menghamburkan surat yang sudah mama buat dengan sisa kekuatan mama. Kamu tidak tahu surat itulah yang akan dikirimkan padamu suatu saat nanti.

Siao Feng, maafkan mama, mama tidak dapat di samping kamu ketika kamu berada dalam kesulitan. Kamu tidak bisa memanggil “mama, mama”. Jika kamu sakit, kamu tidak bisa mengatakan “mama, aku sakit”. Mama tidak bisa menjadi tempat kamu cerita dan meminta petunjuk dari mama. Jika kamu kesepian, tidak ada yang menemani kamu. Tidak ada yang memberi kamu belaian kasih sayang. Maafkan mama. Dulu mama menitipkan surat ini pada pamanmu, mama meminta pamanmu untuk mengirim surat ini kepadamu, karena pada saat itu, mama sudah tidak ada lagi di dunia ini....

Siao Feng, mama masih ingat ketika mama mengatakan bahwa mama akan ke Amerika untuk bekerja, mama melihat kamu menangis-nangis dan mau ikut dengan mama, tapi kakek dan nenek memelukmu. Ingin rasanya mama memelukmu, tapi ini hanya akan membuat kamu berat melepas mama. Siao Feng, ini surat terakhir dari mama untukmu, mama sudah hampir tidak kuat lagi menulis surat ini. Mama minta maaf Siao Feng, mama hanya berdoa semoga kamu berbahagia selalu dan selamanya.”

Setelah membaca surat dari mamanya, Siao Feng hanya bisa menangis, mengingat ia selalu memaki mamanya agar mamanya cepat meninggal. Ternyata memang itulah yang terjadi.

SUNGGUH TAK BISA DIHITUNG KASIH SAYANG SEORANG IBU UNTUK BUAH HATINYA.

Source      : indowebster.web.id
Picture by : teratailyar.blogspot.com

Wednesday, May 9, 2012

SECANGKIR KELEMAHLEMBUTAN

Saya bisa merasakan kulit di pipi terbakar karena terpaan angin beku di bulan Januari saat membersihkan lapisan es di wiper kaca mobil. Tangan saya juga ikut membeku saat es mencair di telapak sarung tangan.

Kaca depan saya usap sehingga bagian dalam mobil bisa terlihat. Segera saya masuk ke mobil, mengambil termos dan menuang secangkir kopi. Saya hangatkan telapak tangan dengan tiupan nafas yang beraroma kopi.  Hari ini terasa begitu berat untuk dilalui.

"Ayo, bisa jalan ya.." kata saya sambil menyentuh dashboard dengan menambahkan sebuah doa pendek sebelum memutar kunci kontak.

Rupanya mobil saya mulai protes lebih dari biasanya; mesin tua mobil ini mengeluarkan suara yang gemuruh seperti ringkikan kuda, jauh bila dibandingkan dengan suara alat transportasi moderen. Suaranya seperti perasaan saya saat itu. Jelas sekali bahwa mobil ini perlu secangkir perhatian yang penuh kasih. Saya harap bisa memperlakukanmu dengan lebih baik, kata saya dalam hati.

Saya mengocok pedal gas, dan memutar kunci kontak lagi. Sekali lagi mesin tidak mau hidup. Yang ketiga kali, saya menenangkan diri dan mulai berharap. Kemudian kunci kontak saya putar lagi. Mesin perlahan mulai menyala, dan saya menginjak pedal gas kuat-kuat – cukup untuk membuat mesin tua meraung-raung, tapi tidak sampai hancur. Akhir-akhir ini mobil saya menjadi semakin susah untuk dihidupkan.

Hubungan yang sulit dengan mobil tua ini bukan hal yang baru untuk saya. Saya tumbuh di pegunungan Apalachia (Amerika Selatan); sebuah daerah yang bersalju yang membuat kehidupan menjadi berat dan orang harus bekerja dengan keras untuk dapat bertahan hidup.

Saat berumur tujuh tahun, ayah membuat saya menjadi seorang yatim piatu dengan membunuh ibu dalam keadaan mabuk dan kemudian menembak dirinya sendiri. Saya tumbuh sebagai penduduk asli pegunungan Appalachia, yang memiliki kultur yang keras; tapi saya berusaha menyesuaikan diri dan harus bisa bertahan hidup. Tahun ini, bagaimanapun juga, adalah tahun yang memiliki kenangan indah buat saya.

Suami saya Roger, yang telah bersama saya selama dua puluh lima tahun, sedang berjuang di tempat tidur rumah sakit yang dingin. Saya ingin bisa selalu berada disampingnya untuk menghibur dan memberinya semangat karena rasa sakit yang hebat akibat penyakit Leukimia. Tetapi penyakitnya tidak membuat dunia saya lenyap. Saya masih punya anak usia SMU yang harus diberi makan di rumah. Tagihan listrik yang harus dibayar, cicilan rumah dan gas yang harus diisi ditangkinya, sementara setiap hari saya sendiri harus bolak-balik menempuh perjalanan ratusan kilometer jauhnya dari rumah ke rumah sakit.

Saya mulai merasakan seperti saat saya masih kecil. Semua tergantung pada diri saya sendiri, karena saya adalah yatim piatu. Dari tempat kerja saya harus segera ke rumah sakit menunggu Roger yang semakin parah. Setelah Roger tidur saya bergegas pulang, tidur sebentar, bangun jam 4 pagi, mencuci baju dan membuatkan sarapan untuk anak laki-laki saya, dan menyiapkan makan malam roti sandwich di kulkas jika dia pulang dari sekolah. Tapi roti makan siang saya sendiri kadang-kadang terjatuh dari tangan karena keletihan yang luar biasa. Saat ini saya membutuhkan secangkir kelembutan hati untuk menyegarkan jiwa saya.

Saya membasuh muka di toillet untuk menyegarkan wajah sebelum kembali bekerja. Saya tidak pernah memakai riasan wajah, karena sama sekali tidak punya waktu untuk itu.

"Brenda.."

Saya melihat teman kerja saya, Darlene. Dengan kulit coklatnya, dia menatap saya dengan lembut dan ada kasih di dalamnya.  Dia melihat sebentar ke sekelilingnya, kemudian menarik tangan saya dan meletakkan sejumlah uang di dalamnya. Saya memandangnya dengan keheranan. Saat mencoba membuka mulut, tetapi dia menahannya.

"Jangan ceritakan ke siapa pun tentang uang ini." Katanya. "Pergilah, dan perbaiki mobilmu. Jika masih kurang tolong beri tahu saya." Dia berbalik dan pergi.

Keheranan saya berubah menjadi kekaguman. Saya hanya tahu sedikit mengenai Darlene. Seperti yang terjadi di generasi seusia saya, beberapa teman yang saya punya semuanya adalah orang kulit putih. Darlene dan saya berasal dari dunia yang berbeda.

Saya tumbuh di daerah pegunungan bersalju Appalachia dimana orang Amerika dari Afrika tidak ada. Kami berada dalam lingkungan yang penuh prasangka dan kebencian. SMU saya masih mempunyai maskot yang bernama Pemberontak..dan diarak dibawah bendera Konfederasi (Konfederasi adalah pendukung perbudakan).

Walaupun saya tidak memiliki sifat yang berprasangka dan rasis, saya selalu waspada dan membatasi pergaulan hanya dengan orang kulit putih saja. Kulit Darlene yang coklat sangat berbeda dengan kulit pucat saya; begitu juga dengan cara bicara dengan aksen Selatan saya. Akan tetapi, diluar itu semua, tampaknya saya tidak hanya membutuhkan dukungan finansial, tetapi lebih dari itu saya membutuhkan sebuah sentuhan kasih..dimana Darlene sudah melangkah melintasi batas-batas yang tak terlihat, dan dia menjadi sahabat baik saya.

Persahabatan kami tumbuh dengan kuat; dan saya mengakui bahwa Darlene adalah seorang wanita yang sangat kuat. Dukungannya sangat kokoh, terutama saat Roger meninggal. Dia menawarkan secangkir kasih dalam kelembutan saat saya jatuh, dimana dia selalu ada untuk berbagi tawa dan air mata.

Saat keadaan saya mulai stabil, Darlene tidak pernah menawarkan bantuan uang lagi. Dia bahkan tidak pernah meminta saya untuk mengembalikannya. Saya mulai merasakan keberadaan Darlene dalam seluruh hidup saya. Seperti embun di pagi hari, perbedaan budaya diantara kami mulai menguap.

Darlene adalah guru saya; mengajari tentang kasih yang tulus. Darlene telah melangkah melewati jurang prasangka rasial dan ketidakpahaman; yang berikutnya mengajarkan bahwa saya juga punya tanggung jawab terhadap umat manusia untuk menyediakan secangkir kelemahlembutan dan kasih kepada yang membutuhkannya. Dan oleh karena Darlene; cangkir kelemahlembutan dan kasih saya mulai beredar ke orang lain.

Brenda Caperton

KASIH DAPAT MENYEBABKAN SESEORANG TERUS BERTAHAN, SEKALIPUN DALAM KESUKARAN.

Source      :  indowebster.web.id
Picture by  :  info-cepat.blogspot.com

PENJARA MASA LALU

Tidak sedikit orang yang secara fisik hidup pada masa sekarang, tetapi hati dan pikirannya masih berada pada masa lalu. Banyak orang masih terbelenggu dengan apa yang dialami di masa lalu. Karena itu mereka tidak bisa mengungkapkan potensi mereka secara maksimal.

Seorang gadis yang terus terkenang dengan pacar lamanya, sehingga ia tidak bisa bahagia dengan pacarnya yang sekarang. Seorang pemuda yang terus dikejar penyesalan karena pada masa lalu ia pernah melakukan tindakan sangat tercela. Sungguh, betapa tidak nyamannya hidup dalam “penjara masa lalu”. Sangat menyesakkan.

Kadang masa lalu itu memang terlalu menyakitkan atau kadang terlalu menyenangkan sehingga membuat kita sulit untuk melupakannya. Membuat kita tergoda untuk melihat lagi ke belakang, padahal seharusnya kita terus melangkah dan menatap ke depan.

Betapa pun masa lalu yang telah kita alami, manis atau pahit, semuanya sudah berlalu. Dan hidup kita tidak pernah surut ke belakang. Masa lalu baik untuk kita jadikan cermin, tetapi akan tidak baik kalau terus-menerus kita “pegang”. Sebuah ungkapan bijak: Kemarin adalah kenangan, esok adalah misteri, hari ini adalah kenyataan.

Iya..jangan sia-siakan masa kini hanya untuk sebuah masa lalu yang sudah mati.

LEARN FROM THE PAST..LIVE IN THE PRESENT..BELIEVE IN THE FUTURE!
 

Source       : jampitoe.wordpress.com
Picture by  : hendarstory.blogspot.com

Sunday, May 6, 2012

GADIS DENGAN SETANGKAI BUNGA MAWAR

John Blanford berdiri tegak di atas bangku di Stasiun Kereta Api sambil melihat ke arah jarum jam, pukul 6 kurang 6 menit. John sedang menunggu seorang gadis yang dekat di hatinya, tetapi dia tidak mengenal wajahnya. Seorang gadis dengan setangkai mawar.

Lebih dari setahun yang lalu, John membaca buku yang dipinjam dari perpustakaan. Rasa ingin tahunya terpancing saat ia melihat coretan tangan yang halus di buku tersebut. Pemilik terdahulu buku tersebut adalah seorang gadis bernama Hollis Molleoin.

Hollis tinggal di New York dan John di Florida. John mencoba menghubungi sang gadis dan mengajaknya untuk saling bersurat. Beberapa hari kemudian, John dikirim ke medan perang, Perang Dunia II. Mereka terus saling menyurati selama hampir 1 tahun. Setiap surat seperti layaknya bibit yang jatuh di lantai yang subur dalam hati masing-masing dan menumbuhkan jalinan cinta di antara mereka.

John berkali-kali meminta agar Hollis mengiriminya sebuah foto. Akan tetapi sang gadis selalu menolak.

“Kalau perasaan cintamu tulus, John. Bagaimanapun paras saya tidak akan mengubah perasaan itu. Kalau saya cantik, selama hidup saya akan bertanya tanya apakah mungkin perasaanmu itu hanya dikarenakan kecantikan saya saja. Kalau saya biasa-biasa atau cenderung jelek, saya takut kamu akan terus menulis hanya karena kamu merasa kesepian dan tidak ada orang lain lagi tempat kamu mengadu. Jadi, sebaiknya kamu tidak usah mengetahui paras saya. Sekembalinya kamu ke New York, kita akan bertemu muka. Pada saat itu, kita akan bebas menentukan apa yang akan kita lakukan.” kata sang gadis.

Mereka berdua membuat janji untuk bertemu di Stasiun Pusat di New York pada pukul 6 sore setelah perang usai.

“Kamu akan mengenali saya, John. Karena saya akan menyematkan setangkai bunga mawar merah pada kerah baju. ” Kata Hollils.

Pukul 6 kurang 1 menit, sang perwira muda semakin gelisah. Tiba-tiba, jantungnya serasa hampir copot, dilihatnya seorang gadis yang sangat cantik berbaju hijau lewat di depannya, tubuhnya langsing, rambutnya pirang bergelombang, matanya biru seperti langit, luar biasa cantiknya.

Sang perwira mulai menyusul sang gadis, dia bahkan tidak menghiraukan kenyataan bahwa sang gadis tidak mengenakan bunga seperti yang telah disepakati. Hanya tinggal 1 langkah lagi ketika John melihat seorang wanita berusia 40 tahun mengenakan sekuntum mawar merah di kerahnya. “O… itu Hollis!!!”

Rambutnya sudah mulai beruban dan agak gemuk. Gadis berbaju hijau hampir menghilang. Perasaan sang perwira mulai terasa terbagi dua, ia ingin berlari mengejar sang gadis cantik. Di sisi lain, ia tidak ingin menghkhianati Hollis yang lembut dan telah menemaninya selama masa perang.

Tanpa berpikir panjang, John berjalan menghampiri wanita yang berusia setengah baya itu dan menyapanya. “Nama saya John Blanford, Anda tentu saja Nona Hollis. Bahagia sekali bisa bertemu dengan Anda. Maukah Anda makan malam bersama saya?”

Sang wanita tersenyum ramah dan berkata, “Anak muda, saya tidak tahu apa arti semua ini. Tetapi seorang gadis berbaju hijau yang baru saja lewat memaksa saya untuk mengenakan bunga mawar ini dan dia mengatakan kalau Anda mengajak saya makan, maka saya diminta untuk memberitahu Anda bahwa dia menunggu Anda di restoran di ujung jalan ini. Katanya semua ini hanya untuk menguji Anda.”

Kita tidak bisa benar-benar yakin akan suatu hal, sebelum hal itu diuji. Seperti halnya ketika kita harus melewati ujian agar bisa dnyatakan menguasai suatu ilmu. Obat akan diuji sebelum diakui dan dipergunakan.

Demikian juga dengan perasaan cinta.

SUATU RELASI MENCAPAI KESEJATIANNYA SETELAH MENGALAMI BERBAGAI UJIAN. TERMASUK UJIAN KESETIAAN. APAKAH KITA CUKUP SETIA DENGAN PILIHAN KITA ATAU DENGAN MUDAH BERPALING KEPADA ORANG LAIN?


Source : renungan-harian.com

Friday, May 4, 2012

STOP..LOOK..LISTEN


Sewaktu saya masih kecil, ketika kereta api akan melewati persimpangan kereta api, penjaga kereta api akan menurunkan palang kereta api, untuk menghindari terjadinya kecelakaan.

Palang kereta api biasanya tergantung di atas, tetapi di Taiwan, ada sebuah papan rambu di depan palang kereta, yang tertulis: “Berhenti, Melihat, Mendengar”. Tiga kata ini untuk memperingatkan pengendara dan pejalan kaki yang lewat, memperhatikan apakah ada kereta api yang akan lewat di sana.

Dalam hati saya pernah berpikir : “Berhenti, Melihat, Mendengar” tiga kata ini, jika diterapkan dalam pergaulan atau hubungan antar manusia, sebenarnya sangat sesuai. Bisa mengurangi timbulnya bentrokan atau perselisihan, juga mengurangi perilaku yang suka memukul dan memaki orang seenaknya. Di bawah ini ada kisah kecil, yang bisa mendukung pemikiran saya.

Ada seorang ibu menelepon seorang arsitek yang merancang rumahnya, bahwa tempat tidurnya dapat bergeser ketika kereta api lewat. Arsitek itu menjawab: “Ini tidak mungkin! Coba saya buktikan sendiri.”

Setelah arsitek itu tiba di sana, ibu itu memberi saran kepadanya untuk berbaring di ranjangnya, agar mengalami sendiri saat kereta api lewat nanti. Baru saja arsitek itu rebah di atas ranjang, suami ibu itu kebetulan pulang ke rumah.

Melihat pemandangan itu, sang suami menghardik dengan keras: “Mengapa Anda berbaring di ranjang saya?”

Dengan suara ketakutan arsitek itu menjawab: “Apakah Anda percaya, jika saya katakan sedang menunggu kereta api?”

Peran sang suami dalam cerita ini, sudah sewajarnya menggunakan pengalamannya untuk menganalisa kondisi yang dia lihat. Memahaminya berdasarkan pemikirannya sendiri: arsitek tersebut telah berselingkuh dengan istrinya. Siapa pun orangnya, walau dia memiliki daya khayal yang tinggi, juga sulit memahami bahwa seorang arsitek masuk ke kamarnya dan berbaring di ranjang hanya untuk menunggu kereta api lewat.

Saya sering berpikir, ketika konflik diantara manusia, jika seseorang sebelum “memukul atau mencaci orang lain”, bisa berhenti sejenak, lalu melihat keadaan orang lain, serta mau mendengar alasan yang dikatakan orang lain, maka cacian dan perkelahian itu bisa dihindari. Selain itu, jika sering kali menemui pengalaman seperti ini, maka empati orang tersebut juga akan bertambah, lama kelamaan, rasa belas kasihnya juga akan berangsur-angsur berkembang.

Sebaliknya, seseorang yang tidak pernah melakukan “Berhenti, Melihat, Mendengar”, melihat orang lain tidak searah dengan hatinya, langsung mengarahkan tombak keluar, diayunkan ke arah lawan. Maka orang tersebut mungkin tidak ada kesempatan untuk belajar berempati. Dalam jangka waktu panjang orang tersebut, mungkin akan menjadi mati rasa (tidak berperasaan), dingin, hatinya keras bagaikan batu dan besi.

"BERHENTI, MELIHAT, MENDENGAR, " PERILAKU YANG SEDERHANA..TETAPI ADEGAN SELANJUTNYA SEPERTI PERTENGKARAN ATAU AKIBAT YANG LEBIH BURUK BISA DIHINDARKAN.

Source : The Epoch Times (Huang Jin Yuan)

Thursday, May 3, 2012

KOTAK SEPATU

Henry dan Marta sudah menikah lebih dari 40 tahun. Tentu, sepasang manusia itu kini telah renta. Umur Henry 72 tahun dan umur Marta 68 tahun. Ketika hidup berumah tangga, keduanya tidak pernah menyimpan rahasia. Kecuali, sebuah kotak sepatu yang di simpan Marta di lemari pakaiannya.

Marta  berpesan kepada suaminya untuk tidak sekali-kali membukanya atau bahkan menanyakan tentang barang itu kepadanya.

Suatu ketika, Marta sakit keras. Berbagai upaya telah dilakukan oleh Henry dan anak-anak mereka untuk menyembuhkan Marta. Tetapi, tak satu pun yang berhasil. Dokter sudah angkat tangan dengan penyakit Marta. Mengingat tuanya usia Marta, tidak mungkin bagi dokter untuk melakukan tindakan-tindakan medis seperti yang biasa dilakukan pada penderita biasa.

Saat berbaring di tempat tidur, Marta berkata lirih pada suaminya, 

“Tolong ambilkan kotak sepatu di lemari pakaianku.” 

Henry segera beranjak dari tempat duduknya dan mengambil kotak sepatu itu, lalu memberikannya pada istrinya. Rupanya Marta sadar, bahwa ini adalah saat yang tepat untuk membuka rahasia di dalam kotak sepatu itu.

“Bukalah.” Marta berkata lagi pada suaminya. 

Perlahan-lahan Henry membuka penutup kotak itu. Henry mendapati ada dua boneka rajut dan setumpuk uang senilai hampir sepuluh juta rupiah. Henry lalu menanyakan ada apa dengan dua boneka rajut dan uang itu pada istrinya.

“Ketika kita menikah, ada sebuah rahasia perkawinan yang dituturkan Nenekku.” Marta bercerita, “Nenekku berpesan bahwa jangan sekali-kali membentak atau berteriak pada suamimu. Nenek bilang jika suatu saat saya marah padamu, saya harus tetap diam dan merajut sebuah boneka.” 

Henry hanya bisa terdiam saat mendengar cerita istrinya. Dan, air mata pun mulai bercucuran di pipinya.

“Sayang, lalu bagaimana dengan uang sepuluh juta ini?” Tanya Henry pada Marta, 

“Darimana engkau mendapatkan sebanyak ini?” Isteri menyahut, 

“Oh, itu adalah uang hasil penjualan dari boneka-boneka yang pernah saya buat.”

TIADA PERKAWINAN YANG BAHAGIA TANPA PENGORBANAN TIADA HENTI ~ S. Belen

Source : virouz007.wordpress.com (Didik)

Wednesday, May 2, 2012

THIS TOO SHALL PASS

Apakah anda sedang menghadapi masalah besar?  Anda ada di dalam kekalutan?  Ijinkan saya menceritakan kisah Raja Salomo dan Panglima Benaya Bin Yodaya.

Raja Salomo terkenal amat bijak. Dia senang akan pengetahuan. Suatu hari ia ingin menggoda Benaya, panglimanya yang sangat hebat dari segi ilmu perang, tapi menurut Salomo kurang berhikmat.

“Benaya, saya menugaskan engkau mencari Cincin Sakti”

“Apa kesaktian cincin ini, Baginda?”

“Hanya dengan memandang cincin ini, orang gembira akan menjadi sedih, dan orang sedih akan menjadi gembira”, jelas Salomo.

Maka berangkatlah Benaya ke seluruh pelosok kerajaan, mencari Cincin Sakti ini. Upayanya nyaris sia-sia, sampai suatu hari ia bertemu seorang kakek pedagang yang datang dari jauh. Dengan berharap cemas, Benaya bertanya mana tahu sang kakek ini tahu Cincin Sakti. 

Mendengar penjelasan Benaya, sang kakek mengeluarkan cincin emas dan mengukirkan tiga kata di situ, lalu menjualnya kepada Benaya.

Benaya membacanya dan tersenyum. Pencariannya telah berakhir.  Segera ia datang ke singasana Raja Salomo.  Melihat Benaya datang, Raja dan para menteri tersenyum geli. Mereka merasa berhasil mempermainkan Benaya.

Dengan senyum lebar Raja Salomo memandang cincin itu, dan saat ia membaca ketiga kata yang terukir di sana, wajahnya berubah cemberut. Di situ tertulis: “Gimel Zayin Yud”, artinya “Inipun akan berakhir!”.

Raja Salomo menyadari, semua kehebatannya, semua hikmatnya, akan berakhir.  Suatu saat ia akan kembali menjadi debu.  Wajahnya berubah dari gembira menjadi sedih.  Persis seperti yang ia minta pada Benaya.

Tapi tiga kata itupun menjadi sumber kekuatan bagi begitu banyak orang yang menderita.

“Inipun akan berakhir (This too shall pass)”

Ini menjadi sumber kekuatan Abraham Lincoln ketika menghadapi masalah perang sipil.  Ini menjadi kekuatan Martin Luther King saat menghadapi penindasan terhadap kulit hitam. Dan Presiden Obama pun menggunakan “cincin sakti” ini saat menghadapi krisis ekonomi yang hebat.

Banyak kita sangat tertekan karena merasa bahwa masalah yang kita hadapi, kesulitan yang kita alami itu, penyakit yang kita idap, situasi buruk yang melingkupi kita itu bersifat permanen.  Selama-lamanya.

Padahal tidak.  Kata Cincin Sakti itu juga “Gimel zayin yud..”,  Tidak ada yang kekal. Termasuk kesulitan kita.

JADI SAAT PIKIRAN KITA DIGANGGU DENGAN BEBAN MASALAH. JANGAN KUATIR..ITU CUMA SEMENTARA..ITU CUMA TRANSISI..THIS TOO SHALL PASS!
-Armein Z. R.

Source      : jampitoe.wordpress.com
Picture by : anguishedrepose.com