Kisah Kisah Kita

Monday, April 30, 2012

APA ITU MISKIN?

“Apa itu miskin, bu? Anak-anak lain di taman bilang kita miskin. Benarkah itu, bu?” tanya si anak.

“Tidak, kita tidak miskin, Aiko,” jawab ibunya.

“Apakah kemiskinan itu?” Aiko, si anak bertanya lagi.

“Miskin berarti tidak mempunyai sesuatu apapun untuk diberikan kepada orang lain.”

Aiko agak terkejut. Oh! Tapi kita memerlukan semua barang yang kita punya, apakah yang dapat kita berikan” katanya menyelidik.

“Kau ingat bibi penjual kue yang menjaja keliling kampung ke sini minggu lepas? Kita memberinya sebagian dari makanan kita kepadanya. Kemudian dia datang kembali ke sini. Kita berikan dia tempat tidur, karena dia tidak ada tempat untuk menginap malam itu?

“Kita juga selalu memberikan sebagian dari sayuran kita kepada keluarga Watari, bukan?” katanya.

“Ibulah yang memberinya. Hanya saya seorang yang miskin. Saya tidak punya apa-apa untuk diberikan kepada orang lain.”

Si ibu tersenyum dan memberikan pandangan pada anaknya. “Oh! engkau pun ada sesuatu. Setiap orang mempunyai sesuatu untuk diberikan kepada orang lain. Pikirkanlah hal itu dan kau akan menemukan sesuatu.”

Tidak lama kemudian, si anak mendapatkan jawabannya. “Bu! Saya mempunyai sesuatu untuk saya berikan. Saya dapat memberikan cerita-cerita saya kepada teman saya. Saya dapat memberikan kepada mereka cerita-cerita dongeng yang saya dengar dan baca di sekolah.”

“Sudah semestinya! Karena kau pandai bercerita, seperti bapakmu juga. Setiap orang senang mendengar cerita.” 

“Saya akan memberikan cerita kepada mereka, sekarang ini juga!” kata Aiko.

SO..KITA SEMUA DISINI TIDAK ADA YANG MISKIN :) GOOD LUCK

Source       : jampitoe.wordpress.com (Harian Fajar)
Picture by  : scientificamerican.com



FIND AND SEE

Pelikan adalah burung penangkap ikan yang ulung. Tetapi di kota Monterey, California hal seperti ini tidak terjadi. Di kota ini, burung-burung pelikan tidak perlu bersusah payah untuk mendapatkan ikan, karena banyak sekali pabrik-pabrik pengalengan ikan. Selama bertahun-tahun mereka berpesta dengan ikan-ikan yang berserakan.

Tetapi hal yang menakutkan terjadi ketika ikan di sepanjang pesisir mulai habis, dan pabrik-pabrik pengalengan mulai tutup, burung-burung tersebut mengalami kesulitan. Karena sudah bertahun-tahun tidak menangkap ikan, mereka menjadi gemuk dan malas. Ikan-ikan yang dulu mereka dapatkan dengan mudah sudah tidak ada, sehingga satu persatu dari mereka mulai sekarat dan mati.

Para pencinta lingkungan hidup berusaha keras untuk menyelamatkan mereka. Berbagai cara dicoba untuk mencegah populasi burung ini agar tidak punah. Sampai suatu saat terpikirkan oleh mereka untuk mengimport burung-burung pelikan dari daerah lain, yaitu pelikan-pelikan yang berburu ikan setiap hari. Pelikan-pelikan tersebut lalu bergabung bersama pelikan-pelikan setempat. Hasilnya luar biasa.

Pelikan-pelikan baru tersebut dengan segera berburu ikan dengan giatnya, perlahan-lahan pelikan-pelikan yang kelaparan tersebut tergerak untuk berburu ikan juga. Akhirnya pelikan-pelikan di daerah tersebut hidup dengan memburu ikan lagi.

Les Giblin, seorang pakar hubungan manusia menjelaskan bahwa manusia belajar sesuatu dari panca inderanya. 1% dari rasa, 1½ % dari sentuhan, 3½ % dari penciuman, 11% dari pendengaran, dan 83% dari pengelihatan.

John C Maxwel, seorang pakar kepemimpinan dalam sebuah surveinya membuktikan bahwa, “Bagaimana seorang menjadi pemimpin?” 5% akibat dari sebuah krisis, 10% adalah karunia alami, dan 85% adalah dikarenakan pengaruh dari pemimpin mereka.

JIKA KITA INGIN SEMAKIN MAJU..MAKA SALAH SATU CARA TERBAIK ADALAH DENGAN BERGAUL DENGAN ORANG-ORANG YANG BERPRESTASI YANG BISA KITA TEMUI.  PERHATIKAN CARA MEREKA BEKERJA..LIHAT HIDUP MEREKA..PELAJARI CARA BERPIKIR MEREKA..DAN LIHAT BAGAIMANA MEREKA MENGAMBIL KEPUTUSAN-KEPUTUSAN PENTING DALAM HIDUP MEREKA.

Source      : jampitoe.wordpress.com
Picture by : nothinglikeaustralia.com

Thursday, April 26, 2012

CELEBRATE YOUR LIFE! DO SOMETHING GOOD FOR OTHERS

Jean-Dominique Bauby adalah seorang jurnalis Perancis, dia mengalami kelumpuhan total pada tubuh akibat serangan stroke pada 1995.

Dia kehilangan seluruh fungsi tubuhnya, termasuk kemampuan berbicaranya. Satu-satunya gerakan yang dapat dilakukan oleh tubuhnya adalah mengerdipkan mata kirinya.

Bauby mulai menulis buku sebelum menderita lumpuh. Kemudian dia berniat untuk menyelesaikannya tulisannya. Seorang amanuensis (seseorang yang bertugas untuk menuliskan ataupun menterjemahkan perkataan) dipekerjakan untuk dirinya.

Bauby hanya dapat mengerjapkan mata kirinya, yang merupakan satu-satunya cara untuk berkomunikasi dengan amanuensis tersebut. Dengan menyebutkan abjad secara berulang-ulang, si amanuensis dapat mengetahui huruf yang diinginkan oleh Bauby dengan kerdipan matanya.

Jika Bauby mengerdipkan matanya sekali, itu berarti abjad tersebut benar. Jika mengerdipkan dua kali, berarti abjad tersebut salah.

Pada awalnya Bauby dan amanuensis tidak terbiasa dengan cara komunikasi tersebut. Seringkali mereka menemui banyak rintangan dan masalah. Mereka menghabiskan waktu 6 jam sehari, hanya untuk menulis satu halaman buku.

Akan tetapi secara berangsur-angsur, dengan saling berusaha membangun sebuah hubungan kerjasama yang baik, mereka dapat menyelesaikan 3 halaman buku per hari.

Setelah berbulan-bulan melakukan kerja keras ini, akhirnya mereka dapat menyelesaikan 150 halaman buku yang berjudul The Diving Bell And The Butterfly: A Memoir Of Life In Death. Selama proses pembuatan buku ini, diperkirakan Bauby telah mengerdipkan mata kirinya sebanyak 200.000 kali.

Apa lagi yang dikerjakan Jean di dalam kelumpuhan totalnya selain menulis buku? Ia mendirikan suatu asosiasi penderita ‘locked-in syndrome’ untuk membantu keluarga penderita. Ia juga menjadi “bintang film” alias memegang peran di dalam suatu film yang dibuat TV Perancis yang menceritakan kisahnya. Ia merencanakan buku lainnya setelah ia selesai menulis yang pertama.

Pokoknya ia hidup seperti yang dikehendaki Tuhan.."to celebrate life..to do something good for others."

Bukunya, yang berjudul The Diving Bell and the Butterfly terjemahan dari Le scaphandre et le papillon akhirnya dipublikasi pada 6 Maret 1997. Jean meninggal karena pneumonia tanggal 9 Maret 1997, 3 hari setelah publikasi bukunya dan dikebumikan Père-Lachaise cemetery di Paris.

Buku itu akhirnya difilmkan, dengan sutradara Julian Schnabel, dan Ronald Harwood sebagai penulis, dan bintang Mathieu Amalric sebagai jean. Film itu memenangkan award di Cannes Film Festival, the Golden Globes dan the BAFTA Awards, dan mendapat 4 nominasi Academy Award.

TETAPLAH BERJUANG DAN MELAKUKAN YANG TERBAIK.. WALAUPUN DENGAN KETERBATASAN.
 

Source       : epochtimes.co.id / staff.blog.ui.ac.id (purnawan)
Picture by  : distantheartbeats.tumblr.com

Wednesday, April 25, 2012

HIKMAH SEBUAH KATA

Di suatu kampung bernama kampung manggis tinggal seorang pemuda bernama Banu, di kampungnya Banu terkenal brutal dan emosinya yang tidak terkontrol. Dengan sikapnya yang begitu dia bukannya disegani masyarakat. Eh malahan dia ditakuti dan kalau bisa mereka tidak mau cari masalah dengan dia. Salah-salah malahan bogem mentah melayang.

Hari itu panas matahari terasa sangat menyengat. Si Banu jalan-jalan di pasar buat membeli keperluan sehari-hari. Seperti biasa tiap kali Banu jalan-jalan di pasar pasti serasa jalan itu punya engkong nya. Bukan berarti jalanan sepi senyap kayak kuburan lho. Ternyata masyarakat yang ada udah pada nyingkir radius 1 meter dari dia. Salah-salah ada yang nyenggol si Banu, pulang-pulang muka bisa hijau lebam.

Tiba-tiba ada Bapak paruh baya yang sedang buru-buru menabrak dia sampai barang belanjaannya Banu jatuh berceceran di lantai. Dapat ditebak gimana reaksi si Banu. Mukanya jadi merah, luapan emosinya udah sampai ke ubun-ubun.

Banu : “Hei Paakk..matamu di taroh dimana??” ”Jelas-jelas badan gw sebesar ini..apa masih kurang gede??”

Tanpa sempat berkata apa-apa, Bapak yang gemetaran tersebut langsung di cangking kerah bajunya dan diberi 3 tinjuan. Masyarakat yang lalu lalang pun hanya dapat iba atas nasib bapak tersebut dan sepeninggal Banu langsung membantu Bapak tersebut berdiri.

Pada suatu hari saudara si Banu datang dari kampung seberang. Orangnya tenang, sabar, dan tidak gampang emosian, jauh berbeda dengan Banu. Pemuda itu bernama Iman.

Besok nya si Iman ceritanya minta diajak jalan-jalan sama si Banu. Maklum si Iman belum pernah datang ke kampung nya Banu.

Seperti biasa jalan-jalan seakan milik mereka berdua. Kayak jalan tol bebas hambatan, tentu saja karena perangainya Banu.

Ceritanya lagi ada seorang kakek yang menabrak Iman. Bruuuuuuk..keduanya terjatuh. Si Banu membantu Iman berdiri dan kakek tersebut bangun sendiri. Si Banu ikut naik pitam biarpun bukan dirinya yang ditabrak tetapi saudaranya.

Iman : “Kek, Maaf yah udah nabrak kakek. Apakah ada yang luka?”

Kakek :”Gak apa cu, kakek juga salah habis kakek jalan asal nyelonong ajah.”

Pada hari itu si Banu diajarkan si Iman pelajaran berharga mengenai kata “Maaf”.

Pemandangan yang jauh berbeda jika kakek tersebut bertemu sama si Banu, dijamin suasananya pasti akan panas. Banu tidak mau menerima alasan apapun, jika ada yang telah mengganggunya pasti tangannya ikut “bermain”. Bogem mentah pun melayang.

Dalam perjalanan pulang dia bertanya pada Iman.

Banu :”Man, kog tadi kamu biarin ajah tuh si kakek nabrak kamu?gak kamu hajar ajah tuh kakek?lagian juga bukan kamu yang salah ngapain minta maaf”

Iman :”Gag dunk nu, itu kan hal yang sepele. Emang sih si kakek yang nabrak tapi kan kasihan kalau dia musti digebukin.”

Iman :” Apalah arti kata “Maaf”, biarpun bukan kita yang nabrak dia doloan, tapi dengan adanya kata “Maaf” akan membuat suasana lebih nyaman dan tenang.

Manusia di kehidupannya sehari-hari, seringkali hanya karena masalah sepele bisa menimbulkan percekcokan, pertengkaran, permusuhan, bahkan dalam skala besar bisa menimbulkan peperangan. Semua berpangkal pada keinginan memuaskan ego atau gengsi manusia yang merasa benar sendiri, mau menang sendiri. Kalau itu tidak bisa dikendalikan dengan baik, maka akan timbul dampak kelanjutannya berupa lahirnya kebencian, dendam, dan penderitaan yang berkepanjangan.

Jika manusia mampu meredam ego, mau menang sendiri, dan berinisiatif mengakui kesalahan dan memohon maaf, seperti cerita di atas tadi, maka banyak masalah pertengkaran dan permusuhan bisa diredam bahkan dihilangkan. Sebagai gantinya, akan lahir kedamaian dan keharmonian yang seutuhnya.

MENGAKUI KESALAHAN DAN MEMINTA MAAF MEMBUTUHKAN JIWA BESAR. BERJIWA BESAR TENTU BUTUH BELAJAR DAN BERLATIH DI SETIAP KESEMPATAN.

Source       : rahasia-masa-depan.blogspot.com (William Eight)
Picture by  : spotgooblog.blogspot.com

Tuesday, April 24, 2012

KETABAHAN YANG SIAP PAKAI

Pada musim panas 1991, aku berlibur di Irlandia bersama suamiku. Sebagaimana lazimnya wisatawan Amerika, tentu saja kami mengunjungi Puri Blarney. Dan dengan sendirinya jika kita mengunjungi Puri Blarney, kita mencium Batu Blarney.

Nah, untuk bisa sampai di tempat Batu Blarney, kita terlebih dulu harus mendaki sejumlah anak tangga yang sempit. Sudah dari "sononya" aku takut berada di tempat yang tinggi dan terlebih-lebih lagi di ruangan sempit. Karenanya aku menyuruh suamiku naik dulu sendiri kemudian memberitahukan apakah menurut dia aku mampu melakukannya atau tidak.

Ketika ia sudah kembali, aku bertanya, "Nah, bagaimana pendapatmu? Mampukah aku, menurutmu?" Sebelum suamiku sempat menjawab, dua wanita yang sudah berumur lanjut datang menghampiri dan berkata, "Jika kami saja sanggup, Anda pasti juga mampu!" aku pun melakukannya, dan aku mencium Batu Blarney!

Sekitar satu bulan sekembali dari Irlandia, aku diberitahu bahwa aku mengidap penyakit kanker payudara. Aku memerlukan perawatan dan kemoterapi. Dokter yang menangani berkewajiban memberitahukan segala hal yang bisa terjadi padaku sebagai dampak samping kemoterapi. Ia mengatakan bahwa ada kemungkinan rambutku rontok. Ditambah muntah-muntah, mencret, demam tinggi, kejang rahang, dan sebagainya.

Kemudian ia bertanya, "Anda sudah siap untuk mulai?"

Perasaanku menjadi semakin tidak menentu, sangat gelisah, dan ketakutan, ketika aku dengan ditemani suamiku duduk di ruang tunggu, menanti giliran untuk menjalani perawatan. Aku berpaling ke suamiku dan bertanya,

"Menurutmu, mampukah aku menjalaninya?"

Berhadapan dengan kami, duduk dua wanita lanjut usia yang baru saja selesai menjalani kemoterapi. Suamiku mengenggam tanganku dan berkata, "Ini akan persis sama seperti ketika di Puri Blarney. Jika mereka berdua bisa, kau pasti mampu!" Dan ternyata memang begitu.

TAHUKAH APA YANG BENAR-BENAR HEBAT TENTANG KETABAHAN? KETABAHAN MUNCUL APABILA KITA MEMERLUKANNYA!

By : Maureen Corral

Source :
Chicken Soup for the Woman's Soul

PEKERJAAN TERPENTING

Penumpang-penumpang yang paling terakhir masuk ke pesawat dari Seattle ke Dallas adalah seorang wanita yang disertai tiga orang anak.

"Aduh, jangan sampai tempat duduk mereka di sebelahku," kataku dalam hati. "Begitu banyak pekerjaan yang harus kulakukan."

Tetapi sesaat kemudian seorang anak berumur sebelas tahun dan adik lelakinya berumur sembilan tahun sudah melangkahi kakiku yang terjulur ke depan untuk duduk di kursi-kursi di sebelahku, sementara wanita itu dan anak lelaki satu-satunya lagi yang berumur empat tahun mengambil tempat duduk di belakangku.

Boleh dibilang seketika itu juga kedua anak yang lebih besar mulai bertengkar, sementara anak kecil yang di belakang sebentar-sebentar menendang sandaran kursiku. Sekian menit sekali anak lelaki di sebelahku bertanya pada kakaknya,

"Dimana kita sekarang?"

"Diam!" bentak anak perempuan itu, lalu mulailah lagi gerak-gerik gelisah disertai rengekan.

"Anak-anak sama sekali tidak mengerti tentang pekerjaan penting," pikirku dengan perasaan sebal.

Tahu-tahu ada suara dalam benakku, yang dengan jelas dan singkat mengatakan,"Cintai mereka."

"Anak-anak ini tidak bisa diatur, aku memiliki pekerjaan penting yang harus kukerjakan," pikirku membantah suara tadi.

Hati sanubari menjawab, "Cintailah mereka seakan-akan mereka anakmu sendiri."

Karena sudah berkali-kali mendengar pertanyaan "Dimana kita sekarang?", kuarahkan perhatian mereka pada peta dimajalah perusahaan penerbangan yang terselip dalam kantong dibelakang sandaran setiap kursi. Padahal ada pekerjaan penting yang harus kutangani.

Kujelaskan rute yang ditempuh pesawat, kupenggal-penggal dalam tahap-tahap penerbangan yang masing-masing memakan waktu seperempat jam. Kuperkirakan pula kapan pesawat akan mendarat di Dallas.

Setelah itu mereka pun bercerita tentang perjalanan mereka ke Seattle untuk menjenguk ayah mereka yang dirawat di rumah sakit. Dalam percakapan kami, mereka bertanya tentang penerbangan, navigasi, ilmu pengetahuan, dan pandangan orang dewasa mengenai kehidupan. Waktu berlalu dengan cepat, dan pekerjaanku yang "penting" masih saja belum kuapa-apakan.

Ketika pesawat akhirnya hendak mendarat, aku bertanya tentang keadaan ayah mereka. Sikap kedua anak itu langsung berubah dan yang lelaki berkata singkat, "Sudah meninggal."

Aku mengatakan bahwa aku ikut merasa sedih.

"Ya, aku juga sedih," kata anak lelaki itu. "Tapi adikku yang paling kuprihatinkan. Ia sangat kehilangan."

Tiba-tiba aku menjadi sadar bahwa apa yang kami percakapkan selama itu adalah pekerjaan terpenting dalam hidup ini, yaitu menjalani kehidupan ini dengan baik, mencintai, dan terus berkembang meski mengalami kesedihan mendalam.

Ketika kami berpisah di bandar udara Dallas, aku bersalaman dengan anak lelaki itu yang mengucapkan terima kasih padaku karena menjadi "guru di angkasa" baginya. Dan aku berterima kasih padanya, karena ia pun sempat menjadi "guru angkasa" bagiku.

By : Dian S. Bagley

IYA..PEKERJAAN TERPENTING DALAM HIDUP INI ADALAH MENJALANI KEHIDUPAN INI DENGAN BAIK..MENCINTAI..DAN TERUS BERKEMBANG MESKI MENGALAMI KESEDIHAN MENDALAM.

Source      : Chicken Soup for the Soul
Picture by :  meythree.multiply.com

Sunday, April 22, 2012

WASIAT TERINDAH

Ketika suami saya, Bob secara tiba-tiba meninggal dunia pada tahun 1994, saya menerima ucapan belasungkawa dari berbagai orang yang sudah sejak bertahun-tahun tidak ada kabar beritanya. Mereka menulis surat, mengirimkan karangan bunga, menelepon, dan ada juga yang datang sendiri. Saya sangat sedih, namun merasa terhibur oleh curahan kasih sayang yang datang dari sanak keluarga, teman-teman, bahkan dari kenalan biasa.

Satu pesan di antaranya sangat menyentuh hati saya. Saya menerima surat dari sahabat karib saya selama bersekolah, sejak kelas enam sekolah dasar sampai tamat sekolah menengah. Sejak lulus tahun 1949 kami berpisah, karena ia tinggal di kota asal kami sementara saya sendiri pindah. Namun persahabatan kami termasuk jenis yang dapat dengan cepat terjalin kembali meski sempat tidak pernah berhubungan selama sekitar lima sampai sepuluh tahun.

Suaminya Pete meninggal sekitar 20 tahun sebelumnya pada usia masih muda, meninggalkan sahabat saya dalam kedukaan dan dengan tanggung jawab yang berat : mencari kerja dan menghidupi tiga orang anak yang masih kecil. Ia dan Pete, demikian pula saya dan Bob, sebagai pasangan suami isteri terjalin dalam ikatan "cinta kasih sejati yang takkan pernah dilupakan", yang sangat istimewa.

Dalam suratnya, sahabat saya itu menuturkan sebuah anekdot tentang ibu saya (yang sudah lama meninggal dunia). Ia menulis," Ketika Pete meninggal dunia, ibumu yang baik hati itu memelukku dan mengatakan,
"Trudy, aku tidak tahu apa yang harus kukatakan..jadi kukatakan saja bahwa aku sayang padamu."

Sahabat saya itu mengakhiri suratnya dengan kutipan kata-kata yang diucapkan oleh ibu saya sekian tahun yang lalu padanya, " Bonnie, aku tidak tahu apa yang harus kukatakan..jadi kukatakan saja bahwa aku sayang padamu."

Saya merasa seakan-akan mendengar ibu saya berbicara sendiri kepada saya. Benar-benar suatu pesan yang kuat untuk mengungkapkan simpati! Betapa budimannya sahabat saya itu untuk tetap mengenangnya selama sekian tahun dan kemudian menyampaikannya kepada saya.

AKU SAYANG PADAMU. KATA-KATA YANG TEPAT. SUATU HADIAH. SUATU WASIAT.

Bonnie J. Thomas
  
Source       :  Chicken Soup for the Soul
Picture by  :   galerie.designnation.de

Friday, April 20, 2012

KEJUTAN LIMA BELAS SEN

Saat itu Desember 1963. Aku dan Jack ingin saling memberi sesuatu yang istimewa pada Natal pertama kami bersama, tapi kami tak punya uang ekstra untuk membeli hadiah. Kami telah berkencan, jatuh cinta, dan menikah, semua dalam jangka waktu tiga bulan. Kami masih muda, kasmaran, dan miskin -- benar-benar miskin.

Jack seorang serdadu di Korps Marinir. Dia ditugaskan di Stasiun Senjata Angkatan Laut, Charleston, South Carolina. Rumah paling bagus yang bisa kami bayar dengan gaji Jack yang sembilan puluh dolar sebulan adalah setengah duplex-bangunan apartemen dua unit-tua yang reyot. Tempat itu tepat berada di tengah padang tempat sapi merumput di sisi belakang Goose Creek. Tempat itu terpapar ke udara terbuka, atapnya bocor, dan tanpa air panas. Tapi kami bersama, dan itulah yang terpenting bagi kami.

Tanpa sepengetahuanku, ketika hari-hari di bulan Desember terus bergulir, Jack bertekad mengejutkanku dengan sesuatu pada Natal pertama kami bersama. Pada 19 Desember, dia menyembunyikan satu kapak kecil di bawah jaket lapangannya. Dia menyusupkan tangannya ke dalam sarung tangan kerjanya, menarik topinya ke bawah agar telinganya tetap hangat, dan berjalan santai ke sisi belakang lapangan rumput dengan diterangi sinar bulan.

Sekitar sejam kemudian dia kembali dengan satu pohon pinus kecil menyedihkan serta satu senyum lebar. Dahan-dahan pohon kecil itu, yang kurus dan keriput, terentang bagaikan sayap-sayap malaikat bagiku. Aku menyambut hangat kejutan itu dengan kegembiraan kekanak-kanakan.

"Ini kaleng kopi kosong, Jack. Kita bisa mendirikan pohon itu di dalamnya," kataku.

Jack mengisi kaleng kopi itu dengan tanah liat South Carolina dan menjejalkan batang pohon yang kecil itu ke dalamnya. Aku menutup sekeliling kaleng itu dengan salah satu syalku. Lalu, aku menghias pohon yang mengenaskan itu dengan anting-anting, kalung, dan gelangku. Permata buatan dari kaca berkilauan bagaikan kertas emas perada.

"Ini bukan pohon terbesar di dunia, tapi inilah pohon Natal paling bagus yang pernah kumiliki," kataku sambil mendaratkan ciuman ke pipi Jack. Aku menyandarkan tubuh ke bahunya yang kuat dan mendesah penuh kebahagiaan.

Tapi Jack belum puas. Dia ingin ada hadiah untuk ditempatkan di bawah pohon itu. Di petang Natal dalam perjalanan pulangnya dari tempat kerja, dia berhenti di PX. Total uang di kantongnya sejumlah 21 sen. Selama satu jam dia mondar-mandir menyusuri lorong mencari sesuatu-apa saja-yang bisa dibelinya untuk cinta dalam kehidupannya dengan tabungan yang begitu sedikit. Dia nyaris menyerah ketika matanya terpaku pada satu tanda kecil bertuliskan "15 c". Dia meraih satu, membayarnya, dan pulang dengan harta karun terjejal dalam kantong jaket lapangannya,

Malam itu aku dan Jack makan sandwich bologna di depan pohon Natal kami. Kami menyanyikan lagu-lagu Natal dan merapat di dekat pemanas ruangan gas. Sekitar tengah malam Jack menghilang ke kamar tidur. Dia muncul kembali dengan tangan kanan tersembunyi di balik punggung. Mulutnya mengering dan tangannya gemetar saat dia mengatakan, "Pejamkan matamu sekarang, ini kejutan."

"Oh Jack. Kau tidak seharusnya membelanjakan uang untuk membeli hadiah. Kita tak mampu untuk itu."

"Aku tak bisa membiarkan Natal datang dan pergi tanpa melakukan sesuatu untuk gadis tercantik di dunia ini. Pejamkan mata dan ulurkan tanganmu."

Harus kuakui aku bersemangat. Aku terkikik seperti bocah. Jack meletakkan hartanya di telapak tanganku yang terbuka. "Aku tahu ini tak banyak. Tapi, ini favoritmu dan kau adalah favorit-ku." Dia menghembuskan napas dengan keras. "Selamat Natal."

Aku membuka mata. Di tanganku tergeletak satu kotak kecil berisi empat gula-gula berbalut cokelat. Aku menarik harta kecil itu ke dadaku, kemudian melingkarkan kedua lenganku ke leher pahlawanku.

"Ini hadiah paling luar biasa yang pernah kuterima. Sungguh luar biasa dicintai olehmu, Jack. Aku tak percaya kau seutuhnya milikku. Kaulah hal terhebat dalam hidupku."

Dalam tahun-tahun berikutnya, keuangan kami membaik. Setiap Natal, pohon kami semakin gaya. Setiap tahun hadiah semakin besar dan semakin mahal. Namun, selama 34 Natal, satu hadiah menduduki satu tempat terhormat di bawah pohon Natal kami. Setiap tahun hingga kematiannya, Jack memberiku cintanya terbungkus dalam satu kotak cokelat. Dan setiap tahun dia semakin dan semakin menjadi pahlawanku.

IYA..TERNYATA DENGAN CARA SEDERHANA..RASA CINTA DAPAT DITUNJUKKAN DENGAN MUDAH :)

Source       : monicangeblog.blogspot.com (Chicken Soup for The Chocolate's lover)

MAKNA SEBUAH PELUKAN

Kami menyongsong kedatangan Andrea dan menyambutnya ketika gadis itu turun dari bus carteran bersama para rekan siswa dari negaranya. Mereka datang dari Slovakia dalam rangka program pertukaran siswa internasional.

Andrea dapat berbahasa Inggris, tetapi ia sangat gugup. Aku dapat memahami kecanggungannya. Keluarga kami berlima. Anak-anak sudah begitu terbiasa bergaul dengan siswa dari luar negeri sehingga mereka langsung menghampiri dan ingin memeluknya.

Baru kemudian kami mengetahui bahwa Andrea tidak mengenali kebiasaan peluk-memeluk. Padahal kami sering melakukannya! Sepanjang hari kami sering saling merangkul, sementara Andrea memperhatikan. Aku memperhatikan air mukanya setiap kali ia melihat kami saling memeluk. Ia menyukainya. Ia menginginkannya.

Andrea bercerita tentang kehidupannya di Eropa. Sebenarnya ibunya sangat menyayangi dan hubungan mereka pun saling menyayangi, "dengan cara Eropa", demikian kata Andrea. Terakhir kali dipeluk oleh ibunya ketika ia masih kecil.

Sewaktu tinggal bersama kami sepanjang musim panas 1992, Andrea kemudian menjadi bagian dari keluarga kami. Dengan begitu cepat kami sudah saling menyayangi. Andrea mulai menikmati kebahagiaan saling memeluk. Dan yang paling utama adalah kebesarannya yang timbul bahwa ia perlu berbagi pengalaman emosional ini dengan ibunya.

Akhir bulan Agustus, Andrea kembali ke Slovakia. Ia terbang ke Munich, Jerman, dijemput ibunya di bandar udara kota itu. Ibunya sama sekali tidak menduga apa yang akan dialaminya saat itu. Ia menyambut kedatangan Andrea dengan cara yang luar biasa, berbicara sambil tersenyum sayang, dan membantunya membawa barang-barang bawaan.

Andrea menggandeng ibunya dengan kasih sayang sambil berkata:

"Ibu, aku ingin memelukmu, dan aku ingin Ibu memelukku erat-erat!"

Dan itu mereka lakukan. Mereka sedikit pun tidak beranjak dari tempat semula di bandar udara. Andrea menulis bahwa mereka duduk di situ selama tiga jam selanjutnya. Mereka menangis. Mereka saling merangkul. Mereka bercakap-cakap. Menangis lagi, berpelukan lagi sambil tak henti-hentinya berbicara. Andrea menulis bahwa ia akan membersarkan anak-anaknya nanti dengan sering memeluk. Ia juga menulis bahwa ibunya ingin banyak disertakan dalam rencananya itu.

Mary Jane West-Delgado

KETIKA HIDUP BUATMU TANPA KATA..SEBUAH PELUKAN AKAN MEMBANTUMU TEMUKAN MAKNA. KARENA KADANG PELUKAN MAMPU BERKATA YANG TAK TERUCAP.

Source      : Chicken Soup for The Soul
Picture by :  halsamt.wordpress.com

Tuesday, April 17, 2012

SINAR MENTARI COKELAT YANG MANIS

Di sini di India, bagi anak orang kaya, membeli sebatang cokelat adalah tindakan yang gampang dilakukan, tapi bagi anak miskin, itu anugerah besar. Cokelat merupakan camilan langka. Tak diragukan lagi, anak orang miskin bahkan tidak bisa sekadar menghabiskan lima rupee untuk membeli barang yang amat diinginkan ini. Cokelat di negara ini menjadi hak istimewa orang kaya. Orang miskin tak punya cokelat. Itu belum selesai.

Jalanan di Calcutta penuh dengan pengemis anak-anak. Aku tak memberi mereka uang karena aku tahu sebagian besar uang itu tidak akan menjadi milik mereka, namun kesedihan di mata mereka menyentak perasaanku yang paling dalam. Ali-alih, ketika aku melihat anak kecil mengemis, aku membelikannya sebatang cokelat. Ada satu anak di luar perguruan tinggiku yang bersikap layaknya teman terhadapku dan mengatakan "Hai!" kepadaku setiap kali aku melintas. Namanya, seperti yang kuketahui jauh hari kemudian, Raja.

Tanpa rencana, suatu hari aku membelikannya sebatang Diary Milk. Ketika dia mengambilnya dari tanganku, matanya berbinar. Saat memegang batangan cokelat itu di tangannya, seolah-olah dia mendapatkan emas. Rasa terima kasih menyelubunginya, dan dia menjadi malu dan berlari menjauh, segera setelah mengucapkan "Terima kasih, Didi!" dengan amat bersemangat. (Dalam bahasa India, didi digunakan untuk menunjuk kakak perempuan.)

Sedikit terkejut dengan kegembiraannya yang begitu besar, aku memandangnya sejenak ketika dengan bangga dia memamerkan perolehan terbarunya kepada teman-temannya; sebagian di antara mereka terbelalak, sementara anak-anak yang lebih nakal berusaha merebutnya, tapi jelas-jelas gagal. Setelah euforia awalnya mereda dan anak-anak lain mulai bosan dan berjalan menjauh, dia memanggil mereka kembali. Perlahan dia membuka kertas timah tipis pembungkus untuk menguak cokelat yang berwarna cokelat gelap itu, sementara yang lain melihat, ngiler, dalam keheningan penuh ketakjuban.

Benar-benar pamer, pikirku. Tapi, saat itulah dia melakukan sesuatu yang tak pernah kubayangkan. DIa mematahkan batangan cokelat itu menjadi lima kepingan besar dan membaginya dengan semua temannya, yang sekarang memperlakukannya layaknya setengah dewa. Aku mengira anak kecil itu bakalan ingin menyimpan cokelat itu, camilan langka itu, semua untuk dirinya sendiri.

Berulang kali aku membelikannya batangan cokelat sesudah itu, dan aku benar-benar berpikir dia akan menjadi tamak setelah beberapa waktu, tapi dia selalu membaginya sama rata di antara semua temannya. Suatu ketika aku bahkan berusaha membelikannya satu batangan yang benar-benar kecil, tapi entah bagaimana mereka juga bisa mendapatkan secuil darinya.

Sebelum membelikannya cokelat di salah satu hari-hari itu, aku bertanya kepadanya mengapa dia selalu membagi cokelatnya. Tanpa basa-basi dia memberikan jawaban yang membuatku agak malu. Dia hanya bertanya, "Didi, mereka adalah keluargaku; kami harus berbagi apa saja, besar atau kecil. Aku tak bisa memimpikan sesuatu tanpa membaginya dengan mereka semua. Kenapa kau bertanya? Tidakkah kau melakukan hal yang sama dengan keluarga atau teman-temanmu?" Setelah berkata begitu dia mengambil cokelat dari tanganku, berteriak gembira "Terima kasih!" (setelah berminggu-minggu rasa malunya sirna), dan melompat menyusuri trotoar untuk mencari keluarganya.

Apakah aku sudah bersikap egoistis? Apakah aku sudah menjadi terlalu sibuk dengan diriku sendiri untuk bahkan peduli tentang berbagi kegembiraan, kepemilikan, pencapaian, kesedihan, kegagalan.....kehidupanku? Apakah aku peduli dengan mereka yang paling aku cintai? Apakah mereka bahkan memikirkanku ketika memiliki sesuatu untuk dibagi, atau apakah mereka hanya menyimpannya untuk diri sendiri? Kata-kata Raja terus terngiang di telingaku.

Kadang tindakan terkecil kita membawa sinar mentari dalam kehidupan seseorang, dan sinar mentari itu secara otomatis meluber ke dalam kehidupan kita juga.

Radhika Basu Thakur
Chicken Soup For The Chocolate lover's Soul

KEKUATAN ADALAH KAPASITAS UNTUK MEMATAHKAN SATU BATANGAN COKELAT DENGAN TANGAN KOSONG MENJADI EMPAT KEPING - KEMUDIAN MAKAN HANYA SEKEPING DARINYA.  -Judith Viorst

Source       : monicangeblog.blogspot.com (chicken soup for the soul)
Picture by  : dipity.com

Monday, April 16, 2012

KU-"DENGAR" KASIH SAYANGNYA

Sepanjang ingatanku,semasa pertumbuhanku menjadi dewasa aku tidak pernah mendengar ayahku mengucapkan kata-kata "Aku sayang padamu". Apabila seorang ayah tidak pernah mengucapkan sewaktu anaknya masih kecil, maka dengan pertambahan usia si ayah akan semakin sulit saja untuk mengatakannya.
 

Terus terang saja, aku benar-benar tidak ingat kapan terakhir aku mengucapkan kata-kata itu kepadanya. Karenanya, pada suatu kali aku memutuskan untuk menyingkirkan perasaan gengsi dan melakukan langkah pertama.

Dalam percakapanku dengan ayahku lewat telepon, setelah agak sangsi sejenak, aku mengucapkannya :

"Ayah...aku sayang padamu!"
 

Sejenak tak terdengar apa-apa, lalu ayah menjawab dengan kikuk :

"Iya..sama-samalah!"
 

Sambil tertawa geli kukatakan, "Ayah, aku tahu ayah sayang padaku."

Beberapa minggu setelah itu, ayah mengakhiri percakapan kami lewat telepon dengan kata-kata, 


"Paul, aku sayang padamu." 

Ketika kami sedang berbicara itu aku sedang bekerja. Air mataku menetes ketika akhirnya aku "mendengar" kasih sayang ayah. Sementara kami sama-sama menangis, kami berdua menyadari bahwa saat istimewa ini telah membawa hubungan ayah-anak ke suatu tingkat yang baru.

Tidak lama setelah saat istimewa itu, ayahku menjalani operasi jantung yang nyaris saja merengut nyawanya.
Sejak itu aku sering merenung : Andaikata aku tidak memulai dan ayah meninggal dunia setelah dioperasi, aku takkan pernah bisa "mendengar" kasih sayangnya.


Paul Barton

JANGAN PERNAH BERPISAH TANPA UNGKAPAN KASIH SAYANG UNTUK DIKENANG..MUNGKIN SAJA PERPISAHAN ITU TERNYATA UNTUK SELAMANYA. 
-Jean Paul Richter


Source        :  Chicken Soup for the Soul
Picture by   :   blaz-langz.blogspot.com

Sunday, April 15, 2012

AKU MERASA SANGAT KESEPIAN

 


Aku merasa sangat kesepian ketika aku meninggalkan Misa di Katedral Saint Patrick di jantung kota New York.

Tiba-tiba saya didekati oleh orang brasil:

” Saya sangat perlu bicara dengan Anda, ” Katanya

Aku begitu senang dengan pertemuan ini dan mulai bicara tentang segala sesuatu yang penting bagi saya. Saya berbicara tentang sihir, berkat Tuhan, dan cinta. Dia mendengarkan segala sesuatu dalam keheningan, mengucapkan terima kasih lalu pergi.

Bukannya merasa senang, aku merasa kesepian yang lebih daripada sebelumnya. Kemudian menyadari bahwa dalam antusiasme saya, saya tidak memberikan perhatian pada apa yang diinginkan orang itu.

"Oiiiii...Bicaralah padaku.."

Aku melemparkan kata-kataku ke angin, karena itu bukan apa yang alam semesta inginkan waktu itu. Saya akan jauh lebih bermanfaat jika saya harus mendengarkan apa yang dia katakan.

Paulo Coelho

KEINDAHAN ADALAH GAMBAR YANG KAU LIHAT  WALAU KAU MENUTUP MATAMU...DAN NYANYIAN YANG KAU DENGAR WALAU KAU MENUTUP TELINGAMU. 
-Kahlil Gibran

Source : ahmadyunus.tumblr.com

Friday, April 13, 2012

APA YANG DIBUTUHKAN PASANGAN ANDA?

Ibu saya adalah seorang yang sangat baik, sejak kecil, saya melihatnya dengan begitu gigih menjaga keutuhan keluarga. Ia selalu bangun dini hari, memasak bubur yang panas untuk ayah, karena lambung ayah tidak baik, pagi hari hanya bisa makan bubur.

Setelah itu, masih harus memasak sepanci nasi untuk anak-anak, karena anak-anak sedang dalam masa pertumbuhan, perlu makan nasi, dengan begitu baru tidak akan lapar seharian di sekolah.

Setiap sore, ibu selalu membungkukkan badan menyikat panci, setiap panci di rumah kami bisa dijadikan cermin, tidak ada noda sedikit pun.

Menjelang malam, dengan giat ibu membersihkan lantai, mengepel seinci demi seinci, lantai di rumah tampak lebih bersih dibanding sisi tempat tidur orang lain, tiada debu sedikit pun meski berjalan dengan kaki telanjang.

Ibu saya adalah seorang wanita yang sangat rajin. Namun, di mata ayahku, ia (ibu) bukan pasangan yang baik. Dalam proses pertumbuhan saya, tidak hanya sekali saja ayah selalu menyatakan kesepiannya dalam perkawinan, tidak memahaminya.

Ayah saya adalah seorang laki-laki yang bertanggung jawab. Ia tidak merokok, tidak minum-minuman keras, serius dalam pekerjaan, setiap hari berangkat kerja tepat waktu, bahkan saat libur juga masih mengatur jadwal sekolah anak-anak, mengatur waktu istrirahat anak-anak, ia adalah seorang ayah yang penuh tanggung jawab, mendorong anak-anak untuk berprestasi dalam pelajaran. Ia suka main catur, suka larut dalam dunia buku-buku kuno.

Ayah saya adalah seoang laki-laki yang baik, di mata anak-anak, ia maha besar seperti langit, menjaga kami, melindungi kami dan mendidik kami. Hanya saja, di mata ibuku, ia juga bukan seorang pasangan yang baik, dalam proses pertumbuhan saya, kerap kali saya melihat ibu menangis terisak secara diam-diam di sudut halaman.

Ayah menyatakannya dengan kata-kata, sedang ibu dengan aksi, menyatakan kepedihan yang dijalani dalam perkawinan.

Dalam proses pertumbuhan, aku melihat juga mendengar ketidakberdayaan dalam perkawinan ayah dan ibu, sekaligus merasakan betapa baiknya mereka, dan mereka layak mendapatkan sebuah perkawinan yang baik.

Sayangnya, dalam masa-masa keberadaan ayah di dunia, kehidupan perkawinan mereka lalui dalam kegagalan, sedangkan aku, juga tumbuh dalam kebingungan, dan aku bertanya pada diriku sendiri : Dua orang yang baik mengapa tidak diiringi dengan perkawinan yang bahagia?

Setelah dewasa, saya akhirnya memasuki usia perkawinan, dan secara perlahan -lahan saya pun mengetahui akan jawaban ini.

Di masa awal perkawinan, saya juga sama seperti ibu, berusaha menjaga keutuhan keluarga, menyikat panci dan membersihkan lantai, dengan sungguh-sungguh berusaha memelihara perkawinan sendiri. Anehnya, saya tidak merasa bahagia ; dan suamiku sendiri, sepertinya juga tidak bahagia.

Saya merenung, mungkin lantai kurang bersih, masakan tidak enak, lalu, dengan giat saya membersihkan lantai lagi, dan memasak dengan sepenuh hati. Namun, rasanya, kami berdua tetap saja tidak bahagia.

Hingga suatu hari, ketika saya sedang sibuk membersihkan lantai, suami saya berkata : "Istriku, temani aku sejenak mendengar alunan musik!"

Dengan mimik tidak senang saya berkata : "Apa tidak melihat masih ada separoh lantai lagi yang belum dipel??"

Begitu kata-kata ini terlontar, saya pun termenung, kata-kata yang sangat tidak asing di telinga, dalam perkawinan ayah dan ibu saya, ibu juga kerap berkata begitu sama ayah. Saya sedang mempertunjukkan kembali perkawinan ayah dan ibu, sekaligus mengulang kembali ketidakbahagiaan dalam perkawinan mereka. Ada beberapa kesadaran muncul dalam hati saya.

Saya hentikan sejenak pekerjaan saya, lalu memandang suamiku, dan teringat akan ayah saya. Ia selalu tidak mendapatkan pasangan yang dia inginkan dalam perkawinannya, Waktu ibu menyikat panci lebih lama daripada menemaninya. Terus menerus mengerjakan urusan rumah tangga, adalah cara ibu dalam mempertahankan perkawinan, ia memberi ayah sebuah rumah yang bersih, namun, jarang menemaninya, sibuk mengurus rumah, ia berusaha mencintai ayah dengan caranya, dan cara ini adalah mengerjakan urusan rumah tangga.

Dan aku, aku juga menggunakan caraku berusaha mencintai suamiku. Cara saya juga sama seperti ibu, perkawinan saya sepertinya tengah melangkah ke dalam sebuah cerita, yaitu perkawinan yang tidak bahagia.

Saya tersadar telah membuat keputusan (pilihan) yang sama seperti ibu saya. Saya hentikan sejenak pekerjaan saya, lalu duduk di sisi suami, menemaninya mendengar musik, dan dari kejauhan, saat memandangi kain pel di atas lantai seperti menatapi nasib ibu.

Saya bertanya pada suamiku : "Apa yang kau butuhkan?"

"Aku membutuhkanmu untuk menemaniku mendengar musik, rumah kotor sedikit tidak apa-apalah, nanti saya carikan pembantu untukmu, dengan begitu kau bisa menemaniku," ujar suamiku.

"Saya kira kamu perlu rumah yang bersih, ada yang memasak untukmu, ada yang mencuci pakianmu.... ," dan saya mengatakan sekaligus serentetan hal-hal yang dibutuhkannya.

"Semua itu tidak pentinglah," ujar suamiku. "Yang paling kuharapkan adalah kau bisa lebih sering menemaniku."

Sejak itu, saya menderetkan sebuah daftar kebutuhan suami, dan meletakkanya di atas meja buku, Begitu juga dengan suamiku, dia juga menderetkan sebuah daftar kebutuhanku. Puluhan kebutuhan yang panjang lebar dan jelas, seperti misalnya, waktu senggang menemani pihak kedua mendengar musik, saling memeluk kalau sempat, setiap pagi memberi sentuhan selamat jalan bila berangkat.

Saat saya lelah, saya memilih beberapa hal yang gampang dikerjakan, misalnya menyetel musik ringan, dan kalau lagi segar bugar merancang perjalanan keluar kota. Menariknya, pergi ke taman flora adalah hal bersama dan kebutuhan kami, setiap ada pertikaian, selalu pergi ke taman flora, dan selalu bisa menghibur gejolak hati masing-masing.

Sebenarnya, kami saling mengenal dan mencintai juga dikarenakan kesukaan kami pada taman flora, lalu bersama kita menapak ke tirai merah perkawinan, kembali ke taman bisa kembali ke dalam suasana hati yang saling mencintai bertahun-tahun silam.

Bertanya pada pihak kedua : "Apa yang kau inginkan?" Kata-kata ini telah menghidupkan sebuah jalan kebahagiaan lain dalam perkawinan. Keduanya akhirnya melangkah ke jalan bahagia.

Kini, saya tahu kenapa perkawinan ayah ibu tidak bisa bahagia, mereka terlalu bersikeras menggunakan cara sendiri dalam mencintai pihak kedua, bukan mencintai pasangannya dengan cara pihak kedua. Diri sendiri lelahnya setengah mati, namun, pihak kedua tidak dapat merasakannya, akhirnya ketika menghadapi penantian perkawinan, hati ini juga sudah kecewa dan hancur.

KARENA TUHAN TELAH MENCIPTAKAN PERKAWINAN..MAKA SETIAP ORANG PANTAS DAN LAYAK MEMILIKI SEBUAH PERKAWINAN YANG BAHAGIA :)

Source       : renungan-harian-kita.blogspot.com (Isak Rickyanto)
Picture by  : anneahira.com

Thursday, April 12, 2012

PUT MEANING IN YOUR JOB

Reaksi seperti apa yang Anda temukan dari seorang penjaga pintu tol setiap kali melintasi pintu tol dan membayar tiket? Hampir sebagian besar reaksi penjaga pintu tol berdiam diri saja sambil memberi karcis, memberikan uang kembalian, bahkan sama sekali tidak melihat wajah pengendara yang melintas.

Akan tetapi, pernah ketika melewati salah satu pintu tol, saya menemukan penjaga karcis yang sedang bertugas memberikan uang kembalian sambil tersenyum, dan sempat melontarkan sebuah kalimat yakni :

“Terima kasih Pak. Hati-hati di jalan.”

Hal yang terkesan sederhana, tapi begitu bermakna untuk saya secara pribadi. Karena selama ini ketika melintas pintu tol, saya belum pernah menemukan pelayanan yang sedemikian ramah dan peduli dengan keselamatan pengemudi yang melintas.

Apa yang dilakukan penjaga karcis tol tersebut tentu berbeda dari kebanyakan rekannya yang lain. Rekannya yang lain hanya berdiam diri, bahkan tidak menyapa pengemudi yang melintas, tapi hal tersebut tidak dilakukan penjaga karcis tol ini.

Mengapa bisa berbeda cara kerja mereka? Padahal jika penjaga karcis tol ini mau, ia tentu bisa saja mengikuti cara kerja rekannya yang lain. Ini adalah masalah PILIHAN!

Penjaga karcis tol ini memilih untuk memaknai pekerjaannya dengan positif. Banyak orang menganggap pekerjaan sebagai penjaga karcis tol adalah pekerjaan yang menjenuhkan. Setiap menit, setiap jam harus melayani ratusan pengendara mobil yang melintas.

Iya..titik jenuh mungkin saja dialami oleh penjaga karcis tol tadi, tapi ia mencoba mengatasinya dengan menjalin hubungan yang positif dengan pengemudi yang melintas. Saat itu, ia tidak sekadar menjalankan tugas dan tanggung jawabnya. Ia bekerja tidak sekadar demi uang semata. Tapi ia bekerja karena ada sebuah makna yang ingin ia berikan kepada orang lain. Ia ingin menjadi orang yang punya pengaruh dan dampak yang positif untuk orang lain.

Ketika seseorang memberi arti terhadap pekerjaannya, maka ia akan jauh lebih bersemangat. Adakalanya manusia jenuh dan lelah dengan aktivitasnya sehari-hari, akan tetapi jika mau memaknai pekerjaannya, dan melihat bahwa apa yang dilakukannya setiap hari memiliki dampak yang luar biasa untuk orang lain, maka sebenarnya ia telah memberi nilai manfaat yang luar biasa untuk banyak orang.

JADILAH TERANG BUKAN GELAP SEHINGGA KEHADIRAN KITA DI DUNIA INI MAMPU MENYINARI LINGKUNGAN KITA :)
 

Source       : muk kuang (topmotivasi.com)
Picture by  : ecards.myfuncards.com

Wednesday, April 11, 2012

EVERYDAY IS A MIRACLE

Saya pernah bertemu seorang berusia 65 tahun. Waktu itu saya bekerja sebagai pelayan gift-shop di hotel. Setelah customer selesai berbelanja dan akan meninggalkan toko, biasanya saya mengucapkan salam “have a nice day” dan itu saya ucapkan juga kepada nenek tersebut sehabis ia membayar di kasir.

Nenek itu berhenti dan berpaling ke arah saya sambil berkata, “Anakku, setiap hari adalah miracle day, bukan nice day!”

Lalu ia bercerita bahwa ia telah operasi jantung dua kali. Yang pertama ia menerima donor jantung anak usia 14 tahun tetapi tidak kompartibel dan sempat koma selama tiga hari. Lalu kedua kali ia menerima jantung pria berusia 35 tahun dan ternyata cocok hingga saat itu.

Nenek itu menambahkan sejak peristiwa tersebut ia merasakan hidup yang kedua kalinya. Baginya setiap saat adalah “miracle”. Setiap tarikan dan hembusan nafas adalah keajaiban. Jadi hidup bukan hanya “nice day” tetapi hidup adalah “miracle every second”.

Pertemuan singkat dengan nenek tersebut telah membuat saya lebih menghargai arti hidup, dan nenek itu datang sebagai guru bagi saya agar lebih menghargai hidup.

Mengutip kata Tom Hanks dalam film Forrest Gump: “Life is like a box of chocolate, we never know what we gonna get”. Kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi di masa depan tetapi dengan mempersiapkan diri dan attitude every day is miracle seperti nenek tersebut mungkin akan membuat hidup kita lebih hidup dan lebih berwarna baik bagi diri kita maupun bagi lingkungan sekitar kita.

HIDUP AKAN JAUH LEBIH BERARTI BILA KITA BISA MEMANFAATKANNYA DENGAN BAIK DARIPADA SEKADAR MENGHITUNG HARI.  HAVE A MIRACLE DAY MY FRIENDS :)

Source       : topmotivasi.com
Picture by  : faithatthebeach.com

Tuesday, April 10, 2012

HOW TO BRING CHEER TO OTHERS

Di saat kita sedang mengalami kejenuhan, bosan, suntuk atau bahkan mengalami masalah yang berat, sering kali kita membangun tembok-tembok yang tinggi bertuliskan “DO NOT DISTURB” (Jangan Mengganggu).

Tentu saja, teman-teman dan keluarga kita bisa melihat tembok itu dengan jelas, karena tulisan tersebut melekat pada wajah kita. Dan kita juga menjadi pribadi yang tidak mau peduli dengan sekitar kita. “EGP! Tidak peduli! Saya juga sedang ada masalah!” Begitulah pembelaan yang sering kita lontarkan.

“Saya butuh dihibur!” atau “Saya jenuh, tetapi tidak ada yang peduli pada saya!”

Pertanyaannya, bagaimana orang bisa mendekati kita di saat kita tetap memperlihatkan duri di punggung kita seperti landak yang siap menyerang? Dengan tembok-tembok yang bertuliskan “Dο Nοt Disturb!”? Melihat wajah kita yang sedang stres, marah, tidak ada senyum, tentu mereka sudah ketakutan atau menjaga jarak.

Seringkali kita menuntut orang-orang untuk mengerti kondisi kita, perhatiаn dengan kita karena kita terlalu mengasihani diri sendiri (“Saya kan sedang ada masalah, hidup saya susah,” dan sebagainya). Loh, memang yang punya masalah hanya kita sendiri? Semua orang pasti punya masalah.

Dan egoisnya manusia, di saat dia sedang mengalami masalah, di saat dia sedih, dia akan mengatakan, “Bagaimana saya bisa menghibur orang lain, sedangkan diri sayalah yang butuh dihibur?” atau “Bagaimana saya bisa berbagi, sedangkan saya sudah tidak punya apa-apa lagi?”

Beberapa hari yang lalu, saya merasa jenuh dan lelah sekali dengan rutinitas saya. Lalu, saya berpikir untuk mе-nonaktifkan BBM saya. Tetapi, saya tidak melakukannya. Saat malam tiba, saya baru saja ingin beristirahat.

Tiba-tiba, satu per satu teman saya mengirimkan BBM dan meminta waktu saya untuk mendengarkan curhatan mereka, ada yang merasa kesepian, ada yang merasa jenuh. Saya pun dengan sabar membaca BBM mereka, lalu, menarik nafas dalam-dalam, dan tersenyum, dan membalas BBM mereka dengan memberikan semangat kepada mereka.

Setelah itu, mereka mengucapkan terima kasih atas waktu dan semangat yang saya berikan kepada mereka. Mereka memberikan icon ‘tersenyum’. Saya tidak membantu mereka menyelesaikan masalah, tetapi saya mencoba untuk menghibur mereka, bahwa segalanya akan baik-baik saja. Lalu apa yang terjadi?

Wah..saya yang tadinya juga merasa jenuh dan tidak semangat, seolah dikembalikan semangatnya dua kali lipat. Mereka mengucapkan terimakasih berkali-kali. Saya tidak merasa berbuat apa-apa, tidak membantu apa-apa. Saya hanya memberikan waktu untuk mendengarkan mereka. Terkadang, tanpa kita sadari, sekecil apapun yang kita lakukan untuk orang lain, itu sangat berarti bagi mereka.

Mungkin teman-teman juga pernah mengalami hal yang sama dengan pengalaman saya ini. Semoga kita selalu belajar untuk berbagi dalam kondisi apapun, karena apa yang kita bagikan akan dikembalikan kepada kita, bahkan dilipatgandakan.

THE BEST WAY TO CHEER YOURSELF IS TO TRY TO CHEER SOMEONE ELSE UP.  
– Mаrk Twain

Source        : topmotivasi.com
Picture by   : birdysays.blogspot.com

Monday, April 9, 2012

MY PATH LEADS TO TIBET

Ketika usianya 2 tahun, orangtua Sabriye Tenberken menemukan kenyataan bahwa penglihatan anaknya pelan-pelan berkurang. Kemampuan melihat anak perempuan ini terus memburuk. Dan mereka tahu, suatu saat anaknya pasti akan buta oleh suatu penyakit yang mereka tak tahu.

Sebelum penglihatannya benar-benar hilang kedua orangtuanya mengajak Sabriye pergi ke museum, bertamasya ke sejumlah tempat yang dipenuhi aneka warna, dan sebagainya. Maksud orangtuanya, agar ia bisa menyimpan memorinya dengan begitu indah. Saat usianya menginjak 13 tahun Sabriye benar-benar mengalami kebutaan. Tetapi, "Saya punya banyak rekaman visual yang tersimpan di kepala," katanya suatu ketika.

Sabriye yang lahir di Cologne, Jerman tahun 1970, sekolah di sebuah sekolah bergengsi khusus untuk kalangan tunanetra. Meski begitu sekolahnya mengajarkan hidup normal bagi para muridnya. Misalnya, diajarkan juga bagaimana mengendarai kuda, bermain ski, cross-country, kayak, dan sebagainya. Tentu saja sebatas yang aman bagi mereka.

Suatu kali ia mengunjungi Nepal bersama ibunya. Dari sana ia mengunjungi Tibet untuk beberapa saat. Meski sebentar saat di Tibet ia menemukan kenyataan bahwa orang buta di sana, menurutnya, diperlakukan seperti orang terkutuk, diasingkan seperti penderita lepra. Mereka tak disediakan tempat belajar, hidupnya terkurung di dalam kamar, sendirian, tanpa pendidikan, tanpa hiburan, dan tanpa pelatihan keterampilan tertentu.

Pengalaman singkat itu begitu membekas di hatinya dan membangkitkan keinginan luar biasa untuk mengajar anak-anak buta Tibet. Ia berharap, anak-anak buta di Tibet juga suatu saat kelak bisa memiliki kehidupan penuh, tidak malu atau merasa cacat. Mereka seharusnya bisa hidup sepenuhnya seperti dirinya.

Setelah lulus SMA Sabriye melanjutkan sekolah ke Bonn University dan mengambil bidang studi tentang kebudayaan Asia Tengah. Ia juga belajar kebudayaan bangsa Mongol, China modern, dan Tibet, terutama sosiologi dan filosofinya. Ia belajar bahasa Tibet karena keinginan kuatnya pergi ke sana lagi.

Di universitasdi program tersebut dialah satu-satunya yang buta. Dan karena itu ia merasa kesulitan mencari literatur tentang Tibet yang sudah ditulis dalam tulisan Braille. Untuk itu ia harus bekerja keras membuat sistem sendiri dalam tulisan Braille. Tak hanya itu, ia juga menggagas membuat tulisan Braille dalam tulisan Tibet. Sistem Braille untuk tulisan Tibet ini selesai ia buat pada tahun 1992.

Tahun 1997 ia sendirian pergi ke Tibet untuk melakukan observasi kira-kira apa yang harus ia lakukan untuk mewujudkan niatnya itu. Tahun 1998 ketika ia kembali ke Tibet ia mendirikan pusat pendidikan untuk orang buta di Lhasa, ibukota Tibet. Pusat pendidikan ini diawali dengan lima orang anak tunanetra dan Sabriye sendiri yang mengajar. Namun lama-lama ia bisa mendidik murid-muridnya untuk kemudian jadi guru di sana.

Kegiatan itu bukan tanpa rintangan. Pada awalnya ia dianggap mengambil keuntungan dari orang-orang buta di Tibet. Namun lama-lama orang memahami bahwa apa yang dilakukannya hanya karena ingin membuat orang buta di Tibet menjalani hidup lebih layak.  

Kini Sabriye tak hanya menggagas pendidikan kaum buta di Tibet tapi juga di seluruh dunia. Apalagi setelah ia mendirikan lembaga bernama Braille Without Borders pada tahun 2002.
  
WHATEVER YOU ARE..BE A GOOD ONE  -Abraham Lincoln

Source       :  topmotivasi.com
Picture by  :  amazon.com
 

BRUCE LEE..SANG MOTIVATOR

Banyak orang tidak tahu kalau Bruce Lee lahir di Amerika, tepatnya  di San Fransisco, pada 27 November tahun 1940, ia lahir dengan nama Lee Jun Fan. Dia lahir pada tahun naga dan pada jam naga. Hal inilah yang membuatnya mendapatkan nama Lee Siau Lung atau Naga Kecil dari para penggemarnya. Dokter yang menangani kelahiran bayi itu, memberinya nama Inggris, Bruce.

Demikianlah sang legenda terlahir. Ayahnya Lee Hoi Chun adalah seorang aktor film dan bintang pertunjukan. Ibunya adalah seorang keturunan Chinese – Eropa, bernama Grace Lee. Semenjak di sekolah Bruce sudah sering berkelahi, ketika dia terlibat perkelahian ala jalanan ia mengalami kekalahan. Waktu itu ia remaja, ia berdiskusi dengan ibunya dan memutuskan belajar seni bela diri.

Jenis ilmu bela diri yang ia pelajari adalah Wing Chun, ia berguru dengan Sifu Yip Man. Ia juga berguru dengan master kungfu Siu Hon Sung. Biasanya dibutuhkan tiga minggu untuk menguasai 30 jurus Siu Hon Sung, Bruce Lee hanya memerlukan tiga malam saja. Disamping itu Bruce Lee juga mendapat ketrampilan Anggar dari ayahnya.

Ada satu hal unik, Bruce Lee tidak hanya mahir beladiri. Ternyata ia pintar menari cha-cha bahkan pada tahun 1958 ia berhasil meraih trophy Hongkong Cha-Cha Championship.

Seiring dengan berjalannya waktu, Bruce lee ingin sekali menguji keahlian kungfunya dalam perkelahian yang sesungguhnya. Maka ia pun terlibat dalam perkelahian jalanan. Lalu ayahnya mengirim Bruce ke Amerika agar menjadi orang yang lebih bertanggung jawab, .

Dengan berbekal 100 US$ berangkatlah ia ke tanah kelahirannya San Fransisco, Bruce dititipkan kepada teman ayahnya, Ruby Chow, pemilik sebuah restoran.

Bruce Lee melanjutkan SMA-nya di Seattle, dan tamat pada tahun 1960. Tahun 1961 ia melanjutkan kuliah di University of Washington dengan mengambil jurusan psikologi. Di sinilah ia bertemu Linda Emery yang kemudian jadi istrinya..lalu lahirlah Brandon Lee disusul Shannon Lee dua tahun kemudian.

Selain menempuh pendidikan psikologi, ia memiliki ketertarikan begitu tinggi pada ilmu filsafat. Sampai-sampai ia mengoleksi banyak buku dan membacanya setiap saat. Tokoh-tokoh yang ia pelajari bukunya dan memengaruhinya antara lain Lao Tzu, Confusius, Socrates, Plato, Napoleon Hill, Norman Vincent Peale, W. Clement Stone, Maxwell Maltz , dan sebagainya.

Dari kegemaran membaca ini ia memiliki pengetahuan luas. Ia tak hanya belajar kekuatan dan ilmu beladiri, tetapi juga belajar kehidupan dan kebijaksanaan. Tutur katanya begitu memukau. Menurut istrinya, siapapun yang berbicara dengannya, dalam waktu beberapa menit saja sudah bisa tertarik padanya karena kemampuan bicaranya yang luar biasa: indah, filosofis, dan bijaksana.

Sebenarnya bukan dari membaca saja ia menyerap ilmu. Dari alam sekitar pun ia mendapatkan ilmu kebijaksanaan. Ketika tengah merenung di sebuah jung (perahu khas Hong Kong), ia mendapat inspirasi  dari air. Ia menepuk air lalu memercik mukanya. “Empty your mind, be formless. Shapeless, like water. If you put water into a cup, it becomes the cup. You put water into a bottle and it becomes the bottle. You put it in a teapot it becomes the teapot. Now, water can flow or it can crash. Be water my friend.”  

Filosofi air ini yang mendasarinya mengembangkan ilmu beladiri Jeet Kune Do. 

Jeet Kune Do secara resmi baru ia munculkan tahun 1967. Namun ia sudah mulai melatih kungfu ketika masih menjadi mahasiswa di Seattle. Ia menghimpun teman-temannya menjadi muridnya.Namun pada tahun 1964 ia pindah ke Oakland.

Di Oakland bersama seniornya yang terpaut 23 tahun lebih tua, James Yimm Lee, seorang ahli beladiri, mendirikan perguruan baru bernama Jun Fan. Berkat James Yimm Lee inilah ia berkenalan dengan Ed Parker, seorang ahli beladiri Amerika yang mengorganisir Long Beach International Karate Championships, kompetisi karate internasional. Dari perkenalan itulah Bruce Lee ditemukan Hollywood.

William Dozier, produser film seri TV, tertarik padanya dan mengundangnya untuk mengikuti audisi. Bruce Lee kemudian menggarap film Hollywood untuk televisi. Ia membintangi serial The Green Hornet sepanjang 26 episode.

Dalam hal pertunjukan hingga tahun 1971, ia masih terlibat dalam film-film televisi. Namun di samping menggarap film televisi, ia juga membuat film layar lebar yang ia mulai dengan Marlowe di Hong Kong pada tahun 1969.Setelah itu lahirlah film-film fenomenalnya yang berpengaruh di Hollywood dan dunia yaitu The Big Boss(1971), Fist of Fury (1972), Way of The Dragon (1972), Enter the Dragon (1973), dan Game of Death.

Film Game of Death tak berhasil ia selesaikan karena Bruce Lee keburu meninggal secara mendadak pada 20 Juli 1973. Penyebab meninggalnya begitu misteri, sampai-sampai Linda, istrinya, tak percaya. “Aku benar-benar terkejut tetapi tidak dapat mengatakan bahwa aku terpukul karena Bruce selalu saja terlibat pada hal-hal yang tak diduga"

Hanya saja dalam waktu tiga bulan sebelumnya, tanggal 10 Mei, dia kolaps di studio dan harus diangkut ke rumah sakit tetapi dengan cepat ia sembuh. Kemudian tes kesehatannya di Los Angeles menunjukkan bahwa dia tidak apa-apa. Dokter itu meyakinkan, dia benar-benar sesehat anak umur delapan belas tahun.” Namun kali ini Linda harus menerima kenyataan lain, Bruce Lee benar-benar pergi untuk selama-lamanya.

Hingga kini kematian Bruce Lee masih jadi misteri. Meski begitu kematiannya saat ia berada di puncak kariernya pada usia emasnya, 32 tahun, membuatnya dikenang sebagai anak muda yang luar biasa.Ia tak tergantikan. Ia adalah legenda. Ia dikenal bukan semata sebagai bintang film, tetapi ahli seni beladiri, filsuf, sutradara, guru beladiri, penulis, dan pembelajar sejati. Kita mengenangnya tak hanya dari film-filmnya tetapi dari kata-katanya yang penuh makna, inspiratif, dan memotivasi yang tersebar di berbagai literatur.    

Iya..bagi penggemarnya ia tak sekadar bintang film, ia seorang filsuf yang kata-kata bijaknya sangat memotivasi.

“KNOWING IS NOT ENOUGH..YOU MUST APPLY.  WILLING IS NOT ENOUGH..YOU MUST DO." - Bruce Lee

Source :   inspirasi jiwa.com /topmotivasi.com (Tim Andrie Wongso)

Saturday, April 7, 2012

CINTA ITU BUTA

Banyak orang mengatakan bahwa cinta itu buta. Anda percaya? Kalau Anda tidak, saya percaya.

Ketika seorang pemuda jatuh cinta, ia tidak akan melihat gadis pujaannya itu berasal dari mana, apa pekerjaannya, bahkan sifat-sifat buruknya tidak akan diperhatikannya. Yang ia lihat hanyalah semua keelokan dan kebaikan si gadis, entah kecantikannya, kecerdasannya, atau kelemahlembutannya. Ia pun hanya memikirkan bagaimana caranya menyenangkan gadisnya atau membuat sang gadis menjadi miliknya. Ia tidak mempedulikan omongan miring dari teman-temannya tentang si gadis. Baginya, gadis itu begitu sempurna dan tak ada gadis lain yang dapat menandingi pujaan hatinya itu. Pokoknya gadis itu paling hebat!

Hm..barangkali cinta Tuhan kepada kita juga buta. Bagaimana tidak buta kalau Dia tidak lagi melihat sifat-sifat buruk yang ada pada kita. Bahkan sepertinya Dia lupa kalau kita sering mengkhianati-Nya. Dia tidak pernah berhenti mendekati kita. Meskipun kita sering kali menolak- Nya, Dia tetap saja datang dan mengulurkan tangan buat kita. 

Wah, hebat betul Tuhan itu! Dia seperti seorang pemuda yang sudah berulang kali datang melamar gadis pujaan-Nya, tetapi selalu ditolak. Biarpun lamaran-Nya diterima, Dia masih saja dikhianati, dibohongi. 

Saya kadang berpikir, kok bisa-bisanya Tuhan itu begitu sabar terhadap kita.

Coba hitung, dalam sehari, berapa kali kita tidak jujur kepada-Nya? Sudah berapa banyak kata ejekan yang kita ucapkan kepada sesama? Sudah berapa orang yang kita benci? Atau sudah berapa kali kita merusak dan mengabaikan ciptaan-Nya? Rasanya kita terlalu sering berlaku tidak adil kepada-Nya. 

Coba bandingkan, jika kita menyimpan barang pemberian kekasih kita dengan begitu baik, apa yang telah kita lakukan dengan alam pemberian Tuhan ini? Dia menciptakan alam ini bukan tanpa tujuan. Dia sungguh-sungguh tulus memberi kita alam yang begitu indah. Namun, ternyata kita dengan enak merusaknya sehingga tidak heran jika terjadi bencana alam di mana-mana. Yang banjirlah, tanah longsorlah, wah..wah..wah.. macam- macam saja ulah kita ini! Namun, Dia begitu setia kepada kita.

Paskah membuktikan bahwa kita sangat dicintai Tuhan. Dengan merayakan Paskah, kita mengenangkan kebesaran dan keagungan cinta-Nya. Namun rasa-rasanya tidak cukup jika kita hanya datang ke gereja, mengikuti perayaan Paskah, lalu pulang begitu saja. Satu hal penting yang dapat kita lakukan adalah mengubah sikap hidup kita. Mari kita tanggalkan manusia lama kita yang ogah-ogahan menanggapi cinta-Nya. Seandainya saja Tuhan merasa kita berlaku tidak adil dalam membalas cinta-Nya, apakah kita mau dan siap di "putus" oleh-Nya?

SELAMAT HARI PASKAH BAGI YANG MERAYAKAN :)

Source        : paskah.sabda.org 
Picture by   : apples4theteacher.com

Wednesday, April 4, 2012

KAMBING TUA BERJENGGOT

Setelah terjadi pemboman di Pearl Harbor, Jenderal Nimitz dari Amerika ditugaskan menjadi komandan armada pacific. Dia adalah seorang yang mudah didekati, tenang dan bersahabat, dia memelihara jenggot, oleh sebab itu para prajurit dibelakangnya memanggilnya “kambing tua berjenggot.”

Pada suatu hari, kapal selamnya yang berada di tengah laut bertemu dengan musuh, kedua belah pihak segera meluncurkan serangan sengit. Nimitz telah memberi perintah selama beberapa jam, dia merasa lelah, dia memerintahkan seorang marinirnya menyediakan segelas kopi untuknya. Setelah marinir ini beranjak dari tempatnya, tiba-tiba mereka mendengar serangan dari pesawat Jepang, Nimitz lalu memerintahkan mematikan seluruh lampu di kapal,  dengan segera keadaan kapal gelap gulita.

Marinir yang membawa kopi memandang ke seluruh arah tidak dapat menemukan Nimitz, dengan tidak sabaran dia berkata, “Di manakah kambing tua berjenggot ini sebenarnya???”

Kebetulan Nimitz berdiri di sampingnya, “Kambing berjenggot di sini, tetapi lain kali tolong diingat, jangan tambahkan kata “tua” ya!”

Perkataan Nimitz sontak membuat marinir-marinir di sekitarnya tertawa terbahak bahak.

Nimitz mempunyai rasa humor yang tinggi, sehingga dia dapat toleransi terhadap gelar tidak hormat yang diberikan para prajuritnya, dengan ringan dia dapat meredakan sebuah situasi yang tegang. Hal ini mencerminkan dia adalah seorang yang bijaksana dan bertoleransi tinggi.

RASA HUMOR BISA MERILEKSKAN PIKIRAN SESEORANG..DAPAT MENCAIRKAN RASA TEGANG HUBUNGAN ANTAR MANUSIA..DAN DAPAT MEMPERLANCAR KOMUNIKASI ANTAR SESAMA.

Source : Erabaru/hui

Tuesday, April 3, 2012

BUAH DARI CINTA TERHADAP PEKERJAAN ADALAH KESUKSESAN


Dalam film Center Stage, diceritakan tentang dua orang gadis cantik yang sedang berlatih di American Ballet Academy. Gadis yang satu bernama Maureen dan yang satu lagi bernama Jody. Maureen telah belajar Ballet sejak masih anak-anak, sementara Jody baru memulainya setamat High School (SMU). Menurut dua orang pelatih, Jody tidak memiliki kaki dan postur tubuh yang cocok untuk menjadi penari Ballet. Jody pun terancam dropped out dari sekolah Ballet tersebut.

Berbeda dengan Maureen. Ia bukan hanya cantik, ia juga memiliki kaki yang sangat lentur dan memiliki teknik yang sangat baik. Tetapi pada suatu malam pertunjukan besar, dimana Maureen seharusnya menjadi pemeran utama, ternyata ia tidak muncul di panggung. Ibunya bingung lalu bergegas keluar mencari Maureen.

Di hadapan mama yang sedang kecewa, Maureen mencurahkan isi hatinya. Ia mengundurkan diri karena sesungguhnya ia tidak pernah mau menjadi penari Ballet. Satu-satunya alasan ia melakukannya selama belasan tahun adalah karena sang mama mendorongnya terus-menerus. Dengan tetesan air mata, Maureen berkata: “Mama tidak punya kaki seperti kakiku, sayangnya akupun tidak punya hati seperti hati mama.” Kemudian mereka tertunduk lalu berpisah melewati pintu yang berbeda.

Bagaimana dengan Jody?

Diperlihatkan, ketika teman-temannya sedang tertidur pulas Jody berlatih sendirian. Kuku-kuku jari kakinya lecet dan berdarah-darah namun ia terus berlatih. Suatu kali ia berkata kepada pelatihnya: “Aku tidak ingin meneruskan kuliah, aku hanya ingin menjadi penari Ballet.”

Bagi Jody, tidak ada kegiatan/pekerjaan lain yang lebih menyenangkan kecuali menjadi seorang penari Ballet. Singkat cerita, dengan kerja keras dan ketekunan ia berhasil menjadi penari Ballet professional. Pada suatu akhir pertunjukkan dimana ia menjadi pemeran utama, para pelatih, teman-teman dan seluruh penonton berdiri memberikan tepuk tangan sebagai penghargaan atas kesuksesannya. Itulah buah dari cinta terhadap pekerjaan!

Memang, pekerjaan atau usaha apapun pasti membutuhkan kerja keras. Tidak mungkin ada kesuksesan sejati dengan tidur-tiduran sepanjang hari. Namun, bila Anda menyenangi kegiatan/pekerjaan itu, Anda akan jauh lebih kuat dan lebih bersemangat dalam menjalaninya, sekalipun harus mandi keringat dan meneteskan air mata.

CEPAT PERGI DAN CARILAH APA YANG ANDA CINTAI..LALU BEKERJALAH DISANA. HIDUP HANYA SEKALI..TIDAK ADA YANG LEBIH INDAH SELAIN MELAKUKAN DENGAN RASA CINTA YANG TULUS.

Source       :  belajargagal.blogspot.com
Picture by  :  nypost.com

JANGAN SELALU MENOLEH KE BELAKANG

Matahari terus bergerak ke barat. Tampak Andre yang sedang sarapan pagi dengan papanya. Dan mamanya yang sibuk untuk menyiapakan sarapan pagi Andre.

”Bagaimana? sudah siap?”tanya papa  Andre.

“Siap pa, tapi aku deg degan juga,”sahut Andre terus terang.

Melihat Andre yang agak cemas, mama Andre mendekat.

“Tenang saja, kalau pertandingan sudah mulai,pasti kau lupa pada perasaan gugupmu.” kata mamanya

”Ya ma tapi tiga tahun berturut turut ini aku selalu kalah, selalu Roger yang mendapat juara pertama dalam lomba lari ini” keluh Andre.

“ Papa tahu kamu pasti akan bisa dre”. Sahut papanya dengan memberi semangat.

Setelah selesai sarapan , Andre pamit pergi kesekolah. “Dre, jangan lupa tutup pintunya ya! nanti papa dan mama akan datang ke sekolahmu untuk melihat pertandingamu”! Kata papa.

Andre terpaksa mundur beberapa langkah dan menutup pintu rumah. Itu memang kebiasaan buruk Andre, selalu lupa menutup pintu rumah.

Di lapangan, Pak Bram guru olahraga Andre sudah menunggu. Andre melirik Roger yang bertubuh tinggi dengan tungkai yang panjang, yang sedang melakukan pemanasan beserta peserta lain.   Peserta  lomba lari 100 m kali ini cukup banyak. Tetapi hanyalah Roger satu satunya saingan berat Andre.

“Tenang saja, kamukan giat berlatih bapak yakin kamu bisa menang” kata pak Bram.

Semoga saja begitu pikir Andre. Sementara itu penonton mulai berdatangan. Kebanyakan anak-anak sekolah yang ingin menonton temannya bertanding. Kedua orang tua Andre pun tiba di sekolah andre. Pertandingan hari itu akan menentukan sekolah siapa yang akan di kirim ke tingkat propinsi.

Akhirnya pertandingan itu pun di mulai. Sesaat jantung Andre berdetak kencang. Ia menarik nafas panjang dan berusaha menenangkan diri . 

“Aku pasti bisa, aku pasti bisa”.Katanya dalam  hati.

Peluit ditiup. Andre  berlutut bersama peserta yang lain. Beberapa detik kemudian, semua peserta sudah berlari cepat.

Kekuatan Andre dan Roger terlihat seimbang jarak mereka begitu dekat. Andre menarik nafas dalam. Lalu mengerahkan semua tenaganya dan melesat melewati Roger. Penonton pun menunggu dengan tegang.

Garis finish sudah tampak didepan mata Andre. Andre tersenyum. Ia mulai berfikir, “dimana Roger?”. Andre penasaran dan menoleh kebelakang.  Saat itulah Roger melesat melewatinya. Kini Roger memimpin di depan. Andre mulai panik. Andre berusaha mengerahkan tenaga dan lebih berkonsentrasi. Tetapi baru  saja Andre mengerahkan tenaga, penonton sudah bersorak  dengan gembira. Roger sudah nencapai garis finish . Andre menyusul hanya tiga detik kemudian. Andre menjatuhkan diri di pinggir lapangan. Air mata menetes di sudut matanya.

Tak lama kemudian papanya datang mendekati Andre untuk memberikan air minum kepada Andre.

“Papa kira tadi kau akan memenangkan pertandingan”. kata papa.

”Aku yang salah, pa. Aku tidak bisa menahan keinginanku untuk menoleh kebelakang. akibatnya jadi agak lambat, aku menyesal pa” sahut andre.

“Makanya jangan selalu menoleh kebelakang. Tutup pintu di belakangmu apabila keluar rumah” kata papa

“Ah papa ! Apa hubungannya menutup pintu dengan pertandingan ini?”keluh Andre.

”Maksud papa jangan selalu melihat kegagalan di masa lalu, supaya tak mengganggu tindakan apa yang kamu lakukan selanjutnya”. Kata papanya.

Andre membenarkan kata-kata papanya. Dia berjanji pada dirinya sendiri untuk selalu menutup pintu kegagalan di belakangnya agar bisa melangkah ke depan dengan tenang.

JANGAN BIARKAN KEGAGALAN DI MASA LALU MENGGANGGU LANGKAH YANG AKAN KAMU LAKUKAN DI MASA DEPAN :) 

Source       :  faktakita.com (seribu info)
Picture by  :  kolom-inspirasi.blogspot.com

Monday, April 2, 2012

HIDUP MEMBUTUHKAN PENANTIAN

Hidup memang membutuhkan penantian, bahkan hal-hal kecil seperti saat Anda memesan makanan di rumah makan yang baru saja buka dengan pelayanannya yang lambat sekali, maka Anda akan mendapatkan diri Anda menunggu dengan tidak sabar.

Anda juga harus menanti tanpa ada pilihan lain, saat mobil Anda melewati jalanan yang sangat ramai dan menemui lampu merah. Anda juga mau tidak mau harus menunggu ketika Anda pergi berbelanja atau membeli tiket bioskop di mana telah banyak orang yang mengantri di depan Anda.

Dalam masa penantian, manusia akan merasakan timbulnya suatu kerisauan hati tanpa sebab yang mengandung kejengkelan dan ketidaksabaran terhadap orang lain. Sebenarnya, bukan karena kita tidak memiliki cukup banyak waktu untuk menanti atau tidak sanggup melanjutkan penantian, tetapi karena penantian akan membawa kegelisahan pada diri kita.

Anda mengira tanpa penantian, langkah pergerakan Anda akan sedikit lebih cepat. Sebenarnya, pergerakan itu juga hanya bisa mengurangi sedikit rasa kegelisahan kita, tetapi dia tidak bisa membuat kita lebih cepat sampai ke tempat tujuan, kadang kala malah membuat kita menjauh dari tempat tujuan kita!

Ada seorang pemuda yang berjanji untuk bertemu dengan kekasihnya. Pemuda itu datang terlalu awal dan dia merupakan seorang yang tidak cukup sabar untuk menunggu, sehingga dalam proses menanti sang kekasih, pemuda ini selalu berkeluh kesah. Saat itulah, tiba-tiba di depannya munculah seorang bidadari. Bidadari itu memberikan si pemuda sebuah benda yang jika tombolnya ditekan, pemuda itu akan terhindar dari segala macam penantian.

Pemuda itu menekan tombol tersebut dan kekasihnya pun muncul di hadapannya. Kemudian pemuda itu pun berpikir, alangkah indahnya jika kami dapat menikah sekarang. Lalu ia pun menekan tombol itu lagi. Saat itu di hadapan matanya, munculah lokasi resepsi pernikahannya yang agung dan mewah, pemuda itu pun berjalan bersama kekasihnya di atas permadani merah. Tidak cukup sampai di sini, pemuda itu pun berpikir, alangkah bagusnya jika kami memiliki anak sekarang. Maka segala pemikirannya satu persatu telah menjadi kenyataan.

Dalam sekejap si pemuda telah mendapatkan apa yang dia inginkan, seperti istri, anak, rumah, dan karier. Tetapi ketika si pemuda melihat ke dalam dirinya, ia mendapatkan dirinya telah berubah menjadi tua renta. Karena selalu menuntut agar segala keinginannya segera menjadi kenyataan, banyak sekali hal-hal yang telah terlewatkan tanpa dia nikmati sebelumnya. Saat itu, dia baru menyadari bahwa dalam kehidupan ini menanti ternyata memiliki makna yang sangat besar. 

PENANTIAN MENINGKATKAN KEMAMPUAN MANUSIA UNTUK BERTAHAN DAN BERSABAR DALAM MENGHADAPI SEGALA COBAAN :)

Source       :   The Epoch Times/lin
Picture by   :   awin145.blogspot.com