Kisah Kisah Kita

Friday, March 30, 2012

BADAI PASTI AKAN BERLALU

“Baik…, saya akan bantu. Tagihan ini saya tahan dulu sampai ada informasi lagi. Tapi, kira-kira kapan bisa lunas? Bisa dilunasi dalam 2 minggu?” Tanya pemilik distributor bahan bangunan langganan.

Wah, pertanyaan yang sangat sulit dijawab untuk saat itu. “Belum berani janji sekarang pak, tapi 2 minggu lagi saya akan kasih kabar.” Rumitnya, saya sudah nggak punya uang sepeserpun, di kantong saja tinggal beberapa puluh ribu rupiah. Sama sekali nggak terpikir darimana bisa dapat uang untuk melunasi hutang-hutang termasuk ke beberapa supplier lain.

“Habislah, kali ini bener2 bangkrut!” pikir saya. Setelah itu saya segera pulang dengan membawa beban sebesar buah kelapa yang nempel di dada. Kejadian ini berawal dari proyek konstruksi rumah tinggal yang saya bangun beberapa waktu yang lalu. Proyek tersebut milik sebuah developer perumahan di pinggir Jakarta. Rumahnya sudah terbangun tapi ternyata developer tersebut mismanagement dan tidak mampu membayar kewajibannya kepada para kontraktor sesuai perjanjian. Dan…, kontraktor nggak mungkin menarik kembali material yang sudah jadi rumah, kalau dibongkar ya cuma dapat puing2.

Hidup selama beberapa bulan berikutnya seperti buronan dan menghindar dari hutang benar-benar sulit. Orang-orang yang bangkrut dan dikejar hutang biasanya pernah mengalami sindrom seperti ini:
• Dunia menjadi gelap, tidak peduli pagi atau siang.
• Setiap kali menarik nafas rasanya berat sekali, mirip judul komik “Bernafas Dalam Lumpur.”
• Tidur tidak nyenyak, sering mimpi buruk dan terbangun di pagi buta.
• Sepertinya semua teman dan saudara menghindar, takut dihutangi, dst
Persis itulah yang saya alami.

Hingga suatu malam, istri saya berkata “Badai pasti berlalu.” Saya termenung sebentar dan mulai berpikir bahwa memang nggak ada badai yang berlangsung sepanjang tahun. Setelah itu saya coba berpikir kemungkinan terburuk apa yang harus dihadapi? Bisa jadi masuk penjara. Tentunya saya akan mengalami situasi sulit dan keras, misalnya dikerjain sesama tahanan. Tapi kalau dipikir-pikir di penjara mungkin malah bisa punya waktu untuk membaca atau berlatih menulis dan juga mempelajari beberapa hal misalnya meditasi yang selama ini belum sempat dilakukan. Mungkin akan mendapat banyak teman-teman baru dari lingkungan penjara. Mungkin… ini, mungkin… itu. Setelah pikiran melayang kemana-mana hingga lelah, tertidurlah saya.

Bangun tidur keesokan harinya, saya menjadi lebih tenang dan perlahan-lahan otak mulai berpikir lebih jernih. Seperti mendapat vitamin penambah energi, saya menjadi siap menghadapi apapun yang akan terjadi, toh kemungkinan terburuk sudah saya bayangkan. Badai pasti berlalu dan saya harus siap menyambut hari yang baru. Lewat beberapa hari kemudian saya mulai bisa melihat beberapa peluang pekerjaan sambilan dan mulai timbul semangat merencanakan strategi melunasi hutang. Memang tidak mudah dan penuh perjuangan berat, tapi singkatnya setelah setahun lebih baru saya berhasil melunasi semua hutang.

Jika sedang menghadapi masalah berat, otak cenderung terbebani hal-hal negatif sehingga sulit sekali berpikir jernih. Maka otomatis peluang tidak akan terlihat, walaupun lewat di depan mata. Beberapa hal yang penting:
• Jangan ambil keputusan penting dalam situasi kalut, lebih baik tunda.
• Pikirkan kemungkinan terburuk, siapkan mental untuk menghadapi kemungkinan tersebut.
• Setelah tenang dan pikiran lebih jernih, bangun semangat positif untuk mulai bangkit.
• Rencanakan strategi baru, karena tidak ada orang lain yang bisa menolong kecuali diri sendiri.
• Bantu dengan doa.

BADAI PASTI BERLALU? IYA..PASTI!

Herman K
Director of SemutApi Colony
www.semutapi.com

Source        :   belajargagal.blogspot.com (benni surbakti)
Picture by    :  galaueurs.blogspot.com




Thursday, March 29, 2012

TELADAN GEORGE WASHINGTON

Dalam perang kemerdekaan Amerika Serikat, suatu hari satu batalyon pasukan US terjebak di sungai. Maka mereka memutuskan akan membuat jembatan darurat. Maka si Sersan yang memimpin regu pembangunan jembatan segera memerintahkan para prajurit untuk bekerja keras.

"Cepat! Cepat!" Kata si Sersan sambil berkacak pinggang di atas batu.

Pekerjaan itu terhambat ketika sebuah balok kayu besar sulit untuk di angkat. Maka si Sersan semakin garang. Dia mengayunkan tongkat komandonya. Memukul para prajurit dan berteriak :
"Bodoh! Cepat!".

Tiba-tiba dari kejauhan sekelompok penunggang kuda mendekat. Menyapa sang Sersan dan bertanya :

"Ada apa?"

Maka Sersan itu menceritakan kesulitan mendorong dan memindahkan balok kayu besar itu. Sang penunggang kuda segera turun dan bertanya :

"Boleh saya membantu?".

"Boleh" jawab sersan itu.

Maka sekarang dengan tambahan beberapa tenaga dari sang penunggang kuda dan teman-temannya balok itu terangkat, dipindahkan dan dipasang pada tempatnya.

Sang sersan berterima kasih atas bantuan dari sang penunggang kuda.

Maka jawab sang penunggang kuda : "Tidak masalah. Kalau butuh bantuan lagi hubungi saja saya ..." 

"Anda siapa?" Tanya sang sersan.

"Nama saya George Washington"

Alangkah malunya sang sersan karena George Washington adalah Komandan tertinggi pasukan kemerdekaan Amerika Serikat.

Dan sersan itu pun terdiam.

IYA..JADI PEMIMPIN ITU JANGAN CUMA BISA TERIAK-TERIAK..IKUTLAH MEMBANTU. KARENA KETELADANAN LEBIH MUDAH DIPAHAMI DARIPADA RIBUAN PIDATO :)

Source : wakrizki.net



SELANCAR ES

Pada suatu hari di awal bulan Desember, begitu terbangun kami menemukan betapa sempurna dan segarnya salju yang bertaburan.

“Ayolah, Bu, kita berselancar sehabis sarapan!” kata Erica, putriku yang berusia sebelas tahun, dengan nada memohon.

Siapa yang tahan dengan ajakan itu dalam situasi yang begitu menggoda? Maka tak lama kemudian kami berkemas dan langsung berangkat ke padang golf Lincoln Park, satu-satunya bukit di kota padang rumput kami yang bertanah datar.

Ketika kami tiba, bukit itu telah penuh dengan orang. Kendati pun demikian kami menemukan sebuah tempat terbuka bersebelahan dengan seorang lelaki tinggi kurus yang datang kesitu bersama putranya, kira-kira tiga tahun. Anak itu telah berbaring menelungkup di atas papan selancarnya, siap untuk diluncurkan.

“Cepat, Yah! Ayo!” serunya.

Lelaki itu memandang ke arahku. “Tidak keberatan kalau kami lebih dahulu?” tanyanya.

“Silakan saja,” kataku. “Kelihatannya putra Anda sudah tidak sabar.”

Dengan itu, ia mendorong anaknya kuat-kuat, maka meluncurlah anak itu! Tetapi, tidak hanya anak itu yang berangkat – sang ayah berlari mengejarnya dengan kecepatan penuh.

“Ia pasti takut anaknya bertubrukan dengan orang lain,” kataku pada Erica. “Sebaiknya kita juga berhati-hati.”

Dengan itu, kami meluncurkan selancar kami dan menukik menuruni bukit dengan kecepatan yang bisa mematahkan leher. Butir-butir salju beterbangan ke wajah kami. Sesampai di bawah, kami harus berguling melepaskan diri dari selancar agar tidak menubruk pohon elm besar dekat sungai, dan kami tertawa terbahak-bahak ketika harus meluncur pada punggung kami.

“Luar biasa,” kataku.

“Tapi, ya ampun, jauh sekali jalan ke atas!” seru Erica.

Sesungguhnya memang demikian. Waktu kami terengah-engah untuk kembali ke puncak, aku melihat lelaki tinggi kurus itu sedang menghela putranya, yang masih menelungkup di atas selancarnya, kembali ke puncak bukit.

“Enak sekali!” kata erica. “Maukah ibu berbuat yang sama untukku?”

Aku sudah kehabisan napas. “Enak saja! Terus jalan!” jawabku sambil tertawa.

Begitu tiba di atas, anak itu telah siap untuk bermain lagi.

“Ayo, ayo, Ayah!” serunya.

Sekali lagi, sang ayah menghimpun tenaga untuk mendorong putranya sekuat-kuatnya, kemudian mengejarnya menuruni bukit, dan setiba di bawah menghela lagi putra bersama selancarnya ke atas.
Pola ini berulang terus sampai lebih dari satu jam. Padahal, tanpa harus menghela Erica, pendakian bukit kecil itu sudah lebih dari cukup untuk menguras tenagaku.

Sementara itu, kerumunan orang di bukit telah menipis karena sebagian pulang ke rumah untuk santap siang.

Akhirnya, di sana hanya tinggal aku dan Erica, lelaki itu dan putranya, serta beberapa orang lain.

Dalam pikirannya pasti bukan hanya supaya putranya tidak tabrakan dengan orang lain, pikirku. Dan pasti, walaupun masih kecil, semestinya anak itu sesekali dapat menarik papan selancarnya sendiri ke puncak bukit. Tetapi, lelaki itu tidak pernah merasa lelah, dan sikapnya selama itu senantiasa cerah dan ceria.

Akhirnya, aku tidak tahan lagi untuk bertanya. Aku berpaling ke arah mereka dan berseru, “Hei, Anda kuat sekali!”

Lelaki itu menoleh dan tersenyum. “Ia menderita cerebral palsy,” ujarnya ragu-ragu. “Ia tidak bisa berjalan.”

Aku terkejut setengah mati. Kemudian aku sadar bahwa sejak kami mulai berselancar tidak sekali pun aku melihatnya bangkit dari papan selancar. Ia tampak begitu bahagia, begitu normal, sehingga tak terbayang olehku bahwa anak itu sebetulnya cacat.

Walaupun tidak mengetahui nama lelaki itu, aku menceritakan kisah itu dalam kolom surat kabarku pada pekan berikutnya. Entah ia sendiri atau kenalannya yang membaca artikel itu, yang jelas, tidak lama kemudian aku menerima surat berikut:

Dear Mrs. Silverman,

Tenaga yang saya kerahkan di bukit pada hari itu bukan apa-apa bila dibandingkan dengan yang harus dikerahkan oleh anak saya setiap hari. Bagi saya, dialah pahlawan sejati, dan suatu hari saya berharap dapat memiliki separuh saja dari ketangguhan yang telah lama dimilikinya.

(Robin L Silverman)

BERHENTI SEJENAK DAN MEMPERHATIKAN TAWA INDAH ANAK-ANAK BAHKAN MENYADARI SETIAP HEMBUSAN NAFAS MAKA KITA AKAN MENYADARI BEGITU BANYAK DETIL KEHIDUPAN YANG BEGITU INDAH DAN BISA DISYUKURI.

Source        :  kisahkasihdunia.wordpress.com
Picture by   :  squidoo.com



Monday, March 26, 2012

GADIS KECIL AYAH

"Maukah ibu memberitahu hal ini kepada ayah?"

Itulah bagian yang paling buruk yang pernah saya alami. Pada usia tujuh belas, saya harus memberitahu ibu bahwa saya hamil sebelum pernikahan. Lebih berat lagi, saya harus memberitahu hal yang sama kepada ayah. Ayah selalu menjadi pribadi yang memberikan keberanian dan kekuatan bagi saya dalam kehidupan ini.

Beliau selalu memandang saya dengan penuh kebanggaan, dan saya telah berusaha agar kehidupan saya selalu membanggakan beliau. Hanya sampai saat ini. Kini semuanya berantakan. Saya tidak akan menjadi gadis kecil ayah lagi. Ia tidak akan pernah memandang saya dengan cara yang sama lagi. Saya menghembuskan nafas berat dan bersandar pada bahu ibu untuk mendapatkan kenyamanan.

"Aku harus membawa engkau ke suatu tempat, sementara aku berbicara dengan ayahmu. Mengerti kenapa?"

"Ya, Bu." Karena ayah tidak akan dapat bangga lagi dan memandang gadis kecilnya, itulah alasannya. Saya pergi malam itu ke gereja dan bertemu dengan Pendeta, yang dengannya saya merasa aman pada waktu itu. Ia menguatkan dan menghibur saya, sementara ibu pulang ke rumah dan menelpon ayah di kantor untuk menyampaikan kabar buruk kehamilan saya.

Nampaknya seperti mimpi. Pada waktu itu saya merasa nyaman bersama Pendeta yang tidak menyalahkan saya. Kami berdoa dan berbicara, dan saya mulai menerima dan mengerti jalan yang harus saya hadapi. Lantas saya melihat kilatan cahaya lampu mobil di jendela gereja.

Ibu telah kembali dari rumah untuk menjemput saya pulang, dan saya tahu ayah ada bersamanya di mobil. Saya begitu takut. Saya berlari ke ruang tengah dan masuk ke kamar mandi, menutup dan menguncinya dari dalam. Pendeta mengejar saya dan menegur saya.

"Michelle, kamu jangan berlaku begini. Kamu harus menemui ayahmu cepat atau lambat. Ia tidak akan pulang kalau tidak bersamamu. Ayolah!"

"Oke, tetapi pak Pendeta menemani saya ya? Saya takut?"

"Tentu saja, Michele. Tentu!" Saya membuka pintu dan pelan-pelan mengikuti Pendeta kembali ke ruang tengah pastori gereja. Ayah dan ibu masih belum masuk ruangan. Saya membayangkan mereka masih duduk di mobil di luar, memberi kesempatan kepada ayah untuk mempersiapkan diri apa yang harus ia katakan atau perbuat. Ibu mengetahui betapa saya ketakutan. Bukan takut diteriaki atau dimarahi ayah. Saya tidak pernah merasa takut kepada ayah. Yang saya takutkan adalah kesedihan di matanya. Saya merasa bersalah karena ketika saya ada dalam kesulitan, saya tidak datang meminta dukungannya. Yang saya tahu saya bukan lagi gadis kecil ayah yang membanggakannya.

Saya mendengar derap langkah kaki di jalan menuju pintu gereja. Bibir saya mulai bergetar, airmata saya mulai menetes di pelupuk mata, dan saya bersembunyi di balik Pendeta. Ibu masuk lebih dulu, dan menoleh kepada saya dengan tersenyum tipis. Mata Ibu terlihat bengkak karena airmatanya, dan saya bersyukur saya tidak melihat ibu menangis di depan saya. Lalu, datanglah ayah. Ia tidak menyalami Pendeta, langsung bergegas kepada saya, merangkul saya, mendekap saya di dadanya sambil berkata, "I love you. Saya mengasihimu, saya mengasihimu. Saya mengasihi bayi di kandunganmu juga."

Ia tidak menangis. Tidak, itu bukan tipe ayah saya. Namun saya merasakan tubuh ayah bergetar. Saya tahu, ayah membutuhkan penguasaan diri yang besar agar dirinya tak menangis, dan saya bangga terhadapnya, dan berterima kasih kepadanya juga. Ketika ia mendorong saya dan memandang saya, nampak di matanya kasih dan kebanggaan itu. Bahkan pada saat sulit sekalipun.

"Saya menyesal, Ayah! Saya mengasihi Ayah."

"Ayah tahu. Mari kita pulang." Dan ke rumah kami pulang. Semua ketakutan saya lenyap. Masih akan ada penderitaan dan pencobaan yang bahkan saya tak dapat bayangkan. Namun saya memiliki keluarga yang kokoh dan penuh kasih yang saya tahu akan selalu ada di sana bagi saya. Lebih dari segalanya, saya masih tetap gadis kecil ayah. Diperlengkapi dengan kesadaran itu, tak ada gunung tinggi yang tak akan dapat saya daki dan tak ada badai yang tidak dapat saya lewati, bersama mereka. Terima kasih, Ayah!

(Kisah Michelle Campbell yang dimuat di Chicken Soup 1999)
 
DI DALAM KASIH TIDAK ADA KETAKUTAN. SEORANG AYAH YANG BAIK AKAN MENYELIMUTI ANAK GADISNYA DENGAN KASIH DAN MENGUSIR SEGALA KETAKUTAN. DALAM KEADAAN APAPUN BIARLAH KITA INGAT, HIS BANNER OVER ME IS LOVE! ITU CUKUP BAGI KITA :)

Source     : jesusinspires.blogspot.com
Picture by : amillavtr.wordpress.com

Sunday, March 25, 2012

DADDY'S DIARY

Ayah dan ibu telah menikah lebih dari 30 tahun, saya sama sekali tidak pernah melihat mereka bertengkar.

Di dalam hati saya, perkawinan ayah dan ibu ini selalu menjadi teladan bagi saya, juga selalu berusaha keras agar diri saya bisa menjadi seorang pria yang baik, seorang suami yang baik seperti ayah saya. Namun harapan tinggallah harapan, sementara penerapannya sangatlah sulit.

Tak lama setelah menikah, saya dan istri mulai sering bertengkar hanya akibat hal - hal kecil dalam rumah tangga. Malam minggu pulang ke kampung halaman, saya tidak kuasa menahan diri hingga menuturkan segala keluhan tersebut pada ayah.

Tanpa mengeluarkan sepatah kata pun ayah mendengarkan segala keluhan saya, dan setelah beliau berdiri dan masuk ke dalam rumah. Tak lama kemudian, ayah mengusung keluar belasan buku catatan dan ditumpuknya begitu saja di hadapan saya. Sebagian besar buku tersebut halamannya telah menguning, kelihatannya buku? Buku tersebut telah disimpan selama puluhan tahun.

Ayah saya tidak banyak mengenyam pendidikan, apa bisa beliau menulis buku harian? Dengan penuh rasa ingin tahu saya mengambil salah satu dari buku-buku itu. Tulisannya memang adalah tulisan tangan ayah, agak miring dan sangat aneh sekali, ada yang sangat jelas, ada juga yang semrawut, bahkan ada yang tulisannya sampai menembus beberapa halaman kertas. Saya segera tertarik dengan hal tersebut, mulailah saya baca dengan seksama halaman demi halaman isi buku itu.

Semuanya merupakan catatan hal-hal sepele, "Suhu udara mulai berubah menjadi dingin, ia sudah mulai merajut baju wol untuk saya."

"Anak-anak terlalu berisik, untung ada dia."

Sedikit demi sedikit tercatat, semua itu adalah catatan mengenai berbagai macam kebaikan dan cinta ibu kepada ayah, mengenai cinta ibu terhadap anak-anak dan terhadap keluarga ini. Dalam sekejap saya sudah membaca habis beberapa buku, arus hangat mengalir di dalam hati saya, mata saya berlinang air mata. Saya mengangkat kepala, dengan penuh rasa haru saya berkata pada ayah "Ayah, saya sangat mengagumi ayah dan ibu."

Ayah menggelengkan kepalanya dan berkata, "Tidak perlu kagum, kamu juga bisa."

Ayah berkata lagi, "Menjadi suami istri selama puluhan tahun lamanya, tidak mungkin sama sekali tidak terjadi pertengkaran dan benturan?

Intinya adalah harus bisa belajar untuk saling pengertian dan toleran. Setiap orang memiliki masa emosional, ibumu terkadang kalau sedang kesal, juga suka mencari gara - gara, melampiaskan kemarahannya pada ayah, mengomel. Waktu itu saya bersembunyi di depan rumah, di dalam buku catatan saya tuliskan segala hal yang telah ibumu lakukan demi rumah tangga ini. Sering kali dalam hati saya penuh dengan amarah waktu menulis kertasnya sobek akibat tembus oleh pena. Tapi saya masih saja terus menulis satu demi satu kebaikannya, saya renungkan bolak balik dan akhirnya emosinya juga tidak ada lagi, yang tinggal semuanya adalah kebaikan dari ibumu."

Dengan terpesona saya mendengarkannya. Lalu saya bertanya pada ayah, "Ayah, apakah ibuku pernah melihat catatan-catatan ini?"

Ayah hanya tertawa dan berkata, "Ibumu juga memiliki buku catatan. Dalam buku catatannya itu semua isinya adalah tentang kebaikan diriku. Kadang kala dimalam hari,menjelang tidur, kami saling bertukar buku catatan, dan saling menertawakan.. :) "

Memandang wajah ayah yang dipenuhi senyuman dan setumpuk buku catatan yang berada di atas meja, tiba - tiba saya sadar akan rahasia dari suatu pernikahan..yaitu :

"CINTA ITU SEBENARNYA SANGAT SEDERHANA..INGAT DAN CATAT KEBAIKAN DARI PASANGAN..DAN LUPAKAN SEGALA KESALAHANNYA"

Source : jesusinspires.blogspot.com

Friday, March 23, 2012

PENGORBANAN DALAM KASIH

Sepasang suami istri yang merupakan teman masa kecil. Ketika kecil, mereka mempunyai mimpi untuk suatu hari bisa menjelajahi dunia dan membangun sebuah rumah indah di atas tebing dekat air terjun. Setelah dewasa mereka menikah dan membangun sebuah rumah yang indah hasil kerja mereka berdua. Mereka saling mencintai dan menyayangi.

Meskipun sang suami hanya seorang penjual balon, mereka tetap saling mencintai. Mereka peduli satu sama lain. Bahkan mereka menabung bersama-sama untuk mencapai mimpi-mimpi yang mereka impikan dari kecil. Tapi seringkali uang tabungan itu dipakai untuk kebutuhan-kebutuhan mendesak.

Impian mereka seakan-akan pupus. Meski begitu, mereka tetap saling mencintai. Bahkan ketika dokter memvonis sang istri tidak akan bisa punya anak, sang suami mencoba menghiburnya. Meski tanpa kehadiran tangis anak-anak di dalam rumah mereka, pasangan itu tetap setia dan mengasihi satu sama lain. Mereka mendukung satu sama lain, menunjukkan cinta kepada pasangannya dalam kehidupan sehari-hari sampai usia mereka sudah tua.

Akhirnya sang istri sakit keras dan meninggal dunia duluan. Tinggallah sang kakek sendiri dengan impian untuk mewujudkan cita-cita masa kecil ia dan istrinya. Dengan rasa cinta pada istrinya, ia bertekad akan mewujudkan mimpi-mimpi istrinya suatu hari kelak.

Itulah gambaran kasih sejati dari seorang suami dan istri yang digambarkan secara bisu di awal film "UP". Meskipun tanpa teks, kita bisa tahu betapa besar cinta mereka berdua. Cinta sang suami kepada istrinya dan sang istri kepada suaminya. Bahkan sampai hingga mereka tua dan mati, cinta mereka tidak berkurang sedikitpun. Dan cinta seperti ini juga sudah jarang kita temui dalam kehidupan jaman sekarang ini.

Pada dasarnya sebuah keluarga bahagia adalah sebuah keluarga di mana setiap anggota keluarganya tahu posisi masing-masing dan berperan menurut kewajiban masing-masing. Mereka tidak saling melangkahi, tidak melenceng dari jalur yang semestinya. Tentunya semua itu dilandasi dengan penuh cinta kasih dan pengertian. Tidak ada sebuah keluarga harmonis tanpa cinta. Sebaliknya, banyak rumah tangga menjadi retak hanya karena sang istri tidak memahami sang suami ataupun sang suami terlalu cuek dengan istrinya. Intinya, belajarlah mengasihi.

Kasih tanpa pengorbanan adalah seperti perkataan tanpa perbuatan. Di film "UP", sang suami berusaha mati-matian untuk membawa rumah mereka ke atas tebing yang dimaksud, hanya untuk memenuhi harapan impian almarhum istrinya. Bahkan ketika sang suami harus berhadapan dengan musuh dan berbagai halangan.

MENCINTAI TIDAKLAH MUDAH..BUTUH PENGORBANAN UNTUK SIAPA YANG KITA CINTAI.

Source       :  jesusinspires.blogspot.com
Picture by  :  chicilialinda.wordpress.com

Monday, March 19, 2012

GARFIELD FROM OHIO

Dalam sebuah gubuk di perbatasan Ohio hidup seorang janda melarat bersama anak laki-lakinya yang berusia 18 bulan. Anak itu tumbuh subur dan beberapa tahun kemudian, ia sudah harus menebangi kayu dan menanami sejengkal tanah dalam hutan yang dimiliki ibunya.

Walau demikian, ia selalu menyediakan waktu untuk belajar. Setiap jam ia gunakan untuk belajar dari buku-buku yang dipinjamnya karena tidak mampu membelinya.

Ketika berusia enam belas tahun, dengan senang hati ia bekerja sebagai seorang pengembala keledai di sepanjang kanal. Tak lama kemudian ia menerima pekerjaan baru sebagai seorang tukang sapu dan membunyikan lonceng di sekolah untuk membiayai sekolahnya.

Tahun pertama di Geanga Seminarie, ia cuma memperoleh 17 dolar. Lalu ia bekerja pada seorang tukang kayu dengan bayaran 1 dolar seminggu. Malam hari, bila sedang libur, ia bekerja lembur. Ia datang pada hari Sabtu untuk menerima bayaran 1 dolar dan 2 sen. Musim dingin selanjutnya ia mengajar dengan gaji 12 dolar.

Tak lama kemudian ia belajar di William College dan berhasil lulus dengan gelar cum laude. Ia adalah seorang lawyer, menjadi state senator of Ohio (1859 - 1861). kemudian menjadi anggota US Congres selama 9 periode.

James A. Garfield akhirnya menjadi Presiden Amerika Serikat.

Teladannya merupakan sumber inspirasi bagi siapa pun yang memulai hidupnya dari dasar.

KEADAAN YANG SULIT BUKAN SUATU ALASAN UNTUK TIDAK MERAIH SUKSES.

Source       : ayunaja.com
Picture by  : researchhistory.org

Sunday, March 18, 2012

LEGENDA BUNGA MAWAR

Dahulu pohon mawar hanya terdiri dari daun hijau yang lebat dan tidak berbunga. Lalu kenapa sekarang bisa berbunga dengan cantik? Ada sebuah cerita yang sangat mengharukan.

Dahulu kala, di perkampungan bunga mawar, ada sebuah gunung. Di atas gunung ada sebuah sumber air, mereka menamakannya “sumber air emas”, dan puncak gunung ini diberi nama “Gunung Air” .

Di kaki Gunung Air ini ada sebuah desa. Di desa ini hiduplah seorang pemuda dan pemudi yang hidup serba susah. Si pemuda bernama Liu Lang yang sudah yatim piatu. Saat kedua orang tuanya meninggal, mewariskan sebuah kampak. Sumber hidupnya mencari kayu di hutan.

Si pemudi bernama Chui Yin. Ketika orang tuanya meninggal mewarisinya sebuah cangkul dan sebuah bakul, mata pencahariannya adalah mencari obat-obat rumput di hutan.

Mereka berdua setiap sore pulang dari hutan. Si pemuda memikul kayu dan yang pemudi memikul obat-obat rumput. Mereka berdua selalu saling menjaga, saling memperhatikan dan saling mencintai. Tidak berapa lama kemudian mereka menjadi sepasang suami istri.

Pada suatu hari Liu Lang sedang mencari kayu dibagian barat gunung sedangkan Chui Yin mencari obat-obat rumput di sebelah timur.

Setelah memotong kayu Liu Lang merasa kelelahan dan tertidur diatas kayunya. Ia bermimpi. Dalam mimpinya tercium aroma bunga yang sangat harum. Dia lalu bangkit dan mengikuti aroma bunga itu. Setelah berjalan beberapa saat di melihat sebuah pintu berbentuk bulan sabit.

Dia berpikir, sejak kecil saya telah mengeliling seluruh Gunung Air ini, tetapi tidak pernah melihat ada sebuah taman. Terdorong rasa penasaran dia mendorong pintu. Setelah pintu terbuka dia sangat terkejut, dibalik pintu itu adalah sebuah taman yang besar.

Di dalam taman ini ditumbuhi berbagai jenis bunga yang sangat indah, hembusan angin disini penuh dengan aroma bunga yang wangi semerbak. Dia tidak tahu bahwa taman bunga ini adalah milik Dewi Ibunda Ratu di langit.

Setiap tahun di bulan Mei ketika seluruh bunga bermekaran, Dewi Ibunda Ratu selalu membawa peri-peri turun dari langit datang ketempat ini bertamasya sambil menikmati panorama ditaman bunga ini.

Liu Lang sepanjang jalan menikmati pemandangan ini sambil memuji, tidak terasa dia telah berada ditengah taman bunga, dia melihat ada sebuah pot bunga besar yang terbuat dari Kristal.

Di dalam pot kristal ini tumbuh sejenis bunga. Kelopak bunga ini sangat cantik berwarna merah menyala sangat menarik. Bunga ini sangat mirip dengan Chui Yin ketika dia tersenyum, sayang bunga yang sangat cantik ini hanya tumbuh 1 kuntum saja,.

Liu Lang memperhatikan bunga ini dengan cermat.
"Oh…. Bukankah ini bunga mawar? Seluruh Gunung Air penuh dengan pohon mawar, tetapi tidak pernah berbunga, kenapa pohon mawar disini dapat berbunga? Berbunga dengan sangat cantik. Oh ya saya akan memetik bunga ini membawa pulang menghadiahkannya kepada adik Chui Yin, dia pasti akan sangat senang," ujarnya lirih.

Liu Lang memetik bunga mawar ini, ketika membalikkan badan akan meninggalkan tempat itu, dia melihat ada 2 orang prajurit dari langit yang memakai baju besi. Salah seorang yang memegang tombak menghardiknya.

”Hai… Sungguh berani manusia dari bumi, berani memetik bunga dari surga!”
Setelah berkata demikian menangkap Liu Lang membawanya pergi.

Sedangkan ditempat yang lain, Chui Yin ketika hendak pulang tidak bertemu dengan Liu Lang. Dia lalu segera naik kepuncak gunung mencarinya, ketika sampai di puncak dia mendengar suara Liu Lang.

”Adik Chui Lin, saya berada disini,” terdengar teriakan Liu Liang.

Ketika Chui Yin mengangkat kepalanya melihat, terlihat kedua tangan Liu Lang terikat dibelakang, disampingnya ada dua orang prajurit sedang berdiri ditepi jurang. Melihat keadaan ini Chui Yin dengan terisak lari menuju ketempat Liu Lang. Kedua prajurit dari langit segera menghardik.

”Dia melakukan kesalahan besar, berani memasuki taman bunga Dewi Ibunda Langit, dan memetik bunga mawar dari surga yang hanya sekuntum saja. Sekarang kami akan membawa pergi, dia akan menerima hukumannya yaitu kerja paksa seumur hidupnya,” kata prajurit itu.

Mendengar perkataan kedua prajurit dari lari, Chui Yin menjadi panik, sambil menangis dia memohon :”Saya mohon jangan bawa dia pergi, kembalikan abang Liu Lang saya.” Dengan senyum mengejek kedua prajurit ini berkata :”Ha…ha…ha.. kembalikan abang Liu Langmu, boleh saja, jika seluruh Gunung Air ini bisa dipenuhi bunga mawar yang bermekaran?” setelah berkata demikian, prajurit yang memegang tombak mengangkat tombaknya menunjuk ke jurang terlihat sebuah kilat menyambar Chui Yin..melihat hal itu Chui Yin jatuh pingsan.

Entah sudah berapa lama dia tidak sadar. Ketika tersadar dia memandang keatas gunung, Liu Lang sudah tidak berada disana. Teringat hal itu dia menangis lagi.

Chui Yin adalah seorang yang sangat pengasih dan pemberani. Berharap untuk membuat Liu Lang bisa pulang dan membuat pohon mawar di seluruh gunung ini bisa berbunga, setiap malam ketika bintang bersinar dengan gemerlap dia akan naik kegunung mengambil seember demi seember air, di sumber air emas dan menyirami seluruh pohon mawar yang ada digunung itu,.

Sampai tengah malam dengan kecapekan dia pulang ke rumahnya. Di perjalanan batu-batu tajam membuat kedua telapak kakinya terluka berdarah, duri-duri pohon mawar melukai seluruh badannya. Keringat bercucuran dan kaki berdarah, keringat bercampur darah menetesi setiap jalan di gunung ini.

Setelah 10 kali musim semi berlalu, hari ini ketika Chui Yin hendak naik ke gunung, ketika membuka pintu rumahnya hendak keluar, Wah! Terlihat seluruh gunung penuh dengan bunga merah segar yang bermekaran, seperti barisan semut, seperti nyala api. Bunga mawar seluruhnya bermekaran! Dengan gembira Chui Yin memetik sekuntum bunga mawar sambil lari ke atas gunung . Dia berteriak dengan gembira.

”Abang Liu Lang.. abang Liu Lang seluruh bunga mawar sudah bermekaran,” teriaknya.

Dia lari ke puncak gunung dan berteriak ke jurang, pada saat itu sebuah suara petir berbunyi dengan keras. Seberkas cahaya yang sangat menyilaukan mata dan terlihat sebuah bayangan orang, ketika Chui Yin membuka matanya melihat dengan jelas. Dia melihat Liu Lang yang dirindukannya siang dan malam berdiri didepannya.

Dia jatuh ke pelukan Liu Lang dengan bahagia. Liu Lang meraba seluruh badan Chui Yin yang penuh luka, hatinya sangat sakit, air mata menetes tidak berhenti bagaikan kalung mutiara yang putus talinya. Menetes jatuh ke wajah Chui Yin dan bunga mawar yang bermekaran.

Setelah itu setiap musim semi, di gunung ini bunga mawar akan bermekaran sangat indah. Untuk memperingati sepasang suami istri yang berjasa membuat bunga mawar ini bermekaran, akhirnya penduduk setempat menamakan gunung sebagai Gunung Chui Yin, dan menamakan Sumber air Emas ini sebagai Sumber Air Liu Lang, dan mendirikan sebuah menara untuk memperingati mereka berdua.

Setelah Liu Lang dan Chui Yin meninggal mereka menjelma menjadi dewa dan dewi. Di atas langit sebagai dewa yang mengurus bunga, mengurus seluruh bunga yang tumbuh di muka bumi ini. Setiap tahun ketika bunga mawar bermekaran digunung ini mereka akan turun ke bumi menikmatinya. Di malam yang sunyi mereka berdua akan berdiri diatas menara menikmati pemadangan bunga yang indah ini.

JALAN MENUJU KEBAHAGIAAN ITU TIDAK DITABURI BUNGA MAWAR YANG HARUM..MELAINKAN PENUH DURI DAN PAHIT :)

Source       :  A Little Truth of Life (kaskus.us/showthread.php)
Picture by  :   micheleshaw.blogspot.com

Friday, March 16, 2012

SMALL ACTION CAN CHANGE SOMEBODY'S WORLD

Aku bernama Jake. Perawakanku kurus dan tidak menarik. Sejak kecil aku selalu menjadi bulan-bulanan kejahilan teman-temanku di sekolah. Setiap jam istirahat aku selalu diganggu. Untuk pelajaran sekolah pun aku tidak begitu mampu. Kebiasaan seperti ini sudah kualami sejak duduk di bangku SD sampai SMA. Seolah-olah teman-temanku hanya menganggapku objek keisengan mereka.

Masuk universitas, aku diterima di salah satu universitas nasional. Di sana, aku termasuk golongan minoritas. Maklum, itu adalah universitas untuk mayoritas golongan kulit hitam. Tak banyak teman juga. Hanya sekedar mengobrol dan berbicara kalau ada perlu.

Aku kesepian sekali... Sangat kesepian. Seolah tidak ada seseorang yang memperhatikanku.

Suatu hari ketika dalam perjalanan pulang dari kampus (biasanya aku naik kereta bawah tanah), aku duduk di sebelah seorang pemuda yang seusiaku. Kami mengobrol lama, dan saling berkenalan satu sama lain. Namanya Rommy. Mulanya kami hanya mengobrol tentang cuaca dan masalah sosial. Ternyata orangnya asyik juga diajak mengobrol.

Hari demi hari berikutnya setiap aku pulang kuliah selalu bertemu dengannya di gerbong kereta. Lama kelamaan kami pun berteman baik. Kami mulai saling menceritakan pengalaman hidup kami satu sama lain. Kami mulai berbagi cerita-cerita yang membangun. Kami mulai bersahabat.

Rommy adalah seorang pemuda yang luar biasa bagiku. Di usianya yang semuda ini ia sudah menjabat sebagai seorang manajer di sebuah perusahaan kecil. Pemasukan minimalnya lima kali lipat dibandingkan dengan uang sakuku per bulannya. 

Kami mulai bersahabat. Ke mana-mana selalu bersama-sama. Di hari ulang tahunnya, kuberi ia kejutan kecil dengan mengumpulkan teman-temannya. Di hari ulang tahunku, ia membuat sebuah pesta surprise yang luar biasa. Semenjak aku bertemu dengan Rommy, aku merasa duniaku kembali hidup lagi. Akhirnya aku memiliki seseorang yang memperhatikanku dan memperdulikanku. Akhirnya aku mempunyai seorang sahabat!

Suatu hari aku kemping di luar kota bersama Rommy. Kami menyetir mobil dan tiba di bumi perkemahan pukul tiga pagi. Capek di perjalanan. Tanpa pikir panjang kami mendirikan kemah dan langsung berbaring untuk tidur. Cuaca pagi di pegunungan dingin sekali. Tanpa pikir panjang, dengan tubuh lelah dan capek, saya langsung memejamkan mata.

Saat saya baru saja mau terbang ke alam mimpi, tiba-tiba aku merasakan ada seseorang yang menyelimuti tubuh saya dengan selimut. Setahuku, selimut yang dibawa hanya ada satu. Dan sekarang Rommy memberikannya kepadaku. Aku membuka mataku sedikit, mengintip. Rommy tidur hanya mengenakan jaket dan celana panjang!! Padahal cuaca di luar sana sangat dingin!!

Malam hari itu, aku menangis terharu dalam hati. Selama usia hidupku aku belum pernah mengenal seseorang yang seperti Rommy. Inilah pertama kalinya dalam hidupku aku mengenal seseorang yang begitu memperhatikanku.. Inilah pertama kalinya aku merasakan kasih sayang seorang kakak. Dan inilah pertama kalinya aku menyadari adanya seorang sahabat sejati dalam hidupku.

Dan karena tindakannya yang sederhana itu, malam hari itu berkomitmen, aku akan memberikan semua yang terbaik kepadanya, seorang sahabat yang sangat mengasihi aku dan seseorang yang benar-benar menganggapku teman.

Sebuah tindakan kecilmu akan bisa mengubahkan dunia seseorang. Sebuah tindakan kecil dari Rommy yang hanya memberikan selimutnya kepada Jake membuat Jake merasa dirinya berharga dan mempunyai seorang sahabat dalam hidupnya. Padahal Jake sebelumnya adalah seorang pemuda dengan rasa percaya diri rendah dan hampir-hampir tidak punya teman. Dengan sebuah tindakan kecil dari Rommy, Jake merasa bergairah kembali.

Tindakan kecil Anda apakah yang bisa mengubahkan dunia seseorang? Apakah Anda sudah memberikan tindakan kecil yang positif terhadap seseorang hari ini? Menyalakan komputer untuk teman seruangan Anda yang sedang hamil bisa menjadi sebuah tindakan kecil. Mengambilkan sapu tangan yang terjatuh untuk seorang teman juga bisa.

Jadi...Mulailah memberikan tindakan kecil positif untuk sesama Anda. Karena Anda juga bisa mengubahkan dunia seseorang.

MAYBE YOU ARE ONLY SOMEONE IN THIS WORLD...BUT FOR SOMEONE, MAYBE YOU ARE HIS/HER WORLD :)

Source        : jesusinspires.blogspot.com
Picture by   :  in.com

Thursday, March 15, 2012

TIDAK AKAN SIA-SIA

Kengerian mencekam saat Perang Dunia I berlangsung. Seorang tentara yang berjuang di medan perang melihat satu per satu temannya berguguran. Terperangkap di antara tembakan peluru yang melewati kepalanya, ia meminta letnannya untuk memberinya ijin supaya ia dapat pergi ke tengah medan perang dan membawa pulang seorang temannya yang sedang berperang di sana.

“Silakan,” kata letnan tersebut, “tapi kupikir kamu hanya akan sia-sia ke sana. Temanmu itu mungkin sudah mati dan kamu hanya membahayakan dirimu.” Kata-kata sang letnan tidak dihiraukan dan tentara itu tetap pergi.

Secara ajaib tentara itu menemukan temannya, memapahnya dan membawanya kembali ke markas. Ketika mereka tiba di markas, letnan tersebut langsung menghampiri mereka dan memeriksa teman tentara itu. Dengan pandangan iba, letnan tersebut berkata,

“Sudah kukatakan sia-sia saja. Temanmu ini sudah meninggal, dan kamu sendiri terluka parah.”

“Tidak sia-sia, pak,” jawab tentara itu.

“Apa maksudmu? Tidak sia-sia?”, respon letnan, “Temanmu ini sudah mati!”

“Pak,” tentara itu menjawab, “Tidak sia-sia aku mencarinya. Dan ketika aku menemukannya, dia masih hidup, dan aku sangat puas ketika mendengar ia mengatakan.. “James, aku tahu kamu akan datang mencariku.”

A TRUE FRIEND REACHES FOR YOUR HAND AND TOUCHES YOUR HEART :)

Source      : jesusinspires.blogspot.com
Picture by  : funny-facts-finder.com

Wednesday, March 14, 2012

AYAH SI KORBAN

Kecelakaan mobil terjadi di sebuah kota kecil. Banyak orang mengerumuni korban sehingga wartawan surat kabar tidak dapat menerobos untuk melihat korban dari dekat.

Ia mendapatkan ide. "Saya ayah korban!!" ia berseru. "Saya minta jalan."

Kerumunan itu membiarkan dia lewat, sehingga ia dapat memotret korban kecelakaan itu..dan menemukan yang membuat dia malu..ternyata korbannya adalah seekor keledai.
 

Source      :  A Little Truth of Life
                     (kaskus.us/showthread.php)
Picture by  :   desarajek.wordpress.com

Monday, March 12, 2012

TOLONGLAH DIRI ANDA SENDIRI

Seorang pemuda miskin yang lapar duduk santai di atas sebuah jembatan mengamati sekelompok nelayan. Ketika melihat keranjang yang berisi ikan-ikan hasil tangkapan mereka, pria itu bergumam :

"Ah, seandainya saya memiliki ikan sebanyak itu, hidup saya tidak akan seperti ini". "Saya akan menjualnya untuk membeli pakaian dan makanan".

Tiba-tiba seorang nelayan menghampiri pemuda tersebut dan berkata...

"Saya akan memberikan sejumlah ikan kepada Anda bila Anda mau sedikit membantu saya".

"Tentu" jawab si pemuda.

"Tolong jaga tali pancingan ini sebentar". "Ada keperluan yang harus saya bereskan di ujung jalan sana," lanjut nelayan itu.

Sang pemuda dengan senang hati menerima tawaran tersebut. Sewaktu ia menjaga pancingan nelayan itu, ikan-ikan mulai menggigiti umpannya, dan ia pun mulai menangkap ikan-ikan tersebut. Dalam sekejap, ia mulai tersenyum lebar, menikmati aktifitasnya.

Ketika si nelayan kembali ia pun berkata :

"Saya memberikan kepada Anda ikan-ikan yang telah saya janjikan".

"Ini, ambillah semua ikan yang telah Anda tangkap". "Tetapi saya juga akan memberikan sedikit nasihat bagi Anda".

"Lain kali, saat Anda memerlukan sesuatu, jangan menghabiskan waktu Anda dengan berkhayal dan berharap bahwa Anda akan mendapatkannya."

"Sibukkanlah diri Anda, lemparkan tali pancing Anda sendiri, dan buatlah impian Anda menjadi kenyataan".

BERKHAYAL DAN BERMIMPI ITU WAJAR DAN BOLEH-BOLEH SAJA..TAPI KHAYALAN DAN IMPIAN KITA ITU AKAN SIA-SIA BILA KITA TIDAK BERUSAHA UNTUK MERAIHNYA!
 

Source      :  jengpeniimoet.blogspot.com
Picture by  :  memorimia.wordpress.com

Sunday, March 11, 2012

SETANGKAI MAWAR BUAT ENGKONG

Sesama pasien kanker itu saling menguatkan hati. Yang lebih menakjubkan, mereka berusaha “menghidupkan” orang-orang sehat di sekitarnya.  

Jantungku berdegup kencang tatkala membuka sebuah gulungan kertas koran. Dengan sangat hati-hati  kubuka lembar demi lembar kertas itu. Bukan takut tulisannya terobek, tetapi benda yang ada di dalamnya harus kusentuh pelan-pelan. Takut ikut terkelupas. Biasa saja barang itu. Cuma setangkai mawar berwarna pink. Tapi ini bunga pesanan Isna, tamu istimewa di hatiku.

Siapa Isna? Ya, dia adalah Isnaeni, gadis cilik umur 6,5 tahun. Ayahnya kuli bangunan. Anak ini menderita leukemia jenis ALL-HR (Acute Lymphoblastic Leukemia-High Risk). Di akhir hidupnya, tim dokter dari Divisi Hematologi-Onkologi Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) angkat tangan. Tak ada lagi obat yang bisa menyembuhkannya.

Akhirnya Isna hanya dirawat di rumahnya di Kelurahan Pejaten Timur, Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Tentu dengan dibekali obat-obatan anti rasa nyeri. Awalnya dulu, dia berobat di Rumah Sakit Pasar Rebo awal Januari 2009, kemudian dirawat di Rumah Sakit Budi Asih, lalu dirujuk ke RSCM.

Saat memesan mawar itu, Isna masih dirawat di RSCM, Desember 2011. Dia ingin memberikan untuk tamu spesialnya yang datang khusus dari Perth, Australia Barat, James B Lumenta. Di usianya yang ke-72 tahun dan menderita kanker liver, James sangat antusias mengunjungi Isna yang dirawat dengan fasilitas keluarga miskin (Gakin).

Pertemuan itu memang terasa istimewa dan sangat ditunggu oleh James dan Isna. Jauh hari James sudah menyiapkan oleh-oleh dari Perth. Ada cokelat, topi rajut, dan boneka. Sementara Isna menyiapkan setangkai mawar. Tak ada yang menyuruh. Anak yang belum sempat masuk kelas I sekolah dasar (SD) ini spontan ingin memberi mawar.

“Isna pengen mawar pink buat Engkong JBL. Tapi di rumah sakit enggak ada mawar, ya?” katanya sambil tertawa, beberapa hari sebelum pertemuan itu. Engkong JBL adalah sebutan Isna untuk James B Lumenta.

Sore itu tiba-tiba saja Isna terpikir mawar pink ketika mewarnai gambar kembang-kembang di bukunya.
Aku yang merasakan “letupan” Isna, langsung membelikan mawar itu. Dan jadilah, setangkai mawar diberikan Isna buat “Engkongnya”.

James dan Isna. Dua orang yang sedang bergelut melawan kanker yang menggerogoti tubuh mereka ini saling menghibur dan menguatkan. Padahal sekitar lima bulan lalu mereka belum saling kenal. Dua insan ini pun bagaikan bumi dan langit. Isna anak seorang kuli bangunan yang  penghasilan rata-ratanya per hari Rp 40.000. James adalah pengacara bidang hak kekayaan intelektual (HKI) dengan domisili di Perth.

Secara kebetulan mereka “dipertemukan” oleh tetangga Isna, bernama Sari, yang sedang mencarikan bantuan buat pengobatan Isna. Biaya kanker yang sangat tinggi jelas tak terjangkau untuk seorang Isna.

Sementara James, sedang “menunggu kiriman” pasien kanker miskin dari Tuhan yang bisa dibantunya.
James memang kini mengabdikan diri di bidang kemanusiaan melalui Yayasan Pelayanan Kasih (YPK), dengan organ di bawahnya Crisis Center Yayasan Pelayanan Kasih (CCYPK), yang khusus mendampingi pasien kanker dari keluarga tak mampu, serta Balai Pengobatan Umum (BPU) yang melayani pengobatan murah bagi masyarakat sekitar Kelurahan Cisarua, Bogor.

Obsesi James menyisihkan sebagian hartanya untuk kemanusiaan itu muncul sejak dia divonis menderita kanker pada 1997.

Selain merogoh kocek pribadi untuk menolong pasien-pasien kanker dari keluarga miskin, James juga menggaet beberapa relasinya supaya ikut merasakan kepenuhan hidup setelah memberikan tali kasih kepada sesama yang membutuhkan.

Ternyata niat baik yang ditanam James membuahkan kebaikan pula. James yang sedang mengalami depresi dan frustrasi menghadapi penyakitnya, mendapat “obat” si kecil Isna. Begitu juga Isna, ketika sel kankernya menyebar tak terkendali di tubuhnya, ia memperoleh “obat” Engkong JBL.

Di luar dugaan James, ternyata Isna suka bercanda, melucu, ceplas-ceplos, dan cerdas. Spontanitas dan kelucuannya mendatangkan kegembiraan bagi James yang memiliki jiwa keras dan disiplin tinggi.

“Cokelat dari Engkong dihabisin Bapak,” kata Isna spontan. Bibirnya jadi makin manyun.  Tentu saja James tertawa dibuatnya. “Mama juga. Isna di rumah sakit, mama yang gemuk,” gerutu Isna. Maklum, setiap usai kemoterapi Isna tidak doyan makan. Lidahnya mati rasa, mulutnya sariawan. Maka dilahaplah jatah makannya dari rumah sakit oleh sang ibu.

Isna juga suka bernyanyi sambil jingkrak-jingkrak, membuat semua orang termasuk para dokter dan perawat tertawa gembira. Pernah suatu kali dia menyanyikan lagu buat James lewat telepon genggam.

Ku tak percaya kau ada di sini.
Menemaniku di saat dia pergi.
Sungguh bahagia kau ada di sini.
Menghapus semua sakit yang kurasa.
Mungkinkah kau merasakan.
Semua yang ku pasrahkan.
Kenanglah kasih.

Mendengar suara anak kecil menyanyikan lagu Vierra “Rasa Ini”, James tak bisa menyembunyikan tawanya. Tawa lepas yang “langka” bagi seorang James B Lumenta yang detailis dan sangat serius.

Aku sendiri tak pernah menyangka bahwa ikatan emosi di antara kedua insan ini saling menguatkan. Pernah suatu kali Isna menulis “surat” di buku tulisnya. “Engkong JBL pergi ke Bali, ajak Isna dong.”

Kalimat ini mengungkapkan betapa Isna mendambakan seorang figur pengayom. Dan memang, apa pun yang dimintanya dikabulkan oleh James. Ingin handphone dibelikan dengan fitur lengkap, mau video portable dibelikan di Australia, minta film anak-anak pun dibelikan semua.

Saat tulisan ini kususun, Jumat 3 Februari sekitar pukul 20.00, Isna “pulang” ke rumahnya yang kekal. Dia pergi dengan tenang, nyaman, tanpa mengeluh kesakitan. Hanya saja ia sempat sesak napas.

Mendapat kabar ini, James menulis lewat BlackBerry:  “Our times are in God’s hand, how could we wish or ask more? For He who has our pathway planned, will guide us till our journey is over…"

IYA..WAKTU KITA BERADA DI TANGAN TUHAN..BAGAIMANA MUNGKIN KITA BERHARAP ATAU MEMINTA LEBIH BANYAK? DIA YANG TELAH MERENCANAKAN JALAN KITA..AKAN MEMBIMBING KITA SAMPAI AKHIR PERJALANAN... :)

Source : Wahyu Dramastuti (sesawi.net)

Friday, March 9, 2012

KADANG AKU RINDU PERTENGKARAN ITU

Begitulah penuturan polos dan jujur seorang ibu yang sudah mengarungi hidup berkeluarga dengan suaminya sekitar 13 tahun. Ia menguraikan saat-saat indah dan moment yang tak terlukiskan dengan kata-kata. Ia juga tidak malu mengungkapkan saat-saat buruk, bahkan sangat memprihatinkan yang ia alami dengan suaminya yang membuat bahtera itu hampir kandas. Namun, di saat harapan itu masih menggema dan keinginan itu masih ada, semua hantaman ombak dan hempasan badai itu berlalu dan berganti dengan indah pada waktunya.

Satu ungkapan manis yang ia untaikan yakni, meminta maaf dan memaafkan. Ini selalu mengalir setiap kali mereka bertengkar dan bersoal jawab bahkan saat emosi membara. Rupanya sebelum menikah mereka telah membuat kesepakatan dan komitmen, untuk selalu  mengenang “masih indah dan penuh memori”..setiap kali mereka bertengkar. Ini menjadi kekuatan dahsyat bagi mereka untuk melihat yang baik, paling baik dan terbaik yakni meminta maaf dan memaafkan. Ini sudah berlangsung bertahun-tahun.

Kini meminta maaf dan memaafkan seperti sudah menjadi kebutuhan untuk mereka berdua. Sekarang, saat penuh perdamaian dan penyatuan dua pihak yang sakit hati, menjadi bagian dari diri dan hidup mereka. Mereka merasa kalau tidak minta maaf dan memaafkan dalam waktu tertentu, seperti merasa ada yang kurang dan belum lengkap, apalagi akhir dari moment itu selalu diakhiri dengan pelukan manis, indah damai dan teduh . Maka sang ibu mengatakan, “Aku rindu pertengkaran itu.”  Aku ingin meminta maaf dan suami memaafkan, atau sebaliknya. Aku rindu pelukan maaf  itu dan dekapan pengampunan itu.

Sahabat..saya tidak memaksa anda untuk seirama dengan ibu ini, rindu akan pertengkaran. Yang mau saya hantarkan ialah, bahwa pernikahan bukan berarti semuanya otomatis. Lewat pernikahan bukan berarti kebahagiaan itu otomatis menjadi milikmu. Perjuangan tetap harus dilanjutkan. Pemurnian kasih dan pembaharuan janji nikah masih harus diintensifkan. Pernikahan tidak akan menghapus perbedaan, tetapi justru menerima perbedaan itu adalah salah satu aspek keindahan dari pernikahan.

Maka ingatlah, ketika anda mengatakan Ya , itu berarti untuk seumur hidup, dalam suka dan duka. Kesatuan itu kadang goyah karena perbedaan prinsip. Kadang cinta itu diolengkan ombak dan dihempas badai karena salah paham, salah pengertian dan bahkan karena pihak ketiga. Maka, kesiapan dan keinginan untuk melihat yang baik, paling baik dan yang terbaik, yakni masa depan yang indah, dan membawa bahtera itu sampai ketujuan, sesuai dengan janji nikah, harus ditanamkan dalam hati.

Karena memang meminta maaf, memaafkan dan memperbaiki diri serta komitmen perlu dan bahkan sangat mutlak dalam hidup berkeluarga. Yakinlah ketika anda mau meminta maaf dan juga bersedia memaafkan, bahtera itu akan makin kuat. Dan akhirnya juga anda akan mengatakan, “Aku rindu pertengkaran itu.”  Ini bukan berarti kita menghendaki pertengkaran, tetapi lewat pertengkaran itu ada maaf yang mengalir dan akhirnya bahtera itu makin kuat, kokoh dan tegar. Semoga.

IYA..MEMINTA MAAF..MEMAAFKAN DAN MEMPERBAIKI DIRI SERTA KOMITMEN PERLU DAN BAHKAN SANGAT MUTLAK DALAM HIDUP BERKELUARGA :)

Source : Romo Yosafat Ivo OFM Cap (sesawi.net)

Thursday, March 8, 2012

BERKAT KERJA KERAS..BUKAN KARENA CINCIN AJAIB

Cerita Rakyat Jerman

Pak Volker adalah seorang petani. Ia menggarap ladangnya dari subuh sampai matahari terbenam. Tapi hidupnya tetap kekurangan. Suatu hari, ketika sedang istirahat disamping alat bajaknya, ia dihampiri oleh seorang pengemis tua yang berjalan tertatih-tatih meminta sedekah. Pak Volker memberinya bekal makan siangnya. Pengemis tua itu pergi sambil mengucapkan terima kasih.

Sebelum meneruskan perjalanan, pengemis itu berkata,”Jalanlah lurus ke timur. Lusa, kau akan ketemu sebatang pohon pinus yang lebih tinggi dibanding pohon-pohon sekitarnya. Tebanglah pohon itu. Kau akan mendapatkan peruntungan yang besar.”

Begitu si pengemis tua itu hilang dari pandangan, Pak Volker memungut kapaknya dan berangkat ke arah yang ditunjukkan si pengemis. Dua hari kemudian, ditemukannya pohon pinus itu. Dengan satu kali tebas, batang pohon bergetar. Dari cabang paling tinggi, jatuhlah sebuah sarang burung. Dua butir telur pun menggelinding di tanah, lalu pecah. Dari telur pertama, muncul seekor anak rajawali, sedangkan dari telur kedua, muncul sebuah cincin keemasan.

Anak rajawali berubah menjadi seekor rajawali dewasa dalam waktu singkat. Ia mengepak-ngepakkan sayap-sayapnya serasa lepas dari kungkungan. Katanya, kepada pihak Volker, “Kau telah memberiku kebebasan. Ambil cincin bertuah itu dan pakailah. Putar-putarlah di jarimu sambil mengucap keinginanmu. Pasti akan terkabul. Tapi ingat, hanya untuk satu permintaan. Setelah itu, ia akan kehilangan tuahnya.”
Rajawali terbang tinggi ke angkasa, semakin tinggi dan lenyap di balik awan.

Pak Volker menyelipkan cincin bertuah ke jarinya, lalu pulang. Menjelang senja, ia tiba di sebuah kota. Di sini, ia bertemu seorang tukang emas yang sedang berdiri di depan tokonya. Pak Volker memperlihatkan cincin itu kepadanya dan menanyakan harganya.

“Tak berharga sama sekali. Ini bukan dari emas, Cuma cincin sepuhan,” jawab tukang emas.

Pak Volker tertawa keras. Ia menjelaskan, “Ini cincin bertuah, nilainya lebih dari seluruh barang di tokomu.”

Rupanya tukang emas itu seorang yang tamak dan licik. Dipintanya Pak Volker menginap semalam dirumahnya. Katanya, “orang jujur seperti kau akan membawa keberuntungan. Ayolah, jadilah tamuku!”

Dijamunya Pak Volker dengan makanan paling lezat, anggur paling mahal, dan obrolan ramah. Tapi, pada tengah malam, ketika Pak Volker tidur lelap, diam-diam, tukang emas mencopot cincin bertuah itu dari jari tamunya itu dan menukarnya dengan cincin biasa yang serupa.

Pagi-pagi benar, esok harinya, tukang emas itu membangunkan tamunya dan mengingatkan bahwa perjalanan yang akan ditempuh masih panjang.

“Lebih baik kau berangkat sekarang, nanti kemalaman lagi di jalan,” sarannya.

Setelah tamunya pergi, tukang emas tamak bergegas ingin membuktikan keampuhan cincin bertuah. Di tengah ruangan, diputarnya cincin di jarinya yang gembul dan ia mengucapkan sebuah permintaan, “Aku ingin eh….seratus ribu keping uang emas!”

Seusai kata-katanya terucap, terjadilah hujan uang emas. Koin-koin keras dan berkilauan mengguyur kepalanya bagai air mengucur dari sebuah pancuran. Ia berteriak teriak, “Stop! Stop!” dan mencoba meloloskan diri ke pintu. Tapi, ia tersandung dan tersungkur ke lantai. Tetapi masih saja pancuran uang emas berlanjut. Sampai akhirnya, tubuhnya tak kelihatan lagi di balik timbunan koin-koin emas.

Sementara itu sesampai di rumah, Pak Volker memamerkan cincin yang didapatnya kepada istrinya. Katanya, “Mak, cincin bertuah ini akan mengabulkan satu permintaan kita. Tapi, sebaiknya, kita pikir masak-masak sebelum mengucapkannya.”

Istrinya memberi saran, “Ladang kita terlalu sempit. Mintalah satu hektar lagi. Kita akan mempunyai sebuah kali kecil mengalir melintasi ladang kita. Ayo, ucapkan keinginan itu!”

“Kalau untuk itu, sih, kita cukup bekerja keras satu atau dua tahun,” jawab suaminya.

Suami-istri petani itu pun bekerja keras, dan musim gugur tahun berikutnya, panen melimpah. Mereka berhasil membeli satu hektar tanah tetangga dengan anak kali mengalir melintasinya, dan mereka masih punya sisa uang!

Kemudian, terlintas dalam benak Bu Volker, mereka butuh sapi.

“Kuda kita jual, lalu mintalah uang pada cincin bertuah untuk dipakai tukar tambah dengan seekor sapi. Setuju?”

Tapi, suaminya tak sependapat. Sebab, menurut hematnya, dengan bekerja keras, mereka bisa membeli sapi sendiri.

Mereka bekerja bahu-membahu, dan belum genap setahun, mereka sudah berhasil membeli seekor sapi, bahkan seekor kuda lagi. Pak Volker mendesah lega. Katanya, “Kita masih punya kesempatan satu permintaan. Betapa beruntungnya!”

Beberapa kali Bu Volker minta suaminya mengucapkan permintaan, tapi selalu ditolak. Sebab siapa tahu, ada saatnya mereka memang benar-benar membutuhkan sesuatu yang tak bisa diperoleh lewat kerja keras.

Tahun demi tahun berlalu. Mereka tetap bekerja keras. Dan, semakin jarang Bu Volker menyarankan suaminya agar mencoba cincin bertuah.

Tiga puluh tahun berlalu, dan kemudian empat puluh tahun. Pak Volker dan istrinya beranjak tua, rambut mereka seputih salju. Keinginan tak pernah di ucapkan. Akhirnya suatu malam, mereka berdua menghembuskan napas terakhir.

Anak-anak dan cucu-cucu berdiri mengitari peti mati. Si sulung menunjuk cincin di jari ayahnya dan berkata, “Ini cincin kesayangan beliau. Biarlah ayah membawa serta ke dalam liang lahat.”

Pak Volker dimakamkan bersama cincin yang diperkirakan bertuah yang ternyata cuma cincin biasa.

WAH..SEMUANYA BISA KITA DAPATKAN DENGAN BEKERJA KERAS.. SO BUAT APA CINCIN AJAIB.. :)

Source : Kepik Sang Penyelamat, Kadir Wong (quickstart.co.id)

KETIKA ORANG MESTI BERKORBAN

Saya pernah menonton tarian balet yang dimainkan oleh para penari profesional di kota Milwaukee, Amerika Serikat. Tarian itu dipentaskan dalam beberapa babak dengan berbagai cerita. Pentas tari balet itu juga diiringi oleh sebuah orkestra yang sangat profesional. Paduan musik begitu mempesona, sehingga membuat tarian balet itu semakin menarik disaksikan. Semua kursi yang ada di teater itu diisi penuh oleh para penonton, meski tiket masuk cukup mahal.

Yang menarik dari tarian balet itu adalah dalam salah satu episode, penari utama terjatuh. Ia seorang penari laki-laki yang sering mengikuti pentas tarian balet. Ia tergelincir. Ia menabrak dinding panggung. Ia tampak menahan rasa sakit yang luar biasa. Kakinya mengalami cedera. Namun ia berusaha untuk bangun. Dengan kaki yang pincang, ia meneruskan tarian itu hingga selesai. Ia memainkannya dengan sangat sempurna, seolah-olah kakinya tidak mengalami cedera.

Begitu selesai, para penonton langsung berdiri. Serentak mereka bertepuk tangan. Mereka mengagumi sang penari yang melaksanakan tugasnya dengan sangat profesional. Keesokan harinya, berita-berita di koran lokal memuji kehebatan penari tersebut. Foto-foto yang dipasang di halaman depan koran-koran lokal itu adalah foto pemuda itu dengan kaki kanan yang digips.

Penari itu seolah tidak menghiraukan cedera kakinya. Ia membiarkan kakinya sakit. Yang penting adalah ia dapat menghibur para penonton. Yang penting adalah tanggung jawab profesi yang mesti ia tunjukkan. Untuk itu, ia mesti berani berkorban. Ia berani mengorbankan hidupnya bagi orang lain.

Sahabat, tidak semua orang berani mengorbankan hidupnya bagi sesamanya. Banyak orang membuat perhitungan demi perhitungan, ketika harus berhadapan dengan situasi yang menuntut korban. Orang tidak serta merta berani mengorbankan hidupnya untuk sesamanya.

Kisah tadi mau mengatakan kepada kita bahwa korban itu bukan sekedar suatu tindakan heroisme. Tetapi berkorban itu suatu tindakan mulia. Suatu tindakan yang memberikan kemampuan orang untuk memiliki motivasi untuk memberikan hidupnya bagi sesama.

Kalau kita merefleksikan lebih dalam, sebenarnya hidup kita ini diwarnai oleh korban demi korban. Orang berkorban bagi sesamanya dengan bekerja keras dengan penuh tanggung jawab.

Ketika seorang ibu mesti menghadapi saat-saat yang mendebarkan untuk melahirkan anaknya, ia mengorbankan seluruh hidupnya. Baginya, yang penting adalah sang buah hati lahir dengan selamat. Ia tidak memikirkan lagi keselamatan dirinya. Ia seolah menyerah. Ia membiarkan tubuhnya sakit demi kehidupan sang anak.

Karena itu, kita diajak untuk berani mengorbankan hidup bagi orang lain. Berkorban itu membahagiakan. Berkorban itu menyenangkan, ketika orang berkorban dengan cinta yang mendalam.

SUATU CINTA YANG MEMAMPUKAN SESEORANG UNTUK MENYERAHKAN HIDUP BAGI SESAMANYA..TUHAN MEMBERKATI!

Frans de Sales, SCJ

Source       :   inspirasi-renunganpagi.blogspot.com
Picture by   :   lakonhidup.wordpress.com

Wednesday, March 7, 2012

KETIKA MENEMUI JALAN BUNTU

Alkisah dua orang manusia surti dan tejo..mereka berdua sedang berjalan menuju arah yang mereka tak pernah tahu ujungnya..hingga kemudian mereka tiba di persimpangan dan harus menentukan jalan mana yang harus mereka tempuh.

Surti : kayaknya kita ke kanan dah..ke kiri terlalu banyak ranjau dan ularnya.

Tejo : gakkk bukan ke kanan..tapi  ke kiri..dikanan ada jurang terjal dan kita harus loncat kedalamnya.

Dan berdialog lah Surti dan Tejo..berdebat..panjang kali lebar kali tinggi..berjam-jam..menghabiskan bercangkir-cangkir kopi..dan juga persediaan makanan yang lain.

Surti tetap berpikiran bahwa ke kanan adalah yang terbaik..sama hal nya dengan Tejo..dia juga berpikiran bahwa ke kiri adalah yang terbaik.

Hingga mereka sampai di satu titik bahwa mereka tak sejalan lagi..dan mereka memilih jalan sendiri-sendiri.

Kawan..sering kan ya..kita ngalamin kisah seperti surti dan tejo..berdebat menenentukan siapa yang paling benar.

Benar..Salah..Kalah..Menang..gak habis-habisnya :)

Pernah gak seh berpikir..apa jadi nya kalau surti dan tejo mau sama- sama ngalah,,membicarakan banyak kemungkinan..misalnya mungkin benar kalau di kanan ada banyak ular..tapi kita bisa bawa tongkat besar kan buat mentungin ular itu satu persatu.

Atau mungkin benar kalau di kiri ada banyak jurang dan kita harus loncat..tapi bisa kan kita turun pelan pelan pakai tali..

Atau mencari win-win solution..nyari bagian mana yang memiliki kemungkinan berhasil paling besar.

Terkadang hanya karena emosi dan semua amarah yang ada di kepala maka semua kebaikan yang pernah di lakukan akan hilang. Semuanya akan sirna karena yang di lihat hanya sisi buruknya saja.

Semua akan menjadi pihak yang paling menderita saat menceritakan kisah itu kepada orang lain..semua akan menjadi korban.

IYA..KETIKA SEMUANYA BISA DILAKUKAN DENGAN MENEPISKAN SI EGO MAKA KEHIDUPAN INI AKAN SEMAKIN INDAH :)

Source      : mylitleusagi.wordpress.com
Picture by : eyiglove.blogspot.com

Sunday, March 4, 2012

BILA KELEDAI MAU MENJADI JANGKRIK

Langit bertabur bintang. Angin malam berhembus sejuk, membelai pucuk-pucuk ilalang untuk bergoyang.

"Krik-krik-krik,krink-krink-krink“. Disana-sini para jangkrik bernyanyi merdu, seakan melantunkan puja-puji kepada Sang Pencipta Alam Semesta.

Seekor keledai menyimak nyanyian para jangkrik. Hatinya jadi iri. 

"Mengapa suara mereka merdu sekali? Mengapa suaraku jelek parau? Adilkah Tuhan?“

Keledai menyapa jangkrik. “Suara kalian indah! Apa sih yang kalian makan?“

Jangkrik balik bertanya. "Apa kamu ingin punya suara seperti suaraku?“

"Betul“ kata keledai. Aku ingin bersuara merdu seperti suara kamu!“

"Tapi itu tidak mungkin!“ kata jangkrik. "Kita beda. Suara beda! Karena mulutmu dan mulutku berbeda. Jadi, terima sajalah apa adanya.“

Keledai marah. Ia tak sudi dinasehati! "Katakan saja apa yang kau makan hingga suaramu jadi merdu!” Ia membentak.

Jangkrik berkata: "Kami hanya minum embun pagi dan makan sehelai rumput tiap hari!”

Keledai nekat. Setiap hari ia hanya minum embun pagi dan makan sehelai rumput seperti jangkrik. Tak makan yang lain. 

“Kalau jangkrik bisa, aku juga bisa!”

Apa akibat kesombongan keledai itu? Fatal..

Angin malam membelai pucuk-pucuk ilalang. "Krik-krik-krik, krink-krink-krink“. Para jangkrik melantunkan puja-puji kepada Sang Pencipta. Tapi Keledai tak lagi disana. Kelaparan telah merenggut nyawanya..

MENERIMA APA ADANYA DENGAN PENUH RASA SYUKUR MEMBUAT PIKIRAN KITA LEBIH JERNIH DAN HATI TENTRAM BAHAGIA.  


Source : erabaru.net (dongeng aesop)
 

Friday, March 2, 2012

HARGA SEBUAH KEJUJURAN



Bagi sebagian orang, menemukan uang dalam jumlah banyak milik orang merupakan rezeki nomplok. Namun, tidak demikian dengan seorang tuna wisma di Amerika Serikat (AS) berikut ini.

Menemukan uang yang nilainya setara dengan puluhan juta rupiah, gelandangan bernama Dave Talley itu tidak gelap mata. Dia justru mengembalikan uang itu kepada pemiliknya. Kendati tanpa pamrih, niat baik Talley itu mendapat balasan lebih dua kali lipat dari nilai uang yang dia temukan.

Kantor berita Associated Press pada 10 Desember 2010 menuturkan, tunawisma asal Kota Tempe di negara bagian Arizona itu suatu ketika menemukan tas berisikan uang sebesar US$3.300 atau sekitar Rp. 29,7 juta. Talley baru saja sembuh dari kecanduannya terhadap obat-obatan terlarang dan alkohol.

Dia menemukan kantong tas berisi uang tersebut sepulangnya dari membetulkan sepeda. Tanpa pikir panjang, Talley langsung memberikan tas beserta isinya ke sebuah komunitas pelayan tunawisma di Tempe. Lelaki berusia 49 tahun itu tidak mengambil sepeserpun dari uang tersebut, padahal uang di kantongnya telah habis untuk membetulkan sepeda.

Setelah ditelusuri, ternyata gepokan uang di dalam tas tersebut milik Bryan Belanger, seorang mahasiswa di Universitas Negeri Arizona yang kehilangan tas ketika hendak membeli mobil bekas. Bersama dengan Stephen Spark, staf komunitas pelayan tunawisma, Talley mengembalikan uang tersebut kepada Belanger. Kisah Talley ini diberitakan oleh radio KTAR yang langsung menjadi pembicaraan seluruh kota.

Atas kejujurannya ini, Talley dipuji sebagai pahlawan para tunawisma karena telah merubah citra mereka yang buruk. Dewan kota Tempe yang tersentuh dengan kejujurannya, membuat rekening untuk sumbangan seluruh kota. Banyak warga yang kagum juga memberikan cek kepadanya yang jumlahnya bahkan melebihi uang yang dia temukan, yaitu senilai US$8.000 (Rp.72 juta). Tidak sedikit dari warga juga menawarkan pekerjaan kepadanya agar Talley dapat mandiri.

Seorang dokter gigi bahkan memberikan perawatan gigi dan memberikan gigi palsu secara gratis kepada Talley. Seorang pengacara menawarkan jasa pro-bono kepadanya untuk menangani kasus-kasus lama yang menimpanya. Walikota Tempe, Hugh Hallman, menjadikan hari ditemukannya uang tersebut sebagai hari Dave Talley.

“Saya tidak menyangka semua berakhir seperti ini. Saya hanya berpikir untuk mengembalikan tas tersebut dan semuanya selesai,” ujar Talley.

Dulunya, Talley adalah seorang pengawas di sebuah perusahaan kontraktor. Dia kehilangan pekerjaannya ketika pada tahun 1999 dia didakwa karena mengendara dalam keadaan mabuk. Karena itu juga dia kehilangan izin mengemudinya. Talley mengaku dia memang pernah kecanduan alkohol dan obat-obatan.

Talley mengatakan akan  menggunakan uang yang dia peroleh dari sumbangan untuk merencanakan hidupnya. Dia mengatakan ingin membuka sebuah pusat pelatihan komputer. Dia juga mengatakan akan memilih pekerjaan yang ditawarkan kepadanya.

HONESTY IS THE FIRST CHAPTER IN THE BOOK OF WISDOM. -Thomas Jefferson-

Source       : forumkristen.com
Picture by  : squidoo.com

Thursday, March 1, 2012

KISAH SEBUAH KESETIAAN

Norma and Gordon Yeager membuktikan janji setia mereka yang terucap saat upacara pernikahan suci pada 1939. Setelah 72 tahun membangun hubungan rumah tangga harmonis, mereka menghembuskan napas pada hari yang sama.

Keduanya terlibat dalam sebuah kecelakaan fatal. Dengan kondisi tangan masih saling berpegangan, mereka dilarikan ke unit gawat darurat di sebuah rumah sakit di Amerika Serikat.

Dirawat di ruang intensive care unit (ICU) pegangan tangan mereka tak lepas. Mereka dirawat di dua tempat tidur yang sengaja dirapatkan. Hanya, kondisi mereka tak kunjung membaik.


Masih memegang tangan Norma, Gordon akhirnya menyerah. Pria itu berhenti bernapas, meski layar monitor jantung masih memperlihatkan grafik kerja jantung. "Pada dasarnya, karena mereka berpegangan tangan, jadi debar jantung pasangannya masih terekam di monitor," kata seorang perawat saat melihat sejumlah keluarga bingung melihat apa yang terjadi.

Tepat satu jam kemudian, Norma pun menyerah. Ucapan sang perawat terbukti karena monitor tak lagi memperlihatkan grafik detak jantung. "Pasangan ini saling mencintai begitu dalam, sehingga seolah mereka tak ingin terpisah," kata Donna Sheets, putri tertua mereka.

Keluarga sangat terharu melihat kesetiaan pasangan itu. Mereka memutuskan tak akan melepas pegangan tangan mereka selamanya. Mereka menempatkan jasad Norma dan Gordon dalam satu peti yang sengaja dipesan khusus, sehingga pegangan tangan tak lepas. Setelah kremasi, abu jenazah mereka juga dicampur sebagai simbol cinta abadi.

KESETIAAN ITU ADALAH MEREKA YANG SELALU MENYIMPAN SATU NAMA DIHATINYA..MESKI DIA TAU ADA YANG LEBIH BAIK DARINYA. 

Source : http://www.ikadanewsonline.com
Norma and Gordon Yeager membuktikan janji setia mereka yang terucap saat upacara pernikahan suci pada 1939. Setelah 72 tahun membangun hubungan rumah tangga harmonis, mereka menghembuskan napas pada hari yang sama. Pekan lalu, keduanya terlibat dalam sebuah kecelakaan fatal. Dengan kondisi tangan masih saling berpegangan, mereka dilarikan ke unit gawat darurat di sebuah rumah sakit di Amerika Serikat. Dirawat di ruang intensive care unit (ICU) pegangan tangan mereka tak lepas. Mereka dirawat di dua tempat tidur yang sengaja dirapatkan. Hanya, kondisi mereka tak kunjung membaik. Masih memegang tangan Norma, Gordon akhirnya menyerah. Pria itu berhenti bernapas, meski layar monitor jantung masih memperlihatkan grafik kerja jantung. "Pada dasarnya, karena mereka berpegangan tangan, jadi debar jantung pasangannya masih terekam di monitor," kata seorang perawat saat melihat sejumlah keluarga bingung melihat apa yang terjadi. Tepat satu jam kemudian, Norma pun menyerah. Ucapan sang perawat terbukti karena monitor tak lagi memperlihatkan grafik detak jantung. "Pasangan ini saling mencintai begitu dalam, sehingga seolah mereka tak ingin terpisah," kata Donna Sheets, putri tertua mereka. Keluarga sangat terharu melihat kesetiaan pasangan itu. Mereka memutuskan tak akan melepas pegangan tangan mereka selamanya. Mereka menempatkan jasad Norma dan Gordon dalam satu peti yang sengaja dipesan khusus, sehingga pegangan tangan tak lepas. Setelah kremasi, abu jenazah mereka juga dicampur sebagai simbol cinta abadi.

Harap Cantumkan Sumber web Ini Jika Anda Copas: http://www.ikadanewsonline.com/2011/10/menharukan-kisah-dari-sebuah-kesetiaan.html
Copyright www.ikadanewsonline.com Under Common Share Alike Atribution