Seorang ibu guru
sedang memanfaatkan waktu istirahat siangnya, hendak kembali ke rumahnya
untuk tidur sejenak, tetapi mendadak telepon di rumahnya berdering.
Dia mengangkat telepon itu, terdengar suara asing yang sangat kasar dan berkata :
"Anak Anda telah mencuri buku, sekarang dia sedang kami tahan, cepatlah Anda datang kemari!"
Dari ujung telepon sebelah sana juga terdengar suara tangisan dari
seorang gadis kecil, serta suara hardikan dari orang-orang di
sampingnya.
Ibu guru tersebut menengok ke arah anak gadis
satu-satunya yang tengah asyik menonton TV, dalam hatinya ia segera
mengerti duduk permasalahannya.
Dapat dipastikan ada gadis
kecil telah kepergok oleh penjaga toko buku karena mencuri, sedangkan
anak gadis itu tidak mau anggota keluarganya mengetahui peristiwa ini,
maka dia dengan sembarang menyebutkan sebuah nomor telepon, barulah
terjadilah peristiwa yang kebetulan ini.
Sudah tentu dia boleh
tidak peduli dan menutup telepon itu, bahkan juga boleh menegur keras
orang dalam telepon itu, karena peristiwa tersebut tidak ada sangkut
pautnya dengan dirinya.
Tetapi dia adalah seorang guru, tidak menutup kemungkinan gadis kecil itu adalah muridnya?
Dari suara yang terdengar dalam telepon, samar-samar dia bisa
membayangkan, anak gadis kecil yang sekilas berpikiran salah itu, pasti
sedang dalam kepanikan dan ketakutan yang sangat, mungkin sedang
menghadapi keadaan yang paling menakutkan dalam hidupnya.
Setelah dia ragu-ragu sejenak, di dalam benaknya mendadak muncul sebuah
pikiran harus bertindak. Karena itu dia menanyakan dengan jelas alamat
toko buku tersebut, setelah itu dia pergi ke toko itu.
Tepat
seperti apa yang dia duga sebelumnya, di dalam toko buku tersebut sedang
berdiri seorang gadis kecil dengan wajah ketakutan dan basah oleh air
mata, sedang orang-orang dewasa yang berada di samping gadis kecil
tersebut, dengan garang sedang menghardik gadis kecil tersebut.
Segera setelah tiba di toko itu, guru tersebut menyongsong dan memeluk
gadis kecil yang malang itu, membalikkan badan dan berkata kepada
penjaga toko buku tersebut, "Ada masalah apa katakanlah kepada saya,
jangan sampai menakuti anak."
Dalam suara omelan penjaga toko
buku yang tidak begitu rela, guru tersebut membayar dan melunasi
beberapa puluh ribu uang denda. Setelah itu dia membawa gadis kecil
tersebut keluar dari toko itu, serta melihat dengan jelas wajah
berantakan yang basah oleh air mata serta rasa ketakutan itu.
Ibu guru itu lalu tertawa, dan membawa gadis kecil tersebut pulang ke
rumahnya. Wajah anak yang lusuh itu dibersihkan. Ibu guru itu tidak
menanyakan apapun, dan membiarkan anak gadis kecil itu pergi.
Tetapi sebelum anak itu pergi ibu guru tersebut memberikan pesan
berulang-ulang. Berpesan kepada anak itu jika dia ingin melihat buku,
boleh datang ke rumah bibi, di dalam rumah bibi terdapat banyak sekali
buku bacaan.
Gadis kecil yang masih belum hilang rasa takutnya
itu, memandang guru itu dalam-dalam, lalu melesat pergi bagaikan angin,
setelah itu tidak pernah muncul lagi.
Waktu sekonyong-konyong
lewat bagaikan aliran air, tanpa terasa sepuluh tahun telah terlewatkan,
ibu guru itu sudah melupakan peristiwa tersebut. Dia masih tetap
tinggal di rumahnya dan melewatkan hidupnya dengan damai dan penuh
ketenangan.
Pada suatu siang, di luar pintu terdengar ada orang
yang sedang mengetuk pintu. Setelah dia membuka pintu, di balik pintu
nampak berdiri seorang gadis asing yang cantik. Wajah gadis tersebut
penuh dengan senyuman, di dalam kedua tangannya membawa setumpuk
bingkisan.
"Anda sedang mencari siapa?"
Ibu guru itu
bertanya dengan ramah, lalu gadis itu menuturkan sejumlah kata-kata
mengharukan. Ibu guru yang mendengarkan penuturan dari gadis asing ini
tiba-tiba menyadari, ternyata gadis yang berada di hadapannya ini adalah
gadis kecil yang pernah ditolongnya.
Sepuluh tahun telah
lewat, gadis kecil tersebut telah tumbuh dewasa dan lulus dari perguruan
tinggi. Sekarang dia khusus datang untuk menjenguk bibi yang baik hati
ini.
Di mata gadis muda belia ini terlihat air mata menggenang, dia berkata dengan lirih :
"Walaupun hingga sekarang saya masih tidak mengerti, mengapa Anda mau
berpura-pura sebagai ibu saya dan menolong saya, tetapi dalam kurun
waktu sepuluh tahun ini saya selalu merasakan, selalu ingin memanggil
Anda dengan sebutan.... Ibu!"
Tak terasa pandangan ibu guru tersebut mulai mengabur, dengan rasa ingin tahu dia bertanya :
"Seandainya waktu itu saya tidak menolong Anda, apa akibat yang akan terjadi?"
Wajah gadis belia tersebut segera berubah menjadi suram, dia menggelengkan kepala serta berkata :
"Entahlah, mungkin saya akan bertindak bodoh, bahkan mengakhiri hidup."
Mendengarkan ucapan itu, hati ibu guru tiba-tiba terguncang, diam-diam
mulai bersyukur atas keputusan dia ambil pada saat itu. Di luar dugaan
bisa sedemikian berpengaruh terhadap kehidupan seseorang. Memandang ke
wajah gadis belia yang penuh dengan senyum kebahagiaan, ibu guru
tersebut juga ikut tertawa.
KISAH DIATAS MEMBUAT KITA
MENYADARI BAHWA SEBAGAI MANUSIA DIDUNIA INI..SEBENARNYA TIDAK SEHARUSNYA
KITA MELEPASKAN SETIAP KESEMPATAN UNTUK BISA MEMBANTU ORANG LAIN.
KARENA MUNGKIN SAJA KEBAIKAN YANG KITA LAKUKAN DAPAT BERPENGARUH
TERHADAP KEHIDUPAN SESEORANG.
Source : A Little Truth of Life - Kaskus
No comments:
Post a Comment