Kisah Kisah Kita

Thursday, January 12, 2012

SEIKAT BUNGA SERUNI

Pada sore hari ini cuaca sangat pengap, awan hitam menggantung di langit, seperti akan turun hujan, seperti seseorang yang akan bersin tetapi tidak jadi, membuat orang sangat menderita.

Suasana hati tuan Dole sangat kelam, dia sangat benci sewaktu cuaca semacam ini mengadakan perjalanan tugas keluar kota, dia harus transit ke Houston dia harus menunggu waktu 2 jam, jadi dia berjalan-jalan di alun-alun stasiun kereta api untuk melewatkan waktu yang membosankan menunggu.

“Nyonya, berbuatlah kebaikan.” Sebuah suara nyaring menarik perhatiannya, melalui arah suara dia memandang kesana, terlihat di depannya seorang pengemis kecil dengan pakaian lusuh dan tangan kotor diulurkan kepada seorang wanita, wanita ini memakai mantel dari bulu asli, tangannya mengendong seekor anjing kecil berjalan terburu-buru menghindari pengemis kecil ini takut tangan pengemis kecil yang kotor ini mengotori pakaiannya.

“Kasihanilah saya, tolong berikan saya sedikit uang,” ujarnya dengan lemas.

Melihat dirinya tidak dapat terlepas dari pengemis kecil yang terus mengekorinya, dengan marah wanita ini memalingkan kepalanya menghardik “Pergilah! Masih kecil sudah bisa berbisnis mengemis!” Pengemis kecil ini menghentikan langkahnya, wajahnya penuh dengan kekecewaan.

Dunia ini benar-benar kacau, pikir tuan Dole, dia mendengar banyak orang berkata sekarang banyak orang yang mengemis sebagai mata pencahariannya, ada sekelompok orang dewasa yang mengkoordinir anak-anak kecil untuk mengemis, mengambil keuntungan dari belas kasih orang lain, mungkin orang tua mereka berdiri di seberang memperhatikannya, jika mereka tidak mendapatkan uang maka setelah sampai dirumah akan dihukum.

Dalam kasus apapun, anak kecil yang biasanya menjadi korban dan sangat menyedihkan, seharusnya pada usia seperti ini anak-anak tersebut seharusnya sekolah, berada di kelas mempelajari ilmu pengetahuan, usia anak ini sebaya dengan anaknya. Tapi orang tua anak ini terlalu kejam, walau bagaimanapun seharusnya menyekolahkannya, sehingga kelak jadi orang yang berguna dimasyarakat.

Tuan Dole sedang berpikir demikian, tiba-tiba pengemis kecil ini sudah berada dih adapannya, mengulurkan tangannya yang kotor dan berkata, “Pak, kasihanilah saya, tolong berikan saya sedikit uang.” Tidak peduli pengemis kecil ini mengalami tekanan hidup, ataupun hanya berpura-pura menipunya, tuan Dole dari sakunya mengambil sedikit uang, menyerahkan ke tangan pengemis kecil ini.

“Terima kasih, Tuhan memberkati Anda” Anak kecil ini rambutnya terlihat sudah menggumpal, hanya terlihat gigi dan bola matanya yang putih, seluruh badannya kotor dan hitam, entah sudah berapa lama tidak mandi.

Ruang tunggu di dalam terasa panas dan pengap, tuan Dole tidak ingin duduk di dalam, lalu dia berjalan ke sebuah toko bunga, dia telah beberapa kali memberi bunga sebagai hadiah untuk teman-temannya di toko bunga ini.

“Bunga yang bagaimana yang engkau inginkan tuan?” pelayan toko bunga dengan terlatih dan sopan bertanya.

Pada saat ini dari luar seseorang memasuki toko bunga ini, tuan Dole melihat orang tersebut adalah pengemis kecil yang tadi meminta uang kepadanya, pengemis kecil ini dengan sangat hati-hati melihat bunga-bunga segar yang berada di rak bunga.

“Apa yang bisa saya bantu?” Pelayan ini dengan sopan bertanya, karena dia sama sekali tidak menyangka pengemis kecil ini akan membeli bunga.

“Saya ingin seikat bunga seruni” pengemis kecil ini berkata.

“Apa ada alamat yang harus kami antar?”

“Tidak usah ditulis, anda hanya perlu menulis “Untuk orang yang paling saya cintai dan dibawahnya di tambahkan selamat ulang tahun mama.”

Pelayan toko ini ketika sedang menulis berkata total semuanya seharga dua puluh dollar.

Pengemis kecil ini dari kantong bajunya yang compang-camping mengeluarkan uang recehan, menuangkan semua uangnya ke meja kasir, termasuk uang yang diberikan tuan Dole tadi, lalu dengan khidmat menghitung dua puluh dollar, membayarnya kemudian mengambil bunga beserta kartu nama tersebut berlalu dari toko bunga ini.

Anak ini cukup romantis, tuan Dole sama sekali tidak menyangka dapat melihat hal tersebut.

Kereta akhirnya meninggalkan peron, tuan Dole dari jendela memandang keluar, hujan sudah mulai turun, di jalanan tidak ada seorangpun pejalan kaki, hanya beberapa mobil yang berlalu, tiba-tiba dia melihat bayangan anak kecil, pengemis kecil ini dengan sekujur tubuh basah kuyup, mengendong seikat bunga berjalan seperti melupakan keadaan disekelilingnya, tubuhnya kurus dan tipis, tuan Dole melihat dia berdiri di sebuah kuburan meletakkan bunga seruni di tangannya yang basah oleh air hujan, sambil berdoa untuk sang ibunda.

Kereta berjalan semakin lama semakin cepat, tuan Dole merasa dadanya sesak dan matanya kabur oleh air mata.

Source : erabaru.net

No comments:

Post a Comment