Bila Anda siap mendapatkan, sudahkah Anda juga siap kehilangan?
Memang, ada beragam cara menyikapi kehilangan. Dari mulai marah-marah,
menangis, protes pada takdir, hingga bunuh diri. Masih ingatkah Anda
pada tokoh-tokoh ternama, yang tega membunuh diri sendiri hanya karena
sukses mereka terancam pudar?
Barangkali kisah yang saya adaptasi dari "The Healing Stories" karya GW Burns berikut ini, dapat memberikan inspirasi :
Alkisah, seorang lelaki keluar dari pekarangan rumahnya, berjalan tak
tentu arah dengan rasa putus asa. Sudah cukup lama ia menganggur.
Kondisi finansial keluarganya morat-marit. Sementara para tetangganya
sibuk memenuhi rumah dengan barang-barang mewah, ia masih bergelut
memikirkan cara memenuhi kebutuhan pokok keluarganya sandang dan pangan.
Anak-anaknya sudah lama tak dibelikan pakaian, istrinya sering
marah-marah karena tak dapat membeli barang- barang rumah tangga yang
layak.
Laki-laki itu sudah tak tahan dengan kondisi ini, dan ia
tidak yakin bahwa perjalanannya kali inipun akan membawa keberuntungan,
yakni mendapatkan pekerjaan. Ketika laki-laki itu tengah menyusuri
jalanan sepi, tiba-tiba kakinya terantuk sesuatu. Karena merasa penasaran ia membungkuk dan mengambilnya.
"Uh, hanya sebuah koin kuno yang sudah penyok- penyok," gerutunya
kecewa.
Meskipun begitu ia membawa koin itu ke sebuah bank. "Sebaiknya
koin ini Bapak bawa saja ke kolektor uang kuno," kata teller itu memberi
saran.
Lelaki itupun mengikuti anjuran si teller, membawa koinnya ke
kolektor. Beruntung sekali, si kolektor menghargai koin itu senilai 30
dollar.
Begitu senangnya, lelaki tersebut mulai
memikirkan apa yang akan dia lakukan dengan rejeki nomplok ini.
Ketika
melewati sebuah toko perkakas, dilihatnya beberapa lembar kayu sedang
diobral. Dia bisa membuatkan beberapa rak untuk istrinya karena istrinya
pernah berkata mereka tak punya tempat untuk menyimpan jambangan dan
toples.
Setelah ia membeli lembaran kayu seharga 30 dollar, dia
memanggul kayu tersebut dan beranjak pulang. Di tengah perjalanan dia
melewati bengkel seorang pembuat mebel.
Mata pemilik bengkel sudah
terlatih melihat kayu yang dipanggul lelaki itu. Kayunya indah, warnanya
bagus, dan mutunya terkenal.
Kebetulan pada waktu itu ada
pesanan mebel. Dia menawarkan uang sejumlah 100 dollar kepada lelaki
itu. Terlihat ragu-ragu di mata laki-laki itu, namun pengrajin itu
meyakinkannya dan dapat menawarkannya mebel yang sudah jadi agar dipilih
lelaki itu. Kebetulan di sana ada lemari yang pasti disukai istrinya.
Dia menukar kayu tersebut dan meminjam sebuah gerobak untuk membawa
lemari itu.
Dia pun segera membawanya pulang.
Di tengah
perjalanan dia melewati perumahan baru. Seorang wanita yang sedang
mendekorasi rumah barunya melongok keluar jendela dan melihat lelaki itu
mendorong gerobak berisi lemari yang indah. Si wanita terpikat dan
menawar dengan harga 200 dollar. Ketika lelaki itu nampak ragu-ragu, si
wanita menaikkan tawarannya menjadi 250 dollar. Lelaki itupun setuju.
Kemudian mengembalikan gerobak ke pengrajin dan beranjak pulang.
Di pintu desa dia berhenti sejenak dan ingin memastikan uang yang ia
terima. Ia merogoh sakunya dan menghitung lembaran bernilai 250 dollar.
Pada saat itu seorang perampok keluar dari semak-semak,mengacungkan
belati, merampas uang itu, lalu kabur.
Istri si lelaki kebetulan melihat
dan berlari mendekati suaminya seraya berkata, "Apa yang terjadi? Engkau baik saja kan? Apa yang diambil oleh perampok tadi?"
Lelaki itu mengangkat bahunya dan berkata, "Oh, bukan apa-apa..bukan
apa apa.. Hanya sebuah koin penyok yang kutemukan tadi pagi.."
Hmm..Memang, ada beragam cara menyikapi kehilangan. Semoga kita termasuk
orang yang bijak menghadapi kehilangan dan sadar bahwa sukses hanyalah
TITIPAN. Benar kata orang bijak, manusia tak memiliki apa-apa kecuali
pengalaman hidup. Bila kita sadar kita tak pernah memiliki apapun,
kenapa harus tenggelam dalam kepedihan yang berlebihan?
Ada kalimat yang saya suka sekali dalam menempatkan diri dalam kehidupan:
" Kemenangan Hidup bukan berhasil mendapat banyak, tetapi ada pada kemampuan menikmati apa yang didapat tanpa menguasai."
"HIDUPLAH SEPERTI ANAK-ANAK YANG DAPAT MENIKMATI TANPA HARUS MENGUASAI"
No comments:
Post a Comment